A Good Father

Lilian
Chapter #4

Stupid Promise Maybe Could Change Your Life

JAKE

Setelah melalui beberapa hal, Chloe dapat bersekolah di sekolah yang sama dengan Aiden. Daphne ingin berjaga-jaga agar gadis kecil itu baik-baik saja. Daphne benar-benar menjaga Chloe dengan begitu baik, bagai seorang kakak. Menurutku Daphne terlalu muda untuk memiliki anak. Namun, Daphne selalu bercanda jika dirinya menikah dia akan langsung mengadopsi Chloe.

Omong-omong tentang sekolah, aku harus mengantar Chloe ke sekolah barunya. Daphne secara tiba-tiba pergi karena memiliki pekerjaan dadakan. Daphne sudah menyiapkan semuanya untuk Chloe, jadi aku hanya perlu mengantarkannya. Aku harap begitu, Clara bilang selalu ada masalah di hari pertama sekolah. Itu membuatku sedikit takut, tetapi bisa jadi Clara hanya bercanda.

“Paman Jake. Bagaimana penampilanku?” tanya Chloe sambil menunjukkan seragamnya.

“Cantik. Ayo berangkat!” jawabku dengan singkat.

“Namun, aku hanya membawa buku satu. Apa aku harus membawa buku lebih?” tanya Chloe yang membuatku bingung.

“Aku tidak tahu. Kalau kurang bilang saja pada gurumu,” jawabku dengan buru-buru.

Aku langsung menggenggam tangan Chloe dan membawanya keluar apartemen. Di dalam mobil, semuanya aman hingga mobil pergi tidak ada masalah dan kekhawatiran aneh lagi. Aku berhasil selamat mengantarkan Chloe tanpa bencana apa pun. Clara, kau salah kali ini. Aku akan mengantarkan gadis kecil ini sampai ke sekolah tanpa masalah.

Pikir bodohku saat itu hingga tidak menyadari aku memilih jalur yang salah, dan sekarang kami terjebak macet. Sial, aku benci saat Clara benar. Aku berusaha tenang agar Chloe tidak panik karena anak itu sudah terlihat gugup. Aku bahkan tidak mengetahui harus berbicara apa kepada anak itu. Kami berdua sama-sama gugup dan tidak mengetahui harus melakukan apa.

“Apa Paman mempunyai anak?” tanya Chloe secara tiba-tiba.

“Ya. Dia sudah tidak ada karena kanker,” jawabku dengan singkat.

“Jadi, itu alasan Paman pergi ke terapi. Aku kira Paman terlalu lama sendiri.” Chloe, yang benar saja. Situasi sedang macet seperti ini kamu masih bisa menghina aku menyedihkan.

“Aku melihat Paman meminum alkohol tadi pagi,” ucap Chloe.

“Chloe, itu hanya air mineral biasa. Kamu pasti salah kira,” balasku dengan panik.

“Aku tidak bodoh. Trik itu sudah murahan, memasukkan alkohol ke dalam botol minum biasa. Aku sudah bilang kepada bibi Daphne.” Bagaimana anak ini mengetahui hal seperti itu.

“Kamu tidak mengerti, Chloe. Aku butuh hal itu untuk menghilangkan kesedihan,” belaku dengan nada kesal.

“Orang yang mengadopsiku juga bilang seperti itu. Sekarang, dia sudah berada di dalam peti mati,” sindir Chloe sambil tersenyum kepadaku.

“Baiklah. Aku akan menyingkirkannya dan menganggap terapi dengan serius,” ucapku dengan frustrasi.

Apa ucapan anak kecil sebegitu menyakitkan itu? Aku merasa tertampar mendengar semua ucapan Chloe. Aku mengerti tentang anak kecil tidak pernah berbohong, tetapi Chloe seperti menanggapi hal itu dengan begitu serius. Apalagi anak itu mengetahui trik murahan yang aku gunakan agar tidak ketahuan meminum alkohol. Kalau dilihat trik itu memang menyedihkan dan menjijikkan.

Terapi memang membantuku menghilang kecanduan diriku secara perlahan. Namun, terkadang aku masih membutuhkan alkohol untuk menghilang panik. Aku rasa, aku begitu panik mengantarkan Chloe ke sekolah. Aku tidak pernah mengalami panik seperti tadi dalam waktu yang lama, jadi aku sedikit terkejut.

“Siapa nama anak Paman? Apa namanya membosankan?” tanya Chloe yang terdengar seperti hinaan lagi.

“Tidak. Aku menamainya Kaylin. Aku memanggilnya Kay. Tidak membosankan bukan,” jawabku.

“Syukurlah namanya tidak pasaran. Semoga putrimu tenang di alam sana,” ucap Chloe yang membuat diriku sekali lagi terkejut.

“Mungkin, saat bertemu orang baru jangan terlalu jujur,” saranku kepada Chloe.

“Ya, aku mengerti. Sudah ribuan kali orang mengatakan hal itu,” jawab Chloe dengan enteng.

***

CHLOE

Ini aneh. Untuk pertama kalinya ada orang yang benar-benar bersikap baik kepadaku. Namun, aku tidak bisa ekspetasi tinggi. Semua orang hanya baik di awal saja. Terkadang aku bertanya-tanya, kenapa orang tuaku tidak pernah peduli kepadaku. Semua orang hanya menganggap aku beban. Aku takut, semua orang selalu bersikap tidak baik kepadaku.

Lihat selengkapnya