Ruangan kamarku tiba-tiba saja terasa begitu gerah, siang terasa begitu cepat. Cahaya oren yang menembus gorden kamarku terasa begitu mengusikku. Aku dengan malas membuka mataku menatap waker yang berada di atas kepalaku. Lampu jam waker itu tidak perlu di tekan lagi agar bisa menyala, bias cahaya dari jarum dan angka terlihat begitu jelas perlahan menindih angka sebelas. Sial! Lagi-lagi aku kesiangan, tapi rasanya juga aku tidak sanggup untuk mengangkat badanku dan segera bersiap ke kantor. Aku sangat ingat hari ini ada rapat. Ah, tapi rasanya badanku mau remuk saja. Bahkan kakiku...
Kakiku...
Kenapa berat sekali untuk diangkat?
Sedikit keram.
Aku mencoba membalik badanku–semalaman tidur dengan posisi terlungkup–oh, kenapa aku tidak bisa berbalik. Rasanya kakiku berat sekali untuk digerakkan. Aku menerka-nerka apa.. aku... lumpuh?! Tuhan, apa ini karena aku berlari naik tangga sepulang dari kantor kemarin ke lantai sepuluh apartemen ini.
Aku meraba-raba meja untuk mencari smartphone ku, untung saja langsung ku temukan... Seperti ada yang tidak beres... aku mencoba membuka mataku lalu menguceknya, berharap bisa melihat normal lagi, namun tetap terasa berat.