JAKE
Sudah 3 bulan berlalu. Aku berhasil mengadopsi Chloe, walaupun banyak sekali kunjungan untuk memastikan aku adalah orang yang tepat untuk mengadopsi Chloe. Daphne tidak terancam dipecat lagi. Tidak ada perubahan spesifik. Namun, aku berhasil membuka toko kue bersama Clara. Aku berhasil membuat Clara membagikan resepnya, walau pada awalnya dia menolak. Clara keluar dari pekerjaannya di perusahaanku, awalnya dia agak sedih. Namun, dia bisa mengatasi itu.
Aku merasa belakangan ini Clara menjadi sedikit aneh. Clara sedikit menjauh dan menghindariku. Hal teraneh, Clara menyuruhku untuk berkencan. Dia bilang aku terlihat menyedihkan dan membutuhkan pasangan. Clara mengira aku sudah selesai berduka karena aku sudah tidak menemui terapi lagi. Namun, aku masih merindukan putriku dalam keadaan apa pun. Hanya aku tidak bersedih lagi karena kepergiannya.
“Apa Paman memikirkan bibi Clara?” tanya Chloe entah dari mana. Aku terkejut, tetapi aku harus tetap fokus menyetir.
“Tidak. Chloe, kenapa kamu terus membicarakan Clara? Apa dia membicarakan sesuatu kepada kamu?” tanyaku yang penasaran. Ini sudah ke sekian kalinya Chloe bertanya.
“Tidak. Dia hanya mengatakan betapa bodohnya Paman dan pintar di saat bersamaan. Dia juga suka membuat kue,” jawab Chloe.
“Itu aneh, apa kamu tahu sesuatu yang tidak Paman tahu? Seperti Clara mempunyai pacar atau sedang marah kepada Aiden. Mungkin Clara sedang banyak pikiran,” ucapku.
“Fokuslah menyetir. Aku tidak ingin kita mati di jalan,” balas anak itu.
Omong-omong, aku ingin mengajak Chloe untuk bersenang-senang. Aku ingin mengajaknya makan siang di restoran favoritku bersama Kaylin. Tidak ada yang mengetahui restoran itu, selain aku dan putriku. Itu seperti tempat rahasia kami dan tidak ada satu pun orang yang mengetahui itu. Aku mengajak Chloe ke sana karena aku merindukan tempat itu. Aku tidak pernah ke sana karena aku tidak mengetahui alasannya. Pokoknya, aku ingin mengajak Chloe makan siang di tempat kesukaanku.
“Apa Paman bercanda? Membawa aku makan di restoran tertutup,” ucap Chloe.
Tidak lama ke restoran ini membuatku tidak menyadari restoran ini bangkrut. Sekarang, kami tidak mengetahui harus makan siang apa. Aku tidak percaya restoran yang menyediakan makanan terenak tutup karena bangkrut. Alasan yang tidak masuk akal. Seingatku restoran ini sangat ramai. Namun, apa boleh buat. Mungkin aku dan Chloe akan makan di tempat lain atau di rumah.
“Aku mengetahui restoran yang enak dan murah. Apa Paman mau pergi ke sana?” tanya Chloe.
“Tentu saja. Kita berdiri di restoran yang tutup permanen dan tidak tahu ingin makan apa. Aku akan makan apa saja,” jawabku yang terlalu cepat.
Chloe membawaku ke lingkungan yang sungguh buruk, bahkan berjalan saja semua orang langsung berusaha merampokku. Chloe bilang restoran ini adalah favoritnya. Chloe mengenal orang yang mempunyai restoran, aku terkejut Chloe mengenal seseorang. Ya ampun, bagaimana Chloe bisa selamat dari lingkungan yang buruk ini. Sekarang aku mengetahui dari mana sifatnya berasal.
Sesampainya di restoran, Chloe langsung menyuruhku duduk dan dia akan memesan makanan. Aku sangat takut akan di rampok, jadi aku hanya duduk diam. Aku sebenarnya ingin pergi, tetapi Chloe terlihat begitu senang. Aku tidak menghapus kesenangan itu dari wajahnya, aku bukan orang jahat. Lagi pula, aku bisa betah asal makanan yang disajikan enak dan bersih. Anggap saja Chloe mentraktir diriku dengan makanan favoritnya.
“Makanan akan segera datang,” ucap Chloe yang duduk di hadapanku.
“Apa kamu sering pergi bersama orang tuamu kesini?” tanyaku.
“Tidak. Paman lupa, orang tuaku meninggalkan aku di panti asuhan. Saat aku sedih, aku datang kesini karena mereka memberikan makanan gratis untuk anak jalanan. Aku berpura-pura menjadi anak jalanan agar bisa makan gratis,” jawab Chloe. Terkadang cerita gadis ini sungguh menyedihkan dan bahkan dia tidak menyadarinya.
“Saat aku kecil. Aku dan Daphne akan berjalan-jalan dan memberikan makan kepada anak jalanan. Orang tua kami meninggal saat kami masih kecil, mereka meninggalkan warisan yang cukup banyak. Namun, mereka tidak ingin kami diadopsi atau diasuh kerabat, jadi kami diasuh oleh pengasuh bayaran. Saat aku kecil, aku berpura-pura menjadi anak jalanan untuk bersenang-senang,” ucapku.
Saat orang tuaku mati, mereka menitipkan banyak sekali larangan. Itu membuatku gila. Mendengar cerita Chloe membuatku mengingat saat aku berpura-pura menjadi anak jalanan. Aku berpura-pura agar bisa berteman dengan orang. Salah satu larangan yang orang tuaku tinggalkan, adalah untuk tidak berteman. Mereka takut orang-orang memanfaatkan aku untuk uangku. Orang tuaku aneh, walaupun sudah mati. Setidaknya, mereka membuat hidupku mudah hingga saat ini.
“Jadi, saat aku memiliki anak. Aku tidak tahu caranya merawatnya sama sekali,” candaku.
“Mungkin saat aku memiliki anak, aku juga tidak tahu cara merawatnya. Apa itu alasan anak Paman meninggal? Karena Paman tidak tahu cara merawatnya,” tanya Chloe yang membuatku tertawa.
“Tidak, Chloe. Dia memiliki kanker, jadi umurnya tidak panjang. Kamu harus menjaga kesehatan kamu agar kamu tidak terkena kanker juga,” jawabku.
“Saat aku di panti, aku berharap terkena kanker. Aku berpikir seperti itu agar orang-orang peduli kepadaku. Namun, melihat orang dengan kanker sungguhan. Aku tidak ingin terkena hal itu,” ucap Chloe.
Kanker menyebalkan, hal itu merebut hal yang paling aku sayangi. Semua hal yang dia inginkan tidak pernah terwujud. Kaylin bilang, dia ingin menjadi pembuat kue. Dia mengatakan hal itu karena sering membantu Clara membuat kue. Putriku juga ingin ke pantai, aku tidak pernah mengizinkan hal itu karena aku takut. Kaylin juga ingin mempunyai adik, aku rasa dia sudah dapat saudara, yaitu Aiden. Aku tidak bisa melihatnya tumbuh dewasa, bahkan melihat menjadi remaja saja tidak bisa.
“Kenapa Paman menangis?” tanya Chloe. Aku tidak menyadari aku mengeluarkan air mata saat memikirkan tentang Kaylin.