Pesta ulang tahun Rengga berlangsung meriah dan yang pasti mengasyikkan. Tadinya, Sam akan menyewa tempat di kebun binatang, tapi Rengga malah malas. Akhirnya, venue pesta dialihkan ke rumah The Cakrawangsa. Garden party bertema safari yang dirancang Ochi sukses besar. Alih-alih menonton hewan-hewan berwajah muram di balik kandang, birthday organizer menciptakan suasana safari dengan lebih ceria.
Mereka membuat standing image hewan-hewan dengan ukuran yang sebenarnya. Gajah, beruang, jerapah, singa, harimau, kelompok monyet, kudanil, badak, buaya, dan lain-lain. Tak lupa pohon-pohonan dan bunga-bunga liar, melengkapi dekorasi pesta. Penjaga-penjaga semua berseragam ala penjaga taman safari.
Penataan yang menarik membuat anak-anak senang sekali. Mereka berlarian, berteriak, bergerak bebas di lapangan golf mini yang disulap menjadi Taman Safari mini. Sam melihat-lihat dengan perasaan puas. Sejenak ia berdiri mengamati Rengga dan Jayanti. Keduanya kompak mengenakan kostum ala safari tempo dulu, lengkap dengan topi dan sepatu boot. Serasi. Jayanti sedang memperlihatkan foto-foto dari layar kamera pada Rengga. Sesekali mereka tertawa bersama. Sam menyesap orange juice.
Vino, Asti, dan Denise datang bergabung. Sam memang mengundang teman-teman dekatnya. Akbar dan Antin juga. Tetapi mereka berdua pasti sedang sibuk mengunjungi meja prasmanan dan tenda-tenda makanan ringan lainnya.
“Hai, As,” sapa Sam pada Asti. “Thanks ya sudah datang, bawa kado gede lagi.” Sam terbahak.
“Ya manner lah, diundang Bos pacar, harus kasih service terbaik dong, siapa tahu ada promosi,” sahut Asti santai.
Sam terbahak. “Kok sepertinya ada pamrih ya, As.”
Asti tertawa. Ia tahu Sam tidak akan tersinggung. Mereka sudah biasa saling melempar canda jika bertemu.
“Jadi itu yang namanya Jayanti,” bahas Asti lagi sambil melihat ke arah Jayanti yang sudah sibuk lagi memotret para undangan cilik. Mereka semua teman-teman sekolah Rengga.
“Hmmm ….” Sam merespons pendek.
Vino memberi isyarat pada Asti supaya tidak membahas yang aneh-aneh, misalnya memancing pembicaraan soal jodoh. Denise tersenyum penuh arti.
“Tapi dia keren, tahu …” bisik Asti disambut pelototan Vino.
Sam pura-pura tidak mendengar ucapan Asti. Ia meneguk minumannya dengan gaya cool.
Sepuluh meter dari tempat Sam dan teman-temannya berkumpul, Bu Cakra dan Ratih juga sedang mengobrol. Lebih tepatnya, membicarakan Jayanti.
“Tih, Ibu kok nggak sreg ya, Rengga diasuh perempuan model begitu.” Bu Cakra mulai dengan keluhan mengandung racun. Ratih bersiap. Bu Cakra menunjuk ke arah Jayanti dengan dagunya.
“Model begitu gimana, sih. Jay itu baik lho, Bu. Rengga juga nyaman bersamanya. Kalau ada lagi pengasuh model Jay, Ratih juga mau dua orang buat si Kembar,” tukas Ratih. Salah seorang anak kembarnya menghampiri, dengan sigap Ratih mengusap mulut anaknya yang belepotan cokelat dari fondue.
“Ngaco kamu ah. Pokoknya … Ibu nggak cocok.”
Ratih memutar bola matanya diam-diam. Mulai lagi deh si Ibu. Ia mengambil snack dari meja hidangan di belakang mereka.
“Tapi tenang aja, Ibu punya kejutan untuk Sam.” Bu Cakra senyum-senyum sendiri. Ratih mulai mengaktifkan alarm waspada.
“Apa, Bu?”
“Lihat aja nanti,” balas Bu Cakra berteka-teki sambil berlalu. Ratih hanya bisa melongo. Tetapi otaknya berputar cepat. Ia segera mencari Sam.
Sam sedang seru-serunya mengobrol dengan staf-stafnya, ketika Ratih datang.
“Hai, Mbak, gabung, yuk,” sapa Vino.
“Oke, tapi aku boleh pinjam Sam sebentar ya. Ada perlu sedikit,” izin Ratih dengan perasaan tidak enak sudah mengganggu.
“It’s oke, Mbak. Silakan ….” Denise menyahut dengan sopan.