Aku bangun pagi-pagi sekali sebenarnya masih ingin melanjutkan tidurku, namun langsung terbangun setelah membaca email yang kemarin masuk namun belum sempat ku baca, dengan mata yang baru terbuka setipis kertas hvs 70 gram.
Ini sudah seminggu paska aku menemukan bosku di apartemen yang ku sewa darinya, masuk tanpa permisi. Aku juga sudah seminggu tidak pulang ke apartemen dan menghindarinya, dan hari ini sudah sehari aku ijin cuti kerja karena sakit. Sekarang aku menemukan email bahwa aku di panggil HR untuk di pindah tugaskan?
Tentu saja ini membuatku shock. Dalam seminggu banyak sekali hal-hal aneh yang menggangguku. Tepat setelah aku menemukan bosku di dalam kamarku sendiri atas tempat tidurku. Padahal tinggal beberapa hari lagi akan ada pameran yang akan segera ku tangani bersama timku, tapi malah aku di pindah tugaskan. Aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi tentu saja aku berpikiran ini pasti ulah bosku.
Setelah meringankan dadaku yang sudah di buat shock pagi-pagi, aku bergegas mandi dan pergi ke kantor. Tentu saja aku ingin penjelasan yang tepat kenapa aku di pindah tugaskan di divisi berbeda secara mendadak.
***
"Take it, or get out... kau hanya punya satu pilihan di antara itu." ujar manajer HRD sambil mengetikkan sesuatu di komputernya.
Percayalah, aku bukan seperti orang kebanyakan pada umumnya, kalau bilang orang jawa "kendel ngringkel, dhadhag ora godhag" meskipun otakku sudah berkoar-koar ingin marah dan melimpahkan semua energi kemarahan ku, aku hanya berlagak berani tapi sebenarnya penakut. Belum lagi di satu sisi aku seperti anak kukang yang bisanya mengamati dan bergerak lambat. Aku hanya berdiam diri memahami kata-kata si HR dengan manggut- manggut.
"Persentase pekerjaan mu terbilang menurun dan tidak ada untungnya bagi perusahaan. Kau tidak ada pilihan lagi. Bukankan kau tidak cocok di penjualan. Jadi lebih baik kau pindah tugas saja. Terutama basic-mu tidak di pemasaran, kan? Jadi kau sekarang di tawarkan untuk menangani Project Control di devisi Kontruksi dan Mekanikal. Memang jarang terdengar, tapi kau akan belajar banyak dari sana. Perkejaan mu cukup mudah, hanya terjun ke lapangan, buat laporan dan mengontrol penagihan. Dan kau tidak perlu sulit karena tim mu terbilang cukup sedikit. Bukankah kau suka dengan tim sedikit? dari pada menjadi tim EO." ujarnya dengan menaikkan sebelah alisnya di ujung perkataannya.
"Tapi saya tidak terlalu familiar dengan pekerjaan itu." Ujarku hati-hati.
"Bukankah seperti saat kau melamar kerja disini?" Dia melipat kedua tangannya di atas meja lalu mecondongkan badannya ke hadapanku.
Untung saja dia punya wajah yang manis, kalau tidak sudah ku pukul sudah wajahnya. Ah, tapi ini hanya di dalam pikiranku, mana mungkin aku berani memukul orang.
Ia kembali menyambung perkatannya. "Bahkan perkerjaan dan latar belakang sekolahmu tidak ada hubungannya--Tenaga medis lebih banyak di butuhkan bukan?" dia kembali menarik dirinya dan menyandarkan bahunya ke sandaran kursi, setelah puas menyindir latar belakang pendidikanku yang sebenarnya.
Aku mengulam bibirku, kesal, kecewa, entahlah apa yang tempatnya untuk mengespresikan hal ini. Aku payah sekali dalam urusan ini.
"Jadi, kalau terima tawaran itu? Atau sudah siap berhenti?"
Aku berpikir keras. Tapi bagaimana pun aku masih butuh kerjaan. Sudahlah, daripada aku harus resign lebih baik aku ambil saja. Aku juga sudah lelah berurusan dengan kegiatan pemasaran.
"Saya ambil tawarannya pak." Mungkin tidak terdengar antusias, ini lebih tepatnya terdengar seperti orang putus asa.
"Oke, nanti ada rapat dengan tim barumu. Kau tidak perlu beres-beres mejamu untuk pindah. Siapkan saja nanti dirimu untuk ikut rapat jam sepuluh. Selamat berkenalan." Dia tersenyum lalu melambaikan tangannya menyuruhku cepat keluar dari ruangannya.
***
Aku belum memberi tahu siapa-siapa, orang-orang yang ada satu ruangan atau satu tim denganku akan kepindahan ku yang mendadak. Atau mungkin mereka tahu tapi sengaja tidak membahasnya. Mereka tampak biasa-biasa saat aku keluar dari ruangan HR. Selebihnya aku hanya mengirimkan arsip pekerjaanku dan pekerjaan yang sudah ku perjuangkan selama beberapa minggu belakangan ini ke seseorang yang aku tidak tahu siapa yang akan meng-handle, aku hanya mendapatkan perintah untuk mengirimkan ke penyimpanan cloud yang barusan saja linknya di kirim ke emailku.
Selebihnya aku hanya memandangi monitor komputerku menunggu sampai jam sepuluh. Sedangkan sekarang masih jam sembilan. Mendadak aku menjadi bosan hingga frustrasi. Aku akan belajar hal baru lagi di departemen yang baru dengan devisi baru. Membayangkan saja aku sudah mual. Bahkan selama aku bekerja di perusahaan ini aku tidak pernah tahu bahwa perusahaan ini menangani beberapa perusahan cabang dengan beda dari apa yang ku kerjakan sekarang. Apakah direktur perusahaanya juga akan berbeda.
Pekerjaan lapangan? Mekanikal? Bagaimana nantinya ini?