A Day in My Life

Ariny Nurul haq
Chapter #21

Babak III: Cinta Pertama

Sekarang masuk babak III. Kali ini aku akan menceritakan tentang percintaan dan keluargaku. Dimulai dari bahas cinta dulu kali ya.

Dalam hidupku, aku jatuh cinta 3 kali dan menjalin hubungan 4 kali. Dengan cinta pertama, pacar pertama, sahabat lama, dan karyawan AT Press. Akan kuceritakan satu per satu tentang mereka.

***

2014.

Jika kebanyakan gadis itu bangunnya pagi hari, nah aku justru bangun siang sekitar jam 12. Kalian pasti mikirnya aku melewatkan sholat subuh. Pikiran kalian salah, walau aku bangunnya siang sholat tetap nomor satu. Aku tidurnya habis salat subuh. Biar anti-mainstream.

Saat aku membuka mata hal pertama yang aku lakukan bukannya langsung mandi atau membersihkan tempat tidur melainkan menyalakan smartphone. Tentu saja untuk membuka akun instagram.

Aku memang keranjingan online sejak tahun 2010. Namun, punya akun Instagram baru-baru saja sekitar satu bulanan. Memakai Instagram gara-gara dia kemarin ada promosi akun Instagram-nya di Facebook.

Dia yang kumaksud adalah Arizal Ridwan Maulana, cinta pertamaku sejak aku duduk di bangku SD kelas lima. Aku dan Arizal terpisah karena tahun 2003 lalu aku harus ikut orang tua pindah ke Martapura sedangkan Arizal tetap berada di Solo. Alhamdulillah, tahun 2014 aku dipertemukan lagi dengan Arizal lewat Facebook. Anehnya dari zaman SD sampai detik ini aku tetap saja tak berani menyapanya duluan. 

Dari tadi aku scroll ke bawah tetap nggak menemukan postingan Arizal di akun instagram. “Aduh, Arizal kamu kok hari ini nggak posting foto di Instagram sih?” gerutuku. Aku tahu jadwal Arizal posting foto di akun Instagram itu jam 9-11 pagi. Kalau nggak lihat foto Arizal, hidupku terasa ada yang kurang.

Ketika aku hendak off dari online Instagram, tiba-tiba muncul postingan dari Arizal. Hatiku melonjak kegirangan, namun saat fotonya terlihat hatiku jadi nyesek. Di fotonya itu dia lagi tersenyum. Terus di keterangan foto tertulis, ‘With my honey’

Yang membuatku cinta dengannya karena dia baik, pintar matematika, suka menolong, kalau aku telat dijemput dia menemaniku di kelas, nggak pelit kasih contekan PR serta bekal, tiap hari libur datang ke rumahku buat main bareng dan paling penting senyumannya manis. Kini senyumannya bukan untukku lagi, melainkan untuk wanita yang ada di foto itu. Melihat foto Arizal bersama sang kekasih tak menyurutkan hatiku untuk mencintainya.

Mendadak aku jadi teringat ucapan Rayaka Bima Anggara, pembimbing novelku. “Terkadang cinta itu terbagi dua : ada yang harus diperjuangkan dan ada pula yang harus dilepaskan agar tak ada hati yang terluka.”

Cintaku ke Arizal apakah harus diperjuangkan atau dilepaskan? Kebimbangan mulai menjalar di hatiku. Aku ingin melepas Arizal, tapi nggak bisa. Namanya tertata rapi di lubuk hatiku terdalam. Tak ada orang yang bisa menggeser posisi dia dari hati. 

Arizal, kenapa sih harus kamu orang yang berhasil masuk ke hatiku? Terus kenapa coba kita bertemu lagi saat kamu sudah punya cewek? Aku mengacak rambut frustasi. Sesaat kemudian aku menggeleng pelan. Aku nggak boleh nyerah. 

Dari zaman SD aku selalu bisa mewujudkan apa yang aku inginkan, asal disertai dengan tekad kuat. Bagiku selama belum keluar kata Sah dari penghulu, Arizal masih bisa direbut. Eits, aku merebut dia bukan dengan cara jadi orang ketiga mengganggu hubungan mereka terang-terangan. Pantang bagiku jadi orang ketiga. Nggak keren banget kan masa calon penulis kece jadi orang ketiga? Aku merebutnya cukup dengan mendoakannya agar segera putus dengan kekasihnya. Aku yakin suatu hari nanti Arizal jadi milikku. 

Aku memutuskan tetap jadi stalker, mengikuti segala aktivitasnya di sosial media. Aku ingin tahu sampai kapan dia bertahan dengan kekasihnya itu? 

Smartphoneku ada aplikasi text gram. Aku bikin saja picture teks. Isinya teksnya seperti ini. “Untuk menemukanmu saja aku harus menunggu 12 tahun. Jadi kali ini aku takkan melepasmu untuk kedua kalinya. Saat ini memang bersama dia, itu hanya untuk sementara. Di waktu yang tepas nanti, aku akan memperjuangkanmu. Sama seperti aku memperjuangkan naskah-naskah novelku di-acc mayor.”

Lalu aku mengunggah picture text tersebut ke akun Instagram. Aku berharap Arizal membaca picture text dan dia menyadari bahwa orang yang kumaksud di tulisan itu adalah dirinya sendiri.

***

Lihat selengkapnya