A Day in My Life

Ariny Nurul haq
Chapter #20

Drama Setiap Project Menulis AT Press

Percayalah setiap AT Press mengadakan project menulis novel, pasti ada dramanya. Di bab ini khusus menceritakan drama-drama saat project menulis novel yang diadakan AT Press.

TAT Season 1-Season 4, TAT duel Horor, TAT duel 2018, adem ayem tanpa drama. 

TAT 2019. Ini TAT terbaik, 7 karya yang lolos luar biasa. Mereka bisa mengerjakan tantangan clue dari Taufan, “Object yang sering dilupakan banyak orang, tapi berguna dan punya dampak besar banget buat alam.” Dari segi penjualan juga paling banyak tembus 440 eks. Namun, ternyata banyak gonjang-ganjing drama.

-Aksa itu kirim file revisi, tapi ternyata yang aku kirim ke percetakan itu file lama banyak tipo. Ketuker karena nama file sama. Alhasil, mengamuklah Aksa dan aku ganti beberapa eksemplar.

-Percetakan salah kirim orderan Ratifa. Ratifa ngamuk jor-joran menyalahkan aku. Ini membuatku panik dan nangis-nangis neleponin Mas Adit, Aldi, Alfian, Rinjani sampai owner percetakan.

-Banyak julitan, “tipo berhamburan” bagian ini aku akui memang salahku. Aku nggak cek lagi garapan final top 7 karena aku pikir mereka sudah nggak diragukan lagi nulisnya. Lalu, sudah revisi berkali-kali juga. Aku pikir naskahnya udah aman dari tipo, makanya langsung aku lempar ke Rean buat dilayout. Nyatanya, naskah itu tetap perlu dicek. Siapa pun penulisnya. Namanya tipo 10 kali diedit juga tetap nongol. Hahaha 

TAT 2020: salah pilih juri. Aku mengajak Alfian dan Aldi (Alumni TAT 2019) ikut serta bantu aku penjurian tahap seleksi. Mereka menyarankan juri utama TAT 2020 rekrut Sayyidatul Imamah, dia author event ABNT (Aksi Bela Naskah Telantar), lulusan sastra Unpad, dan baru menang kompetisi menulis Storial (platform menulis). Kata Aldi, Dayuk (panggilan kecil Sayyidatul Imamah) bisa membawa author-author baru terutama author Storial ikut TAT. Aku setuju. 

Dia memilih naskah Aku, Babi, dan Cerita Perempuan karya Nandreans sebagai pemenangnya. Itu didukung Alfian dan Aldi. Katanya bagus banget. Ketika aku baca, nggak mengerti plot yang dia tulis. 3 orang setuju naskah ini jadi juara, aku bisa apa? Aku positif thinking mungkin ini naskah hanya bisa dipahami IQ tinggi dan penulis sastra.

Ternyata ketika PO, naskah Nandreans menuai julitan dari Idha Febriana, Rizky Kurniawan, Sika dan lain-lain mereka menganggap ini naskah mentah. Sakit. Merasa gagal. Namun, jadi pelajaran berharga kedepannya rekrut juri yang mumpuni dan punya sepak terjang bagus di literasi.

TAT 2021. Jurinya lagi-lagi alumni TAT. Belajar dari TAT 2020 yang jurinya gagal, ya udah aku jadiin aja Mbak Idha, Sika dan Rizky jadi juri. Dramanya kami cekcok, Rizky nggak setuju ada blackteam. Sedangkan aku, Sika dan Mbak Idha pada sepakat. Gimana naskah yang belum tereliminasi masih banyak yang ambyar. Ada juga dieliminasi karena hanya kurang jumlah kata. Jadi adanya blackteam ini memberi kesempatan yang gagal untuk berjuang lagi. Benar saja pemenangnya Akbar Suganda, naskahnya cakep. Padahal dia sudah tereliminasi di awal.

Muncul drama lagi, pas revisi. Ada penulis top 4, Mak Endah nggak kelar revisi alasan kena Covid. Kataku kan kalau nggak revisi kena denda 500k. Dia nggak terima, nggak ada MoU. Lah, padahal di banner tertulis semua peraturan ada dendanya dan akan diberitahukan di grup untuk lebih detailnya. Dia ikut TAT harusnya siap konsekuensi kena denda dong? Kami sepakat blacklist Mak Endah selama-lamanya dari AT Press.

TAT 2022. Harusnya juga ada blackteam. Namun, peserta kompak nggak setuju. Akhirnya aku batalin adanya BT. Menghasilkan 7 naskah terbaik. 3 di antaranya masuk nominasi #ScarletPenAward anugerah fiksi kriminal yang diadakan oleh Detectives.id di Instagram.

Lihat selengkapnya