Sam menyesap kopinya dengan nikmat. Sudah hampir sebulan ini, ia bisa bersantai sepulangnya dari kantor. Sam menempelkan punggungnya ke sandaran sofa sambil menyilangkan kaki. Ia bisa menonton televisi sekarang. Kegiatan yang tak bisa ia nikmati lagi sejak empat bulan lalu.
Gelak tawa terdengar dari kamar Rengga. Tawa renyah Rengga membuat hati Sam tenteram. Rengga yang ceria tanpa beban kelelahan lagi, membuatnya lega. Semua itu berkat bantuan Jayanti. Sam sangat bersyukur menemukan sosoknya, perempuan yang bisa menjadi teman untuk putrinya. Entah apa yang mereka kerjakan. Jika mereka sedang berdua di kamar, Sam tidak boleh mengintip apalagi masuk. Tidak masalah baginya, karena ia percaya Jayanti tidak akan menanamkan hal buruk pada Rengga.
Jayanti keluar dari kamar. Rengga bergelayut di tangannya. Sam menyapa, “Sudah mau pulang, Jay?”
Jayanti mengangguk. “Permisi dulu ya, Mas. Oiya, besok saya izin nggak bisa menemani Rengga. Ada keperluan.”
Besok adalah hari Sabtu, Jayanti terbiasa meminta izin pada Sam kalau tidak bisa menemani Rengga. Sebab walau ia sedang libur, kadang-kadang Rengga ingin ditemani Jay, itu pun kalau Jay sedang tidak ada pekerjaan memotret. Rengga memang lengket sekali pada Jay. Bahkan belakangan ini, ia jarang meminta Sam mengantarnya ke rumah sepupunya, atau ke rumah eyangnya, kalau tidak sengaja diminta oleh mereka.
“Ada klien? Sukses ya, Jay,” ucap Sam tulus.
“Ah, nggak. Urusan pribadi,” jawab Jayanti.
“Oke kalau begitu.”
“Tante Jay pulang, ya.” Jayanti memencet hidung Rengga. Anak itu berlagak merengek meminta Jayanti menginap. Jayanti tergelak melihat kemanjaan Rengga.
“Kalau gitu, Rengga aja yang menginap di rumah Tante, gimana?”
“Kasihan Ayah sendirian.”
“Nah, kalau Tante menginap di sini, kasihan kan Toto juga sendirian.”
Toto adalah boneka hamtaro berukuran besar milik Jayanti. Rengga juga punya boneka yang sama, tetapi berukuran lebih kecil.
“Oh, iya, Tata juga nanti sendirian,” kata Rengga teringat pada bonekanya sendiri.
Jayanti tertawa geli mendengar kepolosan Rengga. Anak itu selalu berhasil membuatnya gemas. Hiburan di tengah kesepiannya kala hidup di rantau seorang diri.
Klik. Suara pintu apartemen Sam tertutup seiring kepergian Jayanti. Rengga merapat ke tubuh ayahnya.
“Ayah, besok itu, Tante Jay mau pergi ke Pulau Dua. Rengga mau ikuuut,” rengeknya manja.
“Pulau Dua itu di mana?”
“Nggak tahu. Tapi kata Tante Jay tidak jauh dari Jakarta kok.”
“Memangnya ada keperluan apa Tante Jay ke sana?”
“Mau motret burung.”
“Motret burung?”