A Born Beauty

Yohana Ekky Tan
Chapter #1

Prolog

"Sebentar lagi, kamu bakalan ditinggal sendirian. Kata Mamaku, orang tuamu bakalan cerai," seorang anak perempuan dengan boneka di tangannya memberi tahu.

"Iya. Kamu nggak bakalan bisa berbuat apa-apa kalo udah gitu," kata anak perempuan lain di sebelahnya. "Kasihan banget sih kamu. Untung papa mamaku nggak gitu."

Ini adalah kesekian kalinya Ifone mendengar perkataan semacam itu. Bukan hanya dari teman-teman sepermainannya, tetapi juga dari teman-teman sekolahnya. Ia yang tadinya menikmati permainan masak-masakan bersama mereka pun terdiam. Biasanya ia akan bersikap cuek dan menutup telinganya, namun kali ini ia tidak bisa menyangkal lagi. Beberapa waktu terakhir ini ia memang mendengar kedua orang tuanya berdebat hebat, meskipun mereka bersikap seolah semuanya baik saat ia muncul di hadapan mereka.

"Aku nggak mau mereka cerai," Ifone menitikkan air mata. Diletakkannya kompor mainan yang ia pegang, lalu ia pergi dari hadapan teman-temannya.

Dengan perasaan terluka, ia berlari ke rumah sahabatnya. Ia ingin bercerita padanya mengenai ucapan teman-temannya. Dialah satu-satunya sahabat bagi Ifone, yang bersedia mendengarkan segala sesuatu yang diceritakannya.

"KENNETH!" Ifone menemukan sahabatnya yang sedang membersihkan sepatu sekolahnya di dekat pintu samping rumahnya.

Melihat Ifone menangis, Kenneth meletakkan sepatunya dan berlari pada gadis itu. "Kamu kenapa?" tanyanya cemas.

Ifone pun terisak keras sekali sambil berkata, "Kata temen-temen, papa mama mau cerai. Aku nanti ditinggal sendirian." Ia lalu terduduk di tanah.

Kenneth berjongkok lalu meletakkan tangannya di bahu Ifone. "Enggak, mereka nggak akan cerai," ucapnya meyakinkan.

"Tapi papa mama emang suka bertengkar waktu aku nggak ada di rumah," gadis itu semakin terisak.

"Ifone, kalopun mereka cerai, kamu nggak akan sendiri, oke? Aku bakalan ada sama kamu. Nemenin kamu terus," Kenneth menghapus air mata sahabatnya.

"Kata temen-temenku, kalo mereka cerai, aku nggak bakalan bisa ngapa-ngapain. Aku nggak mau gitu," Ifone berusaha menghentikan air matanya yang tak berhenti mengalir.

Kenneth menangkup wajah Ifone. "Dengerin baik-baik ya, Fone. Kamu itu pejuang. Mereka cerai atau enggak, pokoknya kamu nggak akan jadi kaya yang temen-temenmu bilang. Aku juga akan bantu kamu supaya orang tua kamu bersatu lagi kalo sampai mereka cerai." Ia kemudian mengangkat tangan sahabatnya dan membuatnya berdiri. "Kamu bisa. Kamu kuat. Kamu juga harus tetep jadi anak yang baik nggak peduli gimanapun. Dan sekarang, nggak usah lagi kumpul sama anak-anak itu."

Merasa termotivasi, Ifone pun perlahan berhasil menghentikan isak tangisnya. Ia memercayai perkataan Kenneth. "Makasih, ya. Aku nggak akan sedih lagi." Ia memeluk sahabatnya itu dan berbalik hendak pergi tapi tangannya ditahan.

Lihat selengkapnya