A Hot Daddy Chronicle

Ina Inong Ina
Chapter #15

Mission Complete

Sam berjalan menuju lift eksekutif dengan santai.  Ia baru saja kembali dari lunch meeting dengan calon vendor yang berminat untuk bermitra dengan kantornya. Perasaannya sedang senang. Sudah lama ia mencari produk perhiasan dari emas yang desainnya khas nusantara, replika perhiasan-perhiasan kerajaan kuno yang dimodifikasi. Sam berhasil menemukannya di sebuah pameran.  

Ia mengusap kartu identitas karyawannya ke sensor lift. Gedung perkantoran ini menyediakan lift khusus untuk level ekesekutif. Saat Sam melangkah masuk, sebuah suara memanggilnya dengan heboh.

“Sam … Sam … wait for me!!!”

Sam menoleh. Warna wajahnya langsung berubah begitu melihat siapa yang datang. Seorang perempuan yang tampak seperti habis diguyur darah di sekujur badannya itu terbirit-birit menuju lift. Sam tak punya pilihan lain selain menahan pintu lift. 

“Oh, Sam, thank you. You’re such a gentleman. Kalau nggak ada kamu, berapa lama saya harus menunggu lagi coba. So annoying,” ucap Bu Dewi begitu kedua stiletto merah cabenya menjejak lantai lift.

“No problem,” gumam Sam malas. 

Berlebihan sekali. Seolah-olah lift untuk eksekutif hanya ada satu. Lift ada empat, Mbak. Nggak mungkin naik barengan semua. Ia langsung mengambil posisi di sudut. Kemudian mengeluarkan ponselnya, jelas sekali kalau ia berniat menghindari obrolan.

Dari sisi sebelah kanannya, Bu Dewi memandangnya dengan penuh hasrat. Sudah bisa diprediksi, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan berduaan dengan Sam. Perjalanan ke lantai 24, sebelum Sam keluar, cukup lama.

Sam melirik bosnya. Ia kaget memergoki tatapan Bu Dewi yang seakan-akan penuh bunga, namun mengancam. Buru-buru Sam mengalihkan pandangan ke layar ponsel.

“Sam, I received complimentary letters from Seoul and Norway.”

“Iya, Mbak. Syukurlah kalau begitu.”

Sam sudah mendengar kabar itu dari Sita. Memang seperti itulah semesta bekerja. Ia dan stafnya yang bekerja sampai kadang babak belur. Tetapi, surat pujian sebagai bukti kepuasan klien datang langsung ke kantor bosnya.

“Good job. Saya tahu, kamu memang paling bisa diandalkan.” Bu Dewi memuji Sam dengan nada genit dan tatapan memuja. Sam merinding. 

“Bukan saya, Mbak. Itu hasil kerja keras staf," elak Sam. Perasaannya mulai tidak nyaman.

“Gimana kalau kita bikin dinner team,” usul Bu Dewi sambil beringsut mendekati Sam dengan bahasa tubuh yang provokatif.

Sam semakin merapat ke pojok lift. Alarm tanda bahaya di kepalanya menyala. Duh, baru lantai 6 lagi.  Ia merasa hidupnya sedang terancam. Lift eksekutif selalu sepi. Kemungkinan ada orang yang naik lagi itu sangat tipis. Sam ngeri membayangkan bakal senekad apa si Bos titisan Dewi Durga ini beberapa menit ke depan. Ia harus menjalankan misi untuk menyelamatkan diri.

“Ehm … nanti saya tanyakan ke anak-anak dulu,” kata Sam sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

Ia yang sangat mengenal staf-stafnya, bisa memprediksi respons seperti apa yang bakal diberikan mereka. “Makan malam aja gitu? Bonus kek.” Celetukan Vino langsung melintas di benaknya. Sam tersenyum geli. Bu Dewi menangkap senyuman Sam yang diterjemahkannya sendiri sebagai persetujuan.

“Decanter, gimana? Nanti saya suruh Sita reserve tempatnya.” Bu Dewi semakin gigih berusaha.

Sam diam saja. Perhatiannya fokus pada urusan mengetiknya. Ia tidak mendengar ucapan Bu Dewi. 

SOS, bypass lantai 15. URG! Code: reddevil

Lihat selengkapnya