Entah mengapa suasana kelasku jadi berisik banget, banyak banget yang melihatku dengan tatapan yang menusuk dan berbisik bisik habis situ tertawa di depanku. Aku sih tahu kenapa tapi yah... Aku harap Eric akhirnya menjauhiku karena kejadian kemarin.
Tunggu... Hanif kan juga yang melihatku memukul Eric.... Dia yang berada di depan kelasnya duduk bersama teman sekelasnya...
Ya Allah ya Rabbi! Aku malah membuat masalah lagi! Dia pasti nggak bakal maafin aku kali ini! Ini sudah kelima kalinya aku menyakiti seseorang di depannya!
Dia bakal meninggalkan aku lalu aku akan dirunding sama dia.... Dia akan membenciku kemudian aku kehilangan satu satunya orang yang kuanggap sebagai temanku... Aku nggak mau sendirian lagi aku tidak ingin sendirian lagi...
Ya Allah kumohon ampuni dosa hambamu ini.... Kumohon jangan membuat aku kehilangan temanku lagi... Aku benar benar merasa bersalah karena telah melakukan itu....
“Nuf kamu kenapa? Kok kamu menangis?!” Teriak seseorang, aku menoleh, oh ternyata dia adalah Eric. Aku mengusap wajahku, basah.... Kenapa aku malah menangis di depan orang orang. Aku benar benar bodoh.... Mereka menunjuk ke aku dan mulai memanggilku anak cengeng, aku hanya terdiam, tidak mengatakan apa-apa aku hendak menangis lagi tapi aku menahannya.
Tiba-tiba Eric memukul meja dan semua orang diam. “Kenapa sih kalian selalu merinding dia?! Kalian seharusnya mencoba mengerti dan tanya kenapa dia begitu! Nufail kamu begini karena kamu punya penyakit mental dan tidak punya masa lalu yang begitu bagus kan?” Tanya Eric, aku yang kaget hanya mengangguk kecil, dia kemudian menatap semua orang dengan tatapan tajam sekali. Semua anak-anak menjauh dan pergi dengan kesal.
Hanya ada aku dan Eric sekarang, aku membuang muka, berpura-pura untuk tidak melihat matanya. Eric menaruh tasnya di bawah meja kemudia duduk di sampingku. Eric melambaikan tangannya dan hanya tersenyum.
Aku tidak menjawabnya dan berpura-pura tidak mendengarnya. Nggak, itu pasti palsu... Dia pasti hanya menggunakanku untuk mendapat kepercayaanku, aku nggak akan tertipu lagi, aku tidak boleh membuka diriku di depan orang lagi... Bantuan tadi terasa... Palsu dan terpaksa.
Senyumannya pun juga terlihat terpaksa, dia pasti kesal dan dendam kepadaku karena aku telah memukul pipinya....
“Aku memang masih kesal kok karena kamu tiba tiba memukulku tapi aku nggak dendam. Aku mengerti kenapa kamu kayak gitu.” Tukas Eric sambil mengelus kepalaku. Hangat... Elusannya terasa hangat dan nyaman... Aku ingin dielusin sama dia terus, aku pun menyondolkan kepalaku ke tangan Eric.
“Wah kamu itu kayak kucing ya, kok tiba tiba jadi manja begini? aku nggak tahu kalau Nufail yang dingin ini kayak kucing yang manja sama pemiliknya.” Ujar Eric sambil terkekeh dan terus mengelusku. Tunggu... Kenapa aku malah jadi lemah begini?! Aghhhhhh seharusnya aku tidak melakukan itu! Ini benar benar memalukan!
Aku pun menjauh dari Eric dengan Wajah memerah. Eric pasti berpura-pura untuk tidak merasa jijik karena sifatku yang kayak hewan betina ini! Tapi... bukankah ini baik?... Sekarangkan dia punya alasan kedua untuk menjauhiku. Tapi aku nggak mau dijauhi... aku tidak mau dia membenciku. Yang benar dong Nuf! Kamu itu sebenarnya ingin disakiti dan dikhianati lagi?! Tapi.... bagaimana kalau dia itu sebenarnya orang baik?...
Kalau iya dia memang orang baik, aku tidak ingin dia ikut campur dengan masalahku... Nanti malah jadi kayak dulu... Apa memang lebih baik aku tidak menuruti suara-suara ini?...
PLAK! Terdengar sebuah suara tepukan tangan, aku kaget lalu menoleh ke belakang karena dari situ suaranya berada. Ternyata itu adalah Eric yang menatapku dengan tatapan khawatir.
“Nuf, dari tadi kok kamu melamun saja? Apa ada yang mengganggu pikiranmu.” Aku hanya terdiam dan menatapnya dengan tatapan yang menusuk, Eric mulai merinding lalu membuang muka dengan takut. Bel sekolah pun berdering dan teman-teman masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
1 Jam kemudian...
Akhirnya kelas berakhir, Semua orang mulai berbondong-bondong keluar untuk mendapatkan jajan sebelum semuanya dihabisin oleh anak-anak SD, kalau kamu bertanya, kelas SMP dan SD berada di bangunan kecil yang sama, anak-anak SD itu lebih banyak daripada anak-anak SMP makannya semua teman kelasku berburu-buru ke kantin ketika pelajaran berakhir.
Angga hendak pergi lalu melihat Eric yang bingung mengapa semua teman-teman sekelas kita pada berburu-buru. Dia berjalan mengarah kita lalu melambaikan tangannya, Eric melambaikan tangannya balik sedangkan aku disitu sedang panik dan jantungku berdebar kencang sekaligus berkeringat.
“Eh Eric, kamu mau tidak ikut pergi beli jajan sama aku? Kita harus berburu-buru sebelum anak-anak SD menyikat habis jajannya.” Ujar Angga.
Eric menatapku lalu menggelengkan kepalanya. “Maaf ya Angga, aku sama Nufail saja di kelas.” Jawab Eric sambil memelukku dengan erat.
Aku kaget lalu mukaku mulai memerah. Kok tiba-tiba dia memelukku sih?! Kenapa dia malah memelukku?! Aghhh rasanya ingin lompat ke dalamlubang saja karena ini benar-benar memalukan!
Tiba-tiba, telinga kucing pun muncul di atas kepalaku bersamaan dengan ekor kucingku. Entah mengapa ekorku tiba-tiba bergoyang dengan cepat, apa karena aku menyukai pelukannya ya?
“Kamu yakin mau Bersama-”
“Aku pergi ke kamar mandi dulu!” Kataku sambil bangun dari kursiku lalu berlari ke kamar mandi. Aku menutup pintu kamar mandi kemudian duduk di kursi toilet yang belum terbuka.
Aku mengambil nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diriku, setelah tenang aku keluar dari kamar mandi kemudian menatap cermin. Aku tidak melihat diriku di cermin, tetapi seseorang yang berbeda.
Seseorang yang gemuk, jelek, jahat, dan hanya mementingkan diri sendiri, ada banyak sekali sosok-sosok yang menyeramkan di belakangku, bulu kudukku terangkat dan merinding aku pun menggelengkan kepalaku dan menepuk kedua pipiku. Itu nggak nyata Nuf, itu semua hanya imajinasimu.
Aku menatap cermin sekali lagi, tidak ada apa pun, hanya ada aku saja. Aku menarik nafas lalu mengeluarkannya kemudian pergi ke kelas. Angga, Azra, Rizki, dan Candra sedang berbicara sambil memakan jajan. Eric sendirian dan kelihatannya sedang bosan.
Aku pergi ke kursiku kemudian duduk lalu menaruh kepalaku di atas meja, dan hendak menutup mataku untuk tidur karena aku capek sekali... semua energiku menghilang karena panik tadi...
Bel sekolah pun berdering, aku kesal, Kenapa sih jam istirahat harus singkat sekali , aku pun mengangkat kepalaku ketika guru masuk dan mulai fokus dengan pelajaran. Waktu berlalu dan jam pelajaran agama selesai, Sekarang aku hanya perlu pulang ke rumah, aku berdiri dari mejaku dan berjalan keluar dari kelas, Eric yang melihatku pergi hanya menatapku saja dan kelihatan hendak ingin berbicara dengan aku tapi tidak berani.
Aku berjalan ke rumah kemudian masuk ke dalamnya lalu berganti baju, dan mengambil hpku. Aku membuka discord, ada banyak sekali orang-orang yang ngomong di chatroom yang berbeda. Aku pun ke vent, orang-orang banyak sekali yang vent. Apa itu vent? Vent adalah kata bahasa inggris untuk kata curhat, Aku terdiam lalu mengetik tetapi menghapusnnya lagi. Enaknya aku curhat tentang apa ya? Lalu aku mendapatkan notifikasi dari Rahma, aku pun pergi ke DM.
Rahma: Nufyyyyyy
Nufail: Ada apa Rah?
Rahma: Barusan pulang dari sekolah?
Nufail: Mhm.
Rahma: Kamu sudah nemu chat grup untuk anak-anak yang punya masalah mental?
Nufail: Sudah tapi aku nggak berani ngevent.