JAKE
Pada akhirnya, aku memutuskan untuk bertemu dengan Katherine. Aku mengundang Katherine ke apartemenku saat Chloe sedang bersekolah. Clara menemaniku, jika saja aku tidak bisa mengucapkan yang sebenarnya. Aku hanya ingin semua ini selesai. Aku tidak ingin Katherine mengganggu Clara apalagi Chloe. Aku tidak bisa membencinya lebih dalam lagi. Membencinya karena kematian Kaylin saja, sudah membuatku gila.
Aku duduk di samping Clara dan Katherine berada di hadapan kami. Aku bingung harus memulai dari mana. Clara bilang, aku harus mengontrol emosiku. Namun, setiap kali aku melihat Katherine, aku ingin memakinya. Aku ingin sekali memaki Katherine atas kematian putriku, tetapi sebagai orang dewasa aku tidak bisa melakukan itu. Aku harus menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.
“Jadi, kapan aku akan bertemu Kaylin?” tanya Katherine.
Aku menghela nafas dan bersiap untuk mengatakannya. “Katherine ... saat kamu dipenjara Kaylin sedang sakit. Kanker. Dia sudah meninggal tiga tahun yang lalu,” ucapku.
“Hahaha. Clara, bilang kepada Jake. Aku sedang tidak ingin bercanda,” balas Katherine sambil tertawa.
“Tidak, Katherine. Kaylin benar-benar meninggal. Kami bisa menunjukkan makamnya, kalau kamu mau. Kami juga mempunyai sertifikat kematiannya,” ucap Clara.
“Lalu, siapa anak kecil yang bernama Chloe itu? Aku tidak akan tertipu semudah itu. Kamu sudah menipuku sebelumnya dan aku tidak akan percaya untuk kedua kalinya. Jake, kamu mempunyai koneksi di mana-mana. Kamu bisa saja memalsukan makam hingga sertifikat. Jake, aku mengetahui apa saja yang bisa kamu lakukan. Aku tidak akan tertipu lagi,” balas Katherine.
Aku memang pernah menipu Katherine untuk memberikan hak asuh Kaylin sepenuhnya kepadaku. Aku tidak bangga melakukan hal itu, tetapi aku harus melakukan itu demi kebaikan putriku. Aku tidak ingin putriku tumbuh mengetahui ibunya dipenjara. Namun, Katherine tidak pernah bisa menerima hal itu. Aku juga menipunya hingga dirinya masuk penjara. Aku bisa saja memasukkannya ke rehabilitasi. Namun, aku memilih memasukkannya ke dalam penjara. Aku bisa melakukan lebih, tetapi aku tidak melakukan hal itu.
“Mungkin, aku pernah menipu kamu dulu. Namun, tidak sekarang. Putri ... kita benar-benar sudah meninggal. Dia memiliki kanker karena kamu menggunakan narkoba dan merokok saat hamil. Aku tidak pernah memberitahu hal itu karena aku merasa kamu bukan bagian hidupnya. Maaf, tetapi aku tidak bisa menerima kenyataan kalau kamu adalah ibunya Kaylin,” ucapku.
“Kenapa?! Karena aku ibu yang buruk! Kamu pasti akan mengatakan, aku bodoh karena mencelakakan putriku sendiri. Aku tidak punya pilihan! Kamu kira, aku ingin semua hal itu terjadi. Aku juga ingin menjadi ibu normal yang menjaga anakku. Namun, sekarang dengan enteng kamu mengatakan anakku sudah mati!” balas Katherine dengan nada tinggi.
“Sialan! Kamu mempunyai pilihan! Kamu hanya menggunakan alasan itu untuk empati orang. Kamu bisa memilih untuk berhenti menggunakan narkoba saat mengetahui kamu hamil. Namun tidak, kamu tetap mengonsumsi hal itu bagaikan orang gila! Clara dengan baik hati menawarkan kamu rehabilitasi untuk kebaikan bayi kamu, tetapi kamu malah menolaknya. Kamu adalah orang brengsek,” ucapku yang hilang kendali akan emosiku.
“Persetan dengan narkoba! Kamu memang ingin menyingkirkan aku. Katakan saja, Jake! Kamu ingin bersamanya, jalang murahan itu!” balas Katherine yang membuatku semakin marah.
“Hahaha. Aku melakukan semua ini demi putriku! Iya, putriku! Karena kamu tidak pantas menjadi seorang ibu. Kamu tidak mengetahui, bagaimana rasanya mengetahui Kaylin mengidap kanker sejak kecil. Kamu tidak merasakan perjuanganku untuk menyembuhkan Kaylin. Kamu tidak melihat putri kecilku menjadi begitu lemas dan kehilangan rambutnya. Kamu tidak melihat saat dia merasa kesakitan. Kamu tidak mendengar saat dia sudah pasrah dan menerima kematiannya. Kamu tidak pernah mengerti,” ucapku dengan air mata berjatuhan.
“Aku berusaha ... aku berusaha setiap hari untuk meyakinkan putriku kalau dia akan sembuh. Namun, hasilnya tidak ada. Dia sudah tidak ada dan kamu harus menerima hal itu ...” aku sudah tidak sanggup berkata-kata.
“Lalu, siapa Chloe? Jawab, Jake! Aku hanya ingin mengetahui hal itu!” tanya Katherine.
“Jake mengadopsinya beberapa bulan yang lalu. Umurnya memang sama dengan Kaylin, tetapi dia adalah orang yang berbeda,” jawab Clara.
“Apa?! Apa kamu benar-benar seputus asa itu, Jake? Mengadopsi anak seusia Kaylin dan menjadikan dia anakmu. Apa kamu mencoba mengganti anak kita?! Apa kamu sudah kehilangan akalmu?” ucap Katherine yang memancing emosiku.
“Jangan pernah mengatakan hal itu! Aku tidak akan melakukan hal seperti itu! Aku tidak sepicik kamu,” balasku.
Bagaimana Katherine bisa berpikir seperti itu? Aku bahkan tidak pernah berpikir seperti itu. Aku tidak mungkin sengaja mengadopsi Chloe untuk menghilangkan kesedihanku. Chloe lebih dari itu. Dia adalah putri keduaku. Aku tidak pernah berusaha mengganti Kaylin dengan Chloe. Mereka berdua adalah putriku. Katherine benar-benar membuatku tidak habis pikir. Dia menghina semua orang yang aku sayang.
Aku menarik Katherine keluar dari apartemenku karena aku sudah tidak kuat. Katherine berusaha memberontak dan masih tidak percaya apa yang aku katakan. Katherine berkali-kali meminta untuk bertemu Kaylin. Aku segera membuka pintu apartemen dan, sial. Chloe berdiri di depan pintu masuk. Katherine terkejut melihat itu. Tidak mungkin, Chloe harusnya pulang satu jam lagi. Mengapa secara tiba-tiba anak itu pulang cepat? Itu akan membuat Katherine salah sangka. Katherine langsung melepas genggaman tanganku.
“Hai, siapa nama kamu?” tanya Katherine kepada Chloe.