A Day in My Life

Ariny Nurul haq
Chapter #17

Prank Ulang Tahunku

10 September 2018.

Aku masih jalan-jalan di Bali sama Rinjani. Baru pulang dari Pantai Kuta. Kepalaku pusing. Maklum lagi-lagi mabuk darat naik mobil. Namun, sedari tadi aku merasakan getaran ponsel di tasku. Aku penasaran, tapi nggak mau menambah pusing kepalaku. Lagipula, Mama suka mengomel kalau aku main ponsel di mobil katanya bikin mual.

Untungnya, mobil berhenti di warung Seafood. Kami mampir makan malam dulu. 

Aku memanfaatkan momen untuk mengecek ponsel. Waw. Ternyata ada 300 lebih chat di grup Pimred AT Press. Dahiku berkerut membaca satu per satu chat. Terjadi percekcokan antara Open, pimred AT Jabodetabek dan Genta, pimred AT Surabaya. Aku sendiri nggak tahu awal mulanya. Pusing baca chat mereka. Makanya langsung scroll chat paling bawah. Open menjudge Genta “tamak”. 

Tercium jelas kecemburuan Open. Mungkin karena Genta, cabang Surabaya dapat bonus besar akibat larinya Novel Wedding Agreement. Pimred lain mencoba mendamaikan mereka dengan mentionku. Mereka minta aku jelaskan pembagian keuntungan AT Press. Huft. Terpaksa aku jelaskan lagi.

“Rin, mau makan apa?” tanya Mama.

Sebenarnya aku nggak nafsu makan dalam kondisi pimred AT Press bertengkar gini. Perasaanku serba salah. Namun, perutku lapar. Daripada nanti aku sakit karena maag kumat, yang ada bikin repot keluargaku. Ditambah sekarang lagi di kota orang.

“Nasi goreng ada?”

Mama bertanya ke pemilik warung. Kata dia, ada nasi goreng. Mama memesan satu porsi. Lalu, aku bilang minumnya es jeruk aja.

“Bu Kos, udah baca grup pimred belum?” tanya Rinjani.

“Udah. Nih, aku lagi ngetik balasannya.”

“Mereka kenapaan sih?”

“Nggak tau juga awal mulanya. Gue langsung scroll chat paling bawah soalnya. Pusing baca percekcokan mereka. Tapi, gue rasa Open bisa jadi pimred lain cemburu nggak sih sama Genta karena dapat bonus banyak?”

“Bisa jadi. Emang bahaya banget sifat iri dengki dan kecemburuan sosial itu.”

Ketika aku mengirimkan chat ke grup mereka langsung diam. Nggak ada lagi percekcokan. Kenapa gitu loh? Mumpung aku bisa balas dan jelaskan secara cepat. Di saat aku sibuk di jalan malah pada heboh sendiri. Menyebalkan.

Aku beralih ke grup Rumpi AT Press. Kaget tahu-tahu Genta keluar grup. Padahal pagi tadi masih seru-seruan chat gibah. Aku sama Rinjani pamer foto-foto di Bali.

Pasca keluarnya Genta, yang lain heboh mempertanyakan kenapa Genta keluar grup? Aku terpaksa bohong, bahwa Genta keluar grup karena HP-nya full memori. Kebanyakan grup. Aku nggak mau yang lain tahu percekcokan antara pimred.

Aku pikir rekrut banyak orang bakal membantu kesuksesan AT Press. Ternyata makin banyak orang, makin banyak drama pula. Susah menyatukan berbagai kepala. Ini sepertinya baru drama permulaan.

Makanan datang. Kami foto dulu. Fotonya aku kirim ke grup Rumpi AT Press dengan caption ‘Makan dulu, Gaesss.’

Maretha, balas chatku. 


Pamer terossss 


Lalu, muncul chat-chat serupa dari yang lain. Aku senyum-senyum sendiri membaca chat mereka yang kesal melihat foto-fotoku yang pamer.

***

Tiga hari di Bali, tiba saatnya aku beserta keluarga pulang. Namun, nggak langsung pulang ke Kalsel. Melainkan mampir dulu ke Surabaya karena ingin ziarah di Ampel. Lalu, lanjut ke Yogya dan Solo.

Mama dan Abah lagi sibuk beberes.

Lihat selengkapnya