Dengan semua rasa penasaranku, aku pun memberanikan diri untuk turun ke bawah. Karena letaknya di bawah tanah dan tersembunyi, aku dapat merasakan ruang itu gelap dan lembab. Setelah menuruni beberapa anak tangga, akhirnya aku menemukan saklar lampu ruang itu dan langsung menekannya. Di sana aku melihat beberapa barang nenek dan aku menemukan banyak simbol-simbol petir.
Aneh, sewaktu kecil ketika aku mengunjungi rumah nenek, aku tidak pernah lihat barang-barang ini. Aku merasa di setiap sudut ruang ini, terdapat simbol petir berwarna ungu yang menyala-nyala. Dengan rasa penasaran, aku pun menyentuh sebuah kristal berwarna keunguan yang terletak di salah satu meja di ruangan itu. Tidak ada hal aneh yang terjadi. Di samping kristal tersebut, aku menemukan gelang yang kelihatan sangat cantik dan berkilau. Aku yakin, siapapun yang melihatnya pasti akan tertarik untuk memakainya. Begitu pula dengan aku. Di tengah gelang tersebut terdapat lambang petir. Sama seperti hampir sebagian besar barang yang terdapat di ruangan ini. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil dan menaruhnya di dalam saku jaket yang sedang kukenakan. Jangan sampai ada yang tahu aku mengambilnya.
Setelah itu, aku kembali melihat-lihat isi dari ruangan tersebut. Aku menemukan banyak sekali tulisan-tulisan dalam bahasa yang tak kumengerti. Yang jelas, aku tidak begitu asing dengan huruf-hurufnya karena aku sering menemukannya pada lukisan-lukisan di dinding rumahku. Aku pun melihat jam tangan yang kukenakan untuk mengetahui sudah berapa jam aku berada di bawah sana. Anehnya, ketika kuperhatikan lagi, jarum dari jam tangan tersebut sama sekali tidak bergerak. “Aneh, perasaan baru seminggu yang lalu aku ganti baterainya. Kok sekarang sudah habis lagi?” tanyaku dalam hati. Aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan memilih untuk menuju ke atas untuk makan. Pintu menuju tangga tersebut kukembalikan seperti keadaan asalnya agar tidak ada yang curiga. Kembali, kulihat lagi jam tangan biru yang kukenakan. Anehnya, jarum jam tersebut bergerak seperti sedia kala. Dan menurut jam tersebut, aku hanya menghabiskan 5 menit di bawah sana. Aneh sekali rasanya. Padahal, aku merasa sudah menghabiskan waktu cukup lama berada di bawah sana. Bahkan sampai perutku terasa sangat lapar. Kembali, aku abaikan keanehan-keanehan tersebut dan berpikir kalau mungkin memang jam tanganku ini sudah rusak dan harus aku perbaiki. Lagipula, jam tangan tersebut sudah kukenakan sejak SMP dan merupakan pemberian dari almarhum kakekku. Ia berpesan untuk menjaga dan merawat jam tangan kesayangannya.
Setelah selesai menyantap hidangan buatan ibu yang sebelumnya sudah ibu siapkan, aku pun masuk ke kamar untuk rebahan sambil membaca buku. Di sana aku teringat akan keberadaan gelang yang tadi aku ambil dari ruangan rahasia tersebut. Kupegang gelang tersebut dan kuambil dari sakuku. “Cantik betul gelang ini. Ingin sekali kukenakan sekarang tapi aku takut ayah akan memarahiku,” ucapku dalam hati.