Di ujung pulau di antah berantah
Suara menggema memecah telinga
Berbondong – bondong warga berdatangan
Seorang wanita kesakitan
Seorang pria kebingungan
Sementara, warga menambah kepanikan
Peristiwa penuh rasa itu hasilkan hal baru
Manusia kecil namanya
Ia menghubungkan suara
Ia menjadi awal dari suatu perubahan yang tak mereka kenal
Awal yang menyatukan semua orang
Biasanya cerita di mulai di pagi hari, dimulai dengan membuka mata tuk lihat sang kekasih, menikmati hangatnya mentari, memulai hari dengan senyuman dan hati yang riang gembira. Namun, hal ini berbeda untuk sepasang kekasih di ujung pulau, darah bercucuran dimana-mana, teriakan sang wanita menggema di desa, pengalaman tak ada dan masalahnya pun tak tahu itu apa sehingga mereka hanya bisa terdiam karena tak tahu harus berbuat apa.
Mentari semakin meninggi, warga lain datang tuk puaskan rasa penasaran diri. Pria yang biasanya mulai mengais tanah dan tanami bumi tuk penuhi kebutuhan sehari-hari meninggalkan ladang dan beralih ke rumah kekasih itu tuk membuat kerumunan. Wanita dari ujung kanan dan kiri, menunda keseharian sibuknya dan sempatkan diri tuk temani kaumnya yang sedang kesakitan ini.
Tak seperti para pria, para wanita nampak ketakutan terutama bagi mereka yang miliki kondisi serupa. Wanita yang miliki perubahan bentuk tubuh selama beberapa bulan terakhir mulai berpikir, akankah dia akan mengalami hal yang sama dengan wanita yang tengah menggerang disana, apakah ia telah melakukan perbuatan jahat sehingga ia harus menerima kutukan dan kesakitan?. Ya, mungkin seperti itulah pemikiran mereka. Sedangkan, wanita yang tak berubah bentuk tubuh mulai memandangi wanita lain yang berubah bentuk. Tatapannya yang ketakutan, aneh, dan berusaha menghindar seakan takut mereka akan tertular dengan para wanita itu. Tak lepas dari itu, teriakan wanita terlihat sedang meregang nyawa telah berubah menjadi undangan kepada seluruh warga desa tuk jadi bahan tontonan.
Kedatangan warga berubah dari yang semula penasaran saja menjadi simpati dan iba. Mereka lakukan segalanya tuk berikan kenyamanan pada wanita yang mereka tak tahu sedang berbuat apa. Tak pernah ada hal seperti ini sebelumnya, ini adalah hal baru bagi mereka. Mungkin agak terlambat dan kau harus memakluminya, ini adalah awal kehidupan dimana manusia hidup bersama. Mengingat dulu ketika pertama kali membuka mata, semua seperti telah disiapkan dan diatur entah oleh siapa. Rumah, tanah, bangunan, tumbuhan, hewan, manusia dewasa baik pria dan wanita, pakaian, ingatan, dan berbagai hal lain yang dibutuhkan mereka untuk hidup telah tersedia di depan mata. Tak tahu ini suatu permainan atau apa tapi semua berjalan dengan semestinya.
Lambat laun, manusia itu mulai membuat suatu hubungan, peraturan ditetapkan, pemimpin ditinggikan, dan kedamaian ada dalam genggaman. Desa tersebut mulai meluas, banyak bangunan baru didirikan. Para pasangan diberi rumah tuk menikmati kebebasan. Itu terjadi hanya dalam dua tahun, mungkin terdengar cepat tetapi ingatan yang diberi oleh makhluk yang aku tak tahu itu siapa seakan telah menanamkan aturan main di dalam darah mereka dan mungkin padaku juga. Berperan sebagai pengawas desa dari kejauhan adalah sesuatu yang telah kulakukan tanpa sadar. Membantu mereka yang sedang kesusahan, mencari jalan keluar dan berbagai hal lain yang dapat membatu mereka berkembang. Ya, ingatkan aku tuk membahasnya di kesempatan nanti. Mengapa tidak sekarang? Membuatmu penasaran, jengkel, dan kesal sepertinya menyenangkan, hahaha.
Rumah, kebebasan, dan pasangan, apa hal yang akan muncul dalam kepalamu ketika mendengar hal itu. Jika aku dapat mengatakan, keluarlah sesuatu yang aku sebut dengan naluri hewani, suatu hal yang tak bisa dijelaskan dengan akal pikiranku hingga saat ini, suatu perilaku yang bukan menggambarakan manusia yang kutahu. Tak berniat mengintip atau apa, tapi hiburan di sini sangatlah sedikit, berkeliling dengan gunakan kemampuanku adalah suatu hal yang tak pernah buatku bosan tuk habiskan hari. Melihat segalanya dari satu tempat tanpa harus berpindah, cukup andalkan burung sebagai mataku di udara dan desa. Dengan hal itu, ku mampu tuk penuhi akalku dengan hal yang tak ku tahu di atas sini. Melayang dan terbang, burungku melihat desa dari kedekatan, membaur dengan kehidupan desa yang nampak tak ada hambatan.
Suatu saat, pikiranku sedang tak mau istirahat di tengah kegelapan malam dan tak mampu buat pikiran ini menghentikan kegiatannya. Aku pun mendekat ke arah jendela, merasakan dinginnya angin malam, terasa kenyamanan di balik suatu yang mencekam. Melihat desa di tengah kesepian ini membuatku penasaran, apakah ada orang yang sepertiku yang bulan pilih tuk temani dirinya di langit kegelapan karena bintang telah sibukkan diri tuk menggerombol dan tak hiraukan sang bulan yang terangi gelapnya malam dalam kesendirian.
Menerbangkan burungku keluar, melihat melalui jendela yang tirai saja tak mampu menutupinya, dan suatu hal baru ketemukan di tengah malam yang semula kusebut mencekam berubah menjadi menjijikkan.
Seperti kataku tadi, aku tak bermaksud mengintip orang, toh aku juga tak menganggu mereka, malah biasanya aku membantu mereka tuk lewati masalah yang menerjang mereka. Caraku untuk mengetahui bahwa mereka membutuhkan bantuan dan membantu mereka adalah dengan mengawasi mereka di kejauhan. Aku tegaskan sekali lagi, aku bukan mengintip, aku hanya mengawasi. Dalam pengawasanku tadi, aku temukan suatu hal yang tak mampu kujelaskan dengan akal dan pikiranku dan aku memutuskan tuk sebutnya naluri hewani. Dengan alasan yang sederhana, karena apa yang kutemukan pada saat itu sama dengan apa yang para hewan lakukan.
Tak hanya manusia, aku juga amati hewan karena tak seperti manusia yang memiliki akal dan ingatan itu, hewan hidup dan bertindak tuk penuhi kebutuhannya semata. Mereka hanya butuhkan minum dan makan entah dengan tumbuhan atau daging yang kurasa setiap hewan punya seleranya sendiri tuk memilih makanannya. Selain itu, mereka terkadang menggerang dan menggeluarkan suara aneh di kala malam, saling menempelkan tubuh mereka. Itulah hal yang sama yang dilakukan oleh manusia yang kuliat pada malam itu. Tentunya dengan perbedaan, manusia yang kesehariannya memakai baju, menutupi kulitnya, pada malam itu, mereka tak melakukan hal itu dan melakuan hal yang hewan lakukan.
Jika sedikit berbicara tentang hewan, aku selalu merasakan suatu perasaan aneh di dadaku. Hewan tidak bisa berbicara dengan manusia yang terkadang atau bahkan seringkali menganggu mereka. Manusia pun juga tak berusaha memahami apa yang hewan rasakan. Bukankah dari sorot matanya dan rintihan suara yang ia keluarkan sudah menggambarkan apa yang ia rasakan. Aku tak tahu apa yang ingatan itu berikan pada manusia di bawah sana, naluri untuk bertahan hidup, mempertahankan kaumnya, dan membantai kaum lainnya. Itulah hal yang terlihat ketika aku membayangkan apa yang telah manusia lakukan pada hewan. Mengawasi dan membantu mereka adalah sedikit hal yang mampu kulakukan sebagai bentuk terima kasihku atas pengorbanan yang mereka lakukan. Pengorbanan tuk pertahankan manusia dari kehidupannya, mereka diburu, dimakan, dipinggirkan, dan entah berbagai hal yang kadang buatku merasa bahwa manusia hanyalah hewan dengan akal pikiran dan lupa akan wujud aslinya.
Rasa penasaranku akan hal yang tak kuketahui tak berhenti di malam itu saja. Tak hanya sekali atau dua kali aku tak dapat tertidur dan fokus karena rasa ini tak kunjung terpuaskan. Aku coba melihat mereka kembali, tak hanya dalam satu pasang yang kutemui pada malam itu, beberapa pasangan melakukan hal itu. Pada beberapa pasangan yang telah melakukan hal itu untuk jangka waktu tertentu dan cukup sering kurasa, terdapat perubahan dalam bentuk badan dan perilaku pada wanita yang tidak dialami oleh para pria. Mulai dari buah dadanya yang semakin membesar, perutnya pun juga ikut membesar, nafsu makannya pun semakin membesar, dan mereka terlihat lebih marah dan manja daripada biasanya . Itulah beberapa perubahan yang terlihat dalam penglihatanku.
Aku kira penyebab dari membesarnya perut wanita itu adalah makanan yang ia makan semakin banyak dan bukankah wajar jika itu mengubah bentuk tubuhnya. Karena hal itu, aku tidak mempermasalahkan perubahannya. Namun, untuk satu hingga tiga bulan, itu masih perubahan yang wajar, tetapi untuk bulan-bulan seterusnya hingga sekarang, perubahan itu makin jelas dan anggapanku yang semula perubahan itu karena makanan menjadi kabur. Apakah ini adalah suatu hal yang tak kuketahui? Apakah ini pesan dari makhluk yang aku tak tahu itu siapa yang memberikan kami peringatan? Bagaimana caraku mengetahui jawaban dari segala pertanyaan yang muncul di kepala ini?
Pengawasan yang aku lakukan mulai aku perketat dan meluas. Aku melihat berbagai hal di luar desa tetapi aku tidak mampu menemukan jawaban atas masalah ini. Hal ini berlangsung hingga pagi yang penuh dengan teriakan histeris tadi.
Teriakan wanita yang menggema ke seantero desa membangunkan warga dan penuhi rumahnya. Darah yang bercucuran di kakinya semakin memenuhi lantai. Tak ada yang tahu hal apa yang harus dilakukan. Mereka semua hanya mau terdiam dan menahan muntahan. Wanita itu hanya ditidurkan di ranjang yang sudah dikerumuni orang-orang. Sang pria datang bergegas membawa handuk hangat tuk basuh kakinya yang terkena darah. Tak hanya membasuh, ia juga mencari tahu dari mana sumber darah ini berasal. Mulai dari kaki dan terus ke atas, akhirnya pria itu menemukan asalnya. Lubang yang biasanya ia memasukkan bagian tubuhnya membuka dan mengeluarkan banyak darah.
Ia mulai mencari lilin dan mengeluarkan para pria lain dari kamar itu. Ia tak inginkan tubuh wanita miliknya dinikmati oleh mata pria lain. Di dalam kamarnya, ia hanya menyisakan beberapa wanita yang ia percaya tuk membantunya mengatasi masalah pada wanita miliknya dan tentu saja mampu menahan diri melihat darah merah yang terus bercucuran.
Dimulai dengan mengganti selimut yang telah ternodai dengan darah yang keluar sedari pagi, ia menutupi tubuh wanitanya dengan hati-hati. Tak hanya membiarkan wanita yang ia cintai kesakitan, ia berusaha memberikan ketenangan sembari menanyakan apa yang ia rasakan, mencari informasi yang mungkin dapat membantunya keluar dari masalah ini. Mereka hanya bisa saling menggengam dan menguatkan seakan ini adalah hal terakhir yang dapat mereka lakukan sebelum kematian menjemput mereka. Setelah berusaha tuk kuatkan sang wanita, pria ini pun berusaha mengatakan sesuatu yang mungkin dapat membantu dan melakukan sesuatu pada lubang terbuka yang ia temukan.
Dengan kehabisan tenaga, wanita itu hanya dapat menangis dan mengangguk sebagai tanda mematuhi perkataan pria yang tadi menggengam erat tanggannya. Kemudian, ia mulai mengeluarkan ekspresi seakan ia berusaha tuk keluarkan hal aneh yang berada dalam tubuhnya. Kemudian, ia membuka pakaian bagian bawah yang dipakai wanitanya agar ia semakin leluasa tuk melihat sumber pendarahan yang ia alami. Ia meminta seorang wanita tuk memegang selimut di atas kepalanya, dan seorang wanita tuk memegangi lilin agar ia bisa melihat bagian tubuh wanitanya dalam kegelapan. Ketika pria itu mulai melihat lebih dekat ke lubang itu, sesuatu yang aneh mulai terjadi.
Lubang yang pria lihat itu memang sebelumnya telah terbuka dan lubang itu membuka semakin besar ketika ia melihat kedua kalinya. Sekilas ide muncul dalam pikirannya, ia meminta wanitanya untuk semakin mendorong hal dalam tubuhnya itu. Berharap dengan hal itu, sesuatu yang ada dalam tubuhnya itu dapat keluar dan menghentikan kesakitan yang dialami wanita tercintanya. Hal tidak terduga mulai muncul setelahnya, benda panas, terasa tak lunak tapi juga keras, dan yang lebih aneh adalah perasaan tak asing ketika menyentuhnya. Perasaan yang tadinya merasa bahwa in adalah benda yang membawa kesengsaraan dalam hidupnya seakan sirna.
Raungan yang semakin besar, darah yang juga tak henti-henti bercucuran, jantung yang berdebar kencang. Dua wanita yang mendampinginya tak kuat menahan diri melihat darah yang terus membanjiri. Mereka meminta wanita lain tuk menggantikannya tetapi hal itu tak semulus yang dikira. Melihat wajah dua wanita yang pucat membuat wanita lain ragu tuk melangkah maju. Walaupun rasa penasaran mereka semakin meninggi dengan segala keadaan yang terjadi, tapi itu tak membuat ketakutan mereka pergi dan hanya membuat mereka tertekan tuk buat keputusan.