A Good Father

Lilian
Chapter #7

You Can Call Me Dad

CHLOE

Aku terbangun di tengah malam karena mengalami mimpi buruk lagi. Aku memimpikan tentang ibuku yang meninggalkan aku di panti asuhan. Itu sungguh menakutkan. Mimpi itu terasa begitu nyata hingga membuatku menangis. Aku sungguh takut karena mimpi itu mungkin saja benar. Aku tidak pernah mengetahui di mana ibuku yang sebenarnya. Aku ingin menganggap ibuku sudah mati, tetapi itu tidak mungkin. Itu akan membuatku anak yang jahat.

Aku segera menghapus air mataku dan turun dari tempat tidur. Aku pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Sesampainya di dapur, aku melihat paman Jake yang sedang duduk di meja makan sambil menatap laptopnya. Aku tidak ingin mengganggunya, jadi aku tidak menegurnya. Namun, aku kesusahan mengambil gelas yang berada di rak paling atas. Aku terpaksa meminta bantuan paman Jake.

“Paman Jake ... apa Paman bisa ambilkan gelas untukku?” pintaku.

“Chloe, kenapa kamu belum tidur?” ucap paman Jake yang berhenti menatap laptopnya dan mengambilkan cangkir untukku.

“Aku mengalami mimpi buruk,” balasku yang mengambil cangkir dari paman Jake.

Namun, aku sungguh mengantuk hingga menjatuhkan cangkir itu. Cangkir itu langsung pecah dan mengenai kakiku. Paman Jake langsung terlihat panik dan menyuruh duduk di kursi. Aku hanya menuruti paman Jake dan duduk diam sambil menahan air mataku. Paman Jake mengambil sapu dan membersihkan pecahan kaca itu. Aku hanya diam melihat itu semua. Aku takut paman Jake akan memarahi aku karena di cangkir itu tertulis Kaylin. Pasti itu punyanya Kaylin.

Akan tetapi, paman Jake tidak terlihat marah. Paman malah pergi ke kamarnya dan kembali dengan obat merah beserta kapas. Paman Jake dengan cepat mengobati lukaku. Paman Jake menaruh obat merah itu di kapas, lalu menaruhnya di lukaku. Rasanya sedikit perih. Aku baru pertama kali terkena pecahan kaca di kakiku. Ternyata rasanya sakit.

“Aku minta maaf, Paman Jake. Aku tidak sengaja,” ucapku.

“Ah, itu tidak apa. Aku lupa malah memberikan kamu cangkir seperti itu,” balas paman Jake dengan santai.

“Apa Paman Jake tidak marah? Cangkir itu punya Kaylin,” ucapku yang ketakutan.

“Apa iya? Biarkan saja. Aku tidak menyukai cangkir itu, mantan istriku memberikan itu kepada Kaylin. Aku sudah bilang cangkir itu berbahaya dan lihat, kaki kamu terluka. Sebenarnya, aku selalu mencari alasan untuk memecahkan cangkir itu,” balas paman Jake.

“Kamu bilang, kamu mengalami mimpi buruk. Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi yang perlu Paman tahu?” tanya paman Jake yang masih mengingat ucapanku tadi.

“Tidak ada ... aku hanya takut,” ucapku yang tiba-tiba menangis.

“Hei, kenapa kamu menangis? Memang kamu mimpi apa. Sini peluk aku,” balas paman Jake yang langsung memeluk. “Jangan menangis, ya. Itu hanya mimpi,” ucap paman Jake sambil mengelus-elus punggungku. Hal itu malah membuatku semakin sedih dan tangisanku semakin kencang.

Paman Jake melepaskan pelukan dan menggendongku ke kamarnya. Paman Jake membiarkan aku tidur di kamarnya. Paman Jake menaruh diriku di kasurnya dan menyelimuti aku. Aku masih saja menangis, aku tidak mengetahui cara menghentikan tangisan itu. Paman Jake berusaha memberhentikan tangisanku. Paman Jake berbaring di sampingku dan mengelus rambutku, seakan memintaku berhenti menangis.

“Kenapa kamu menangis? Apa kaki kamu sakit? Ceritakan kepada Paman,” tanya paman Jake.

“Tidak ... kakiku tidak sakit ... aku takut,” jawabku.

“Kenapa takut? Ada Paman di sini, Paman akan menemani Chloe. Jadi, jangan takut,” ucap paman Jake.

Paman Jake memelukku dan menunggu hingga tangisanku selesai. Tangisanku sungguh kencang hingga membuat bibi Daphne terbangun. Bibi Daphne sempat mengecek ke kamarnya paman Jake. Namun, paman Jake menyuruhnya kembali tidur. Paman Jake bilang dia bisa menangani tangisanku. Aku berusaha memberhentikan tangisanku saat mengetahui aku mengganggu bibi Daphne.

“Chloe ... tidak ada yang perlu ditakuti. Kamu aman bersama Paman di sini,” ucap paman Jake.

Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah itu. Aku tertidur dan lupa apa yang terjadi setelah aku menangis. Namun, aku merasa tubuhku dingin. Seharusnya, setelah menangis aku kepanasan. Namun, kali ini aku merasa dingin. Tubuhku terasa lemas dan sulit untuk membuka mataku. Pada akhirnya, aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

***

JAKE

Aku terbangun di pagi hari karena alarmku berbunyi. Namun, setelah aku cek itu bukan alarm. Clara meneleponku di pagi buta, bahkan matahari belum terbit. Aku berusaha membuka mataku dan mengingat apa yang terjadi semalam. Aku begitu lelah menangani tangisan Chloe hingga tidurku tidak nyenyak. Aku selalu mengecek Chloe, aku takut dia mengalami mimpi buruk lagi. Aku masih tidak mengetahui mimpi apa yang Chloe alami hingga takut seperti itu.

“Halo, Clara. Apa yang terjadi?” tanyaku dengan suara kantukku.

“Bagus, kamu sudah bangun. Aku datang ke toko untuk mengecek bahan-bahan. Tebak aku bertemu dengan siapa,” jawab Clara.

“Toko yang mana. Perlu diingat kita memiliki beberapa toko. Jadi, aku tidak ingin bermain tebak-tebakan,” protes diriku yang masih mengantuk.

“Aku juga tidak ingin menghadapi mantan istrimu di pagi buta! Ternyata dia mengetahui toko kamu atau kita dari berita. Sekarang dia datang dan ingin bertemu dengan kamu,” ucap Clara.

“Panggil polisi, usir dia. Lakukan apa saja,” balasku langsung mematikan panggilan itu.

Aku pun segera mengumpulkan nyawaku dan mengecek Chloe. Anak itu terlihat pucat. Aku langsung mengambil termometer dan mengecek suhu badannya. Suhu badannya tinggi dan tubuhnya terasa panas. Aku berusaha membangunkannya, tetapi Chloe tidak menjawab aku sama sekali. Aku tidak mengetahui harus berbuat apa.

Aku langsung mengendong Chloe dan segera membawanya ke rumah sakit. Tubuhku bergetar dan tidak kuat untuk mengantarkan Chloe ke rumah sakit. Itu membuatku teringat oleh Kaylin dan penyakitnya. Bagaimana kalau Chloe sakit parah? Aku tidak bisa kehilangan anak lagi. Semua pikiran buruk mulai bermunculan di kepala dan aku tidak bisa fokus menyetir. Aku sangat takut. Kejadian yang dialami Kaylin terjadi lagi. Aku benar-benar ayah yang buruk, jika membiarkan Chloe sakit parah.

Beberapa saat kemudian, di rumah sakit. Aku menemani Chloe yang masih tertidur di ranjang rumah sakit. Ternyata, Chloe mengalami demam tinggi dan dehidrasi. Aku tidak menyadarinya, tetapi Chloe jarang sekali minum air dan cuaca di luar sana sangat panas. Chloe sempat bilang kalau dirinya tidak suka air putih. Bagaimana aku tidak menyadari hal itu. Memang aku orang bodoh.

Lihat selengkapnya