Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua lewat ketika aku akhirnya duduk untuk makan siang. Perutku keroncongan dan tenggorokanku kering. Siapa sangka restoran-restorannya akan sepenuh ini dan pencarian kado Natal membuatku memutari seisi Gallerya. Masih ada lima kado lagi yang harus kubeli, tapi itu bisa menunggu. Yang tidak bisa menunggu sekarang adalah dua burger keju dengan telur dan satu kentang goreng ukuran besar dan es krim vanilla berlumur saus cokelat. Nyam. Tidak lupa air mineral. Aku melahap makan siangku dengan penuh sukacita.
Ketika sedang sibuk mengunyah burger dan mencocol kentang goreng dengan es krim, mataku tidak sengaja menangkap satu gerakan di bagian depan sisi kiriku. Cukup jauh dari tempat dudukku, aku menyadari ada seseorang yang memerhatikanku. Seorang cowok, sepertinya sebaya atau lebih tua dariku. Dia terlihat mengamatiku. Aku diam-diam menyipitkan mata ke arahnya, tapi tidak bisa mendefinisikan siapa dia di dalam kepalaku. Mataku agak buram. Tapi aku yakin aku tidak mengenal cowok itu.
“Aneh sekali,” gumamku, berusaha mengabaikannya dan kembali fokus pada burgerku.
Cowok itu masih di sana mengamatiku ketika aku meraih es krim untuk menghabiskannya. Dia mulai bergerak-gerak ragu, aku bisa melihat jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja. Oke, aku mulai merasa tidak nyaman. Siapa cowok ini dan apa dia berniat untuk menghampiriku?
Oke, aku juga tidak berniat untuk dihampiri siapapun yang tidak kukenal hari ini. Terutama cowok yang agak creepy itu karena dia jelas-jelas memandangiku.
Aku buru-buru menghabiskan es krim dan membuang sisa-sisa makan siangku. Kuraih troliku dan bergegas keluar dari gerai makan itu. Aku sempat menoleh ke belakang sebentar dan tidak dapat menemukan cowok itu. Ya sudahlah. Yang penting aku tidak melihatnya lagi.
Aku mendorong troliku di sepanjang lantai empat sambil bersiul-siul. Lantai ini cenderung lebih sepi, jadi aku bisa lebih leluasa melihat-lihat. Di dekat lift, aku melihat ada seseorang yang berdiri di sana. Lalu dia berjalan menuju arah yang berlawanan denganku.
Tunggu. Apa itu cowok yang tadi ada di gerai makan?!
Aku berusaha untuk tetap tenang, walaupun sebenarnya aku mulai panik. Aneh sekali kenapa aku harus merasa ngeri di dalam mall. Kuputuskan untuk bersikap senormal mungkin. Terkadang orang asing menyapamu dan itu adalah hal yang wajar. Walaupun yang ini agak creepy karena dia terbukti mengikutiku. Aku tetap berusaha bersikap acuh dan santai.