A Day in My Life

Ariny Nurul haq
Chapter #23

Si Tengil dan Dua Mantan

2017.

Nggak ada persahabatan cowok dan cewek. Salah satunya pasti ada yang baper. Lalu, akhirnya jadian. Itu juga yang terjadi denganku dan Taufan (nama samaran). 

Aku benar-benar nggak menyangka sejak kami bertemu di Solo pada tanggal 5 Desember 2017, malam harinya dia menyatakan perasaannya lewat Whatsapp. Dia bilang sudah suka sama aku sejak SD. Deg! Jantungku serasa berhenti berdetak. Kepalaku mendadak pusing. Ini terlalu dadakan. Aku bingung harus jawab apa. 

Aku mulai kepoin Arizal yang konon masih satu sekolah bahkan satu kelas sama Taufan. Aku ingin mengulik karakternya zaman sekolah. Kalau ada kebobrokannya, aku bisa dengan tegas menolaknya. Namun, sialnya, kesaksian Arizal malah mengatakan sebaliknya. “Dia orangnya baik, nggak neko-neko, nggak ada punya pacar karena asyik sama dunia wibu.”

Aku sedikit tidak percaya. Hari gini, masih ada cowok selurus itu tanpa neko-neko? Aku pikir-pikir nggak ada salahnya juga menerima dia. Toh, aku kenal dia sudah dari zaman ingusan. Sudah kenal baik keluarganya. Kata orang lebih baik dicintai daripada mencintai. Kalau nggak bisa bersatu sama cinta pertama, kenapa nggak sama temannya aja?

Untuk meyakinkan hati, aku tanya ke Mas Adit. Aku bilang, dia lagi daftar CPNS dan teman baikku di SD. Dia ternyata merestui aku jalin hubungan sama Taufan. Bahkan Mas Adit malah akur dengan Taufan. Kami bikin grup Whatsapp yang kunamai Makhluk Astral.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku memutuskan menerima cinta Taufan. Kami resmi jadian 1 Januari 2018. Pas banget tahun baru. Aku berharap menjadi awal baru dalam hidupku. Namun, kami sepakat untuk merahasiakan dari teman-teman SD. Mereka suka rese cie-ciein yang jadian. Apalagi dulu aku sempat bilang, “Dih, mana ada aku suka Taufan. Ngaco.”

Apa kata mereka kalau sekarang aku malah jadian sama cowok itu? Yang ada aku dijulitin seumur hidup sama mereka. Itulah alasanku di bab ini menyamarkan namanya. Takut teman SD-ku baca. Lalu, ketahuan kami pernah jadian.

Kami komunikasi intens lewat Whatsapp Taufan sangat berbeda sekarang. Dia yang sekarang suka sekali mengajak diskusi hal-hal berat dan sulit dicerna akal sehatku tak seberapa. Lalu, seketika aku muncul ide. Kenapa nggak dimanfaatin buat TAT? 

TAT 2018 aku ingin Taufan yang menciptakan premis naskah buat pesertanya. Benar saja. Para peserta stres karena katanya idenya terlalu mindblowing. Hahaha. Itulah gregetnya TAT. Aku puas.

TAT 2019 aku kembali melibatkan Taufan. Kali ini bukan memintanya menuliskan premis. Dia hanya kasih clue, “sesuatu yang tak terlihat oleh manusia. Namun, sangat berguna bagi alam.” Berkat idenya ini menghasilkan 7 karya luar biasa. Penjualannya pun luar biasa. Tembus 450 eks. Waw.

Semakin lama menjalin hubungan Taufan, aku merasa ada yang salah dengan hatiku. Rasanya itu bukan cinta, tapi sahabatan. Lalu, merasakan kejanggalan yang sulit kutemukan jawabannya.

Dia juga mulai jarang menghubungi dan memberikan perhatian kepadaku dengan alasan dia sibuk. Ya iya sih dia baru keterima kerja dan lolos ujian CPNS. Masa nggak sempet komunikasi denganku?

Akhir tahun 2019, aku ke Solo lagi. Niatnya bahas hubungan dengan Taufan mau dibawa ke mana? Kami sepakat bertemu di Matahari Singosaren. Ternyata, dia dengan mudahnya membatalkan janji bertemu denganku. Dengan alasan dinas keluar kota. Betapa kesalnya aku. 

Hal itu membuatku berpikir, dia cowok nggak ada effortnya. Gimana nanti berumah tangga? Yang ada dia dengan mudahnya mengingkari janji. Tiap salat 5 waktu, aku bertanya ke Allah, apa Taufan jodohku? Semakin lama rasa janggal di hati semakin kuat. 30 Januari 2020 aku memutuskan hubungan dengan Taufan. Namun, kami sepakat tetap sahabatan.

***

2020.

Saat rapuh-rapuhnya hatiku habis putusan sama Taufan, muncullah Aldo (nama samaran lagi). Yup, admin AT Press Makassar yang kini naik jabatan jadi pemimpin redaksi. Dia jor-joran kasih perhatian ke aku. Setiap ada drama di AT, dia orang pertama yang menenangkanku biar nggak emosi. Siapa yang nggak baper? Walau jarak usia kami terpaut jauh. Dia kelahiran 98. Beda 7 tahun. Namun, bagiku dia lebih dewasa dibanding diriku.

Dia pun mengajak jadian. Aku tanya di dua mantanku dulu, apakah mereka merestuiku dengan Aldo? Di luar dugaan mereka malah menentang abis-abisan.

Mas Adit bilang, “Dih, tampangnya jamet. Kamu nggak bakal bahagia sama dia. Kalau mau cari penggantiku itu mbok yo lebih baik. Buka malah lebih bobrok.”

Taufan ikut menyahut. “Tau nih. Kayak nggak ada cowok lain aja pacaran sama berondong. Karyawan sendiri pula.”

Lihat selengkapnya