A Blind Fate

Hideyo Sakura
Chapter #4

Blind love

Aku sedang duduk terdiam sambil duduk di kursi putih yang ada di depan masjid, anak-anak kecil dan remaja sedang berbicara atau bermain, aku merasa kesepian... Sejak kejadian itu, aku tidak pernah didekati sama siapapun lagi sejak Ryan berbohong kalau aku mencuri uangnya Briana... Anak itu... Kenapa sih dia harus menghancurkan hidupku?! Iya dia miskin tetapi seharusnya dia tidak memfitnahku dan memasang wajah palsu seakan-akan aku yang bersalah.... 

Tidak adil... Pertama aku sering disakiti di rumah dan tidak dipedulikan sama abi ataupun umi, sekarang aku malah difitnah karena telah mencuri uangnya Briana?! Ngerti sedikit napa anak tuh! Ngerti sedikitlah kalau kita diajarkan guru untuk tidak memfitnah orang lain. 

Kenapa hidupku langsing berubah?! Aku nggak tahan... Aku ingin mati... Tidak ada yang mempedulikanku... Tidak ada yang mau membelaku aku... Sendirian... “Nufail? Kamu kenapa?” Tanya seseorang, aku kembali lagi ke dunia nyata lalu mengangkat kepalaku, terlihat seorang anak laki-laki yang sedikit lebih tinggi dariku dengan rambut berwarna Biru muda yang ikal dengan mata emas, dia duduk di sampingku. 

“Tidak ada apa-apa kok, cuman muak dengan hidupku saat ini... Tidak ada yang mau mendekatiku atau mengajakku ngomong sama sekali... Mereka benar-benar mengira aku itu seorang teroris dan pencuri... Aku... Benci dengan Ryan...” curhatku sambil mengambil buku tulis kemudian menulis di buku itu, Mason menatapku dengan kasihan lalu menaruh tangannya disekitarku dan mengacak-anak rambutku. 

“Sudahlah Nufail, justru ini ujian dari Allah untuk menguji kesabaranmu dan kamu juga bisa belajar menjadi kuat jadi yang bersemangat dong! Kan kalau kamu mau cirhat ada aku dan Muhammad yang bakal membantumu, bukankah itu benar Nuf?” Tanyanya, aku hanya mengangguk dengan kecil lalu tersenyum, Mason juga ikut tersenyum bersamaku dan kita tertawa bersama. 

 “Oh iya Nufail aku punya mimpi yang aneh banget kemarin malam.” 

“Apa itu?” Tanyaku sambil memiringkan kepalaku ke samping, Mason pun menyandarkan tubuhnya ke kursi lalu membuka mulutnya. 

“Jadi aku kan ada di sebuah studio, direkturnya menyuruhku untuk berpura pura menangis untuk film, nah aku kan menangis, eh tiba-tiba ada pohon yang jatuh dan menimpaku, aku terbangun dan ternyata adikku, Paula sedang menimpaku dengan tubuhnya.” 

“Kamu terus lakukan apa? Apa kamu membangunkannya terus mengusirmya atau kamu biarining dia aja?” 

“Aku mendorong dia dari kasur, dianya terbangun dan kaget lalu marah-marsh, aku bilang: apa lu?! Kamu yang menimpaku dengan tubuhmu yang gemuk itu, pergi sana oh dan juga kurangi berat badan tubuhmu! Dianya kesal dan pergi dari kamarku, aku pun tidur kembali.” Aku jadi merasa kasihan sama Paula tapi yah... Setelah apa yang dia lakukan kepada orang-orang lain dan keluarganya sendiri, dia pantas digituin.  

“Oh dan setelah itu aku tidur lalu bermimpi hal yang sama, aku disuruh berpura pura menangis dan aku menangis eh tiba tiba turun hujan di dalam studio, dan ternyata itu mamaku yang mencoba membangunkannya untuk sholat subuh.” Ujar Mason, aku terdiam entah mau mengatakan apa lalu aku mulai berbicara. “itu sih bukannya aneh tapi terlalu biasa.” Tukasku, Mason diam lalu menundukkan kepalanya. 

“Iya sih itu nggak aneh sih” Ucap Mason sambil berpikir. Tiba-tiba kepalaku dihantam oleh sesuatu yang kecil, aku pun menoleh, ternyata itu adalah Adam , dia hanya terkekeh 

Mason berdiri lalu menatapnya dengan tajam sambil memelukku dengan erat seakan-akan melindungiku dari hal yang berbahaya, kok rasanya dipeluk oleh orang lain selain keluarga terasa hangat dan nyaman ya? Ini baru pertama kalinya aku dipeluk sama sesama laki-laki... 

“Hey Nufail! Kamu penakut ya? Kok dari dulu kamu selalu bersembunyi di belakang punggungnya Muhammad dan Mason?! Hey teman-teman! Lihat ini! Masak laki-laki nggak berani melawan? Dia kayak bayi saja yang kerjanya cuman nangis doang!” Ejek Adam, semua orang hanya menunjuk ke arahku dan tertawa semua. Tiba-tuba muncul lubang di bawah kakiku dan aku terjatuh ke dalamnya yang gelap gulita, tubuhku terasa terhisap oleh sesuatu 

Aku pun mencoba untuk berenang ke atas ketika ada gelombang laut yang mengenaiku dengan keras dan menenggelamkanku ke dalam dasar laut, aku hampir kehilangan nafas dan hendak menyerah, sambil mencoba berenang ke atas ada sesuatu yang mengambil kakiku dan menyeretku lebih dalam lagi, aku berusaha melawan tetapi sesuatu itu memegangku lebih erat lagi dan menarik ke dalam kegelapan. 

Aku mulai kehilangan kesadaran dan menutup mataku.... GASP aku terbangun dari kasur sambil mencari udara, ya allah ya Rabbi, tadi terasa nyata sekali... Sekarang sudah jam berapa? Aku menatap jam yang ada di dinding, jam 12 malam... Semuanya sudah tidur... Bagaimana caranya aku tidur coba kalau aku tetap mimpi hal yang sama?... Tidak aku harus coba tidur lagi. 

Aku menaruh badanku di atas kasur dan menutup mataku, semuanya menjadi gelap lalu aku mulai melihat warna-warni yang berkedip-kedip dan terlalu cerah, aku terbangun lagi sambil mengucek kedua mataku. Kok malah jadi begini? Ini baru pertama kalinya aku melihat warna cerah yang berganti-ganti ketika aku menutup mata, kenapa ya?... Apa aku memang butuh seorang psikiater?... 

Akhirnya dari jam 12 aku tidak bisa tidur sampai subuh, usai sholat subuh aku mencoba untuk tidur lagi dan menutup mataku, tetap terjadi hal yang sama tapi kali ini lebih cepat, kepalaku mulai jadi pusing, aku berdiri dari kasurku sambil memegang kepalaku dengan tanganku, kok bisa terjadi ya?  

Hpku berdering, aku bangun dari tempat tidurku kemudian mengambil hpku, ada pesan dari Miller, sudah lama aku tidak berbicara dengan Miller, mungkin aku bisa menanyakannya tentang ini. 

Miller: Hey Nuf, maaf ya kalau aku tidak online selama beberapa minggu, aku tadi lagi sibuk dengan sekolah atau dengan urusan keluarga. 

Nufail: Oh tidak apa-apa Mil, aku kangen sama kamu Miller, sudah lama kita tidak ngomong. 

Miller: Aku juga kangen sama kamu juga *mengelus kepalaku* 

Miller: Hidupmu bagaimana Nuf? 

Nufail: Nggak terlalu baik... 

Miller: Kenapa? Kamu boleh kok curhat sama aku. 

Nufail: Yah... Aku dirundung di sekolah... Aku juga stress banget sampai aku ingin mati. Aku bahkan tidak bisa fokus sama sekali.... 

Miller: Kasih tahu nama sekolahmu dan nama-nama orang yang menyakitimu. 

Nufail: Kamu mau bunuh mereka? 

Miller: Ya Iyalah! Tidak boleh ada yang menyakiti adikku yang manis sekaligus baik hati ini, biarkan kakak membunuh mereka okay? 

Nufail: Ogah ->- 

Miller: Hmph! Jahat.... 

Nufail: Kalau kamu bagaimana? 

Miller: Sudah mulai membaik sih.. 

Nufail: Baguslah kalau begitu *peluk Miller* 

Nufail: Oh iya Miller aku mau nanya sesuatu. 

Miller: Oh silahkan 

Nufail: Anu.... Ini pertama kalinya aku begadang sampai pagi karena dapat mimpi buruk... Setiap kali aku menutup mataku, aku melihat warna yang cerah berganti warna dengan cepat atau berkedip terus menerus, Jadinya kepalaku pusing banget dan aku tidak bisa tidur.... 

Miller: Hmm... Aku nggak tahu tentang soal itu sih... Kamu sudah coba ke psikiater? 

Nufail: Pernahnya ke psikolog.... Tapi itu pun tidak membantu... 

Nufail: Lagi pula, aku sudah nanya ke abi apa aku boleh ke psikiater, katanya aku seharusnya menjadi kuat dan bahwa aku tidak butuh ke psikiater.... Mungkin karena abi pernah ke psikiater habis situ setelah meminum obat dari psikiater, abiku mulai kesulitan berbicara dan menulis waktu kecil.... 

Miller: Mungkin di pikiran abimu bahwa seorang psikiater hanya akan membuat kondisimu tambah buruk dan tidak membantu sama sekali karena saking takutnya abimu tentang hal yang sama terjadi kepadamu... Masuk akal sih sebenarnya... 

Miller: Tunggu abimu kenapa ke psikiatet waktu kecil? Apa abimu depresi juga dulu? 

Nufail: Nggak sih... Kalau tidak salah, Dulu abiku punya masalah mental yang membuatnya kesulitan belajar.... 

Miller: Hmm... Gimana ya... 

Miller: Apa kamu sudah kasih tahu orang tuamu kalau kamu dirundung di sekolah? 

Nufail: Pernah kok... Tapi gurunya hanya nasihati mereka saja... 

Miller: Kok malah dinasehati doang?! Itu tidak cukup! Seharusnya mereka di skors habis situ nasehati mereka, atau ngomong sama orang tua mereka lah.... 

Nufail: Aku yang bilang kepada gurunya kalau mereka dinasehati saja... Tidak usah di skors atau dilaporin ke orang tua mereka... Lagi pula... Aku memang pantas mendapatkannya... 

Miller: *Menjentikkan jari* 

Nufail: Hm? 

Miller: Nuf, kamu seharusnya membiarkan mereka diskors dan laporin mereka ke orang tua mereka... Bukannya malah membuat gurumu menasehati mereka... Mereka bakal ngeyel dan tetap merundungmu... Dan tidak kamu tidak pantas dirundung, orang sepertimu itu sangat jarang ditemui, kamu itu unik sekali.... Kamu selalu membuatku bahagia dan membantuku meskipun agama kita berbeda.. Jadi kamu juga harus belajar melindungi dirimu dan melawan mereka, kalau kamu tetap tidak ingin melawan mereka kamu bakal hancur... Aku tidak ingin kamu jadi seperti diriku yang dulu... 

Nufail: .... 

Nufail: Aku tahu tapi... Aku juga takut mereka bakal lebih sering menyakitiku dan situasinya memparah... 

Miller: Hah... Kamu ini benar-benar tidak ada harapan... Kamu terlalu baik.... 

Nufail: Aku tahu.... 

Miller: Kalau mereka masih membullymu lapor ke umi dan abimu atau ke aku, mungkin aku dan orang tuamu bisa membantumu. 

Nufail: Baiklah.... 

Miller: Ya sudah aku pergi dulu ya.... 

Nufail: Iya... Dah... 

Miller: Dadah! 

Lihat selengkapnya