Biasanya interaksi dalam keluarga inti Sam itu sederhana. Hanya dirinya dengan Rengga, atau Rengga dengan Jayanti. Itu saja. Namun, sejak pesta ulang tahun Rengga, interaksi dalam keluarga inti Sam berubah menjadi: Sam dengan Rengga dengan Jayanti.
Ya, belakangan ini, Sam sering terlibat dengan kegiatan Rengga dan Jayanti. Atau sengaja melibatkan diri? Entahlah. Tampaknya hal tersebut terjadi dengan wajar. Tidak terburu-buru, apa lagi dipaksakan. Yang paling senang dengan perubahan situasi ini tentu saja Rengga.
Bisa jadi alasannya karena Sam kesepian, karena Rengga lebih senang menghabiskan waktu dengan Jayanti. Kalau ditanya apa saja kegiatan mereka, jawabannya selalu sama: girls things.
Akhirnya, Sam tak tahan lagi merasa sepi sendiri. Dengan keahlian pendekatan persuasif terhadap target prospek, ia berhasil merapat. Maka, begitulah akhirnya, jika ada kesempatan, mereka akan menghabiskan waktu bertiga.
Awalnya Jayanti merasa canggung. Tetapi, ia berusaha mengatasi masalahnya dengan memperlakukan Sam seperti teman baiknya, demi Rengga.
“Curang, Ayah, curang ya?!” tuduh Rengga. Saat itu mereka sedang bermain kartu.
Sam memang jahil, ia sengaja menyembunyikan satu kartu, sehingga tak seorang pun bisa memenangkan permainan tanpa kartu itu, kecuali dirinya. Sam yang sudah penuh coretan karena sering kalah, terpingkal-pingkal melihat kekesalan putrinya.
Rengga membalas kecurangan Sam dengan mencoreti wajah ayahnya lebih banyak lagi. Sam membalasnya, tapi Rengga malah membalas pada Jayanti. Akhirnya mereka saling mencoreti wajah.
Di kesempatan lain, Sam menjahili mereka saat bersepeda. Jayanti yang memakai sepeda tandom bersama Rengga, digiring ke arah jalan yang semakin menanjak. Sam tertawa puas sekali saat mereka menyerbunya dengan tinju.
Setiap ada kesempatan diam-diam Sam dan Jayanti saling mengamati. Jayanti melihat Sam bukan lagi sosok yang dingin. Ia juga sudah tahu dari Ratih, cerita di balik kamar tidur bayi yang dilihatnya tempo hari. Jayanti bersyukur, belakangan ini ia jarang lagi melihat sisi Sam yang pemurung.
Begitu pula dengan Sam. Ia mengamati Jayanti sebagai sosok yang menarik, sekaligus misterius. Walau belakangan ia melihat Jayanti sebagai sosok yang lebih ceria, namun instingnya berkata, kalau gadis itu menyimpan satu rahasia.
Namun tak bisa dipungkiri, belakangan ini ia begitu menikmati kebersamaan mereka bertiga. Bukan seperti keluarga. Sam tidak mau terlampau jauh. Ia merasa sedang menghabiskan waktu dengan teman-teman baiknya. Perasaan seperti ini membantunya meringankan tekanan dari ibu dan ibu mertuanya.
* * *
“Bu, jangan lakukan itu pada Sam.” Raut wajah Ratih tampak serius. Ia mengaduk lattenya dengan gerakan pelan.
“Why not, Tih. Ini kan untuk kebaikannya juga, dan Rengga.” Bu Cakra menghidu aroma chamomile tea di cangkirnya sebelum menyesapnya dengan nikmat.
Sebenarnya Ratih sedang mengemban misi dari seseorang untuk menggagalkan perjodohan Sam dengan Cika. Ia sengaja mengajak ibunya minum teh di luar, mumpung Pandu sedang ada waktu luang dan bisa menjaga si Kembar. Ratih harus bisa membujuk ibunya agar membatalkan niatnya menjodohkan Sam dengan Cika.
“Ya, Ratih heran aja, kok sekarang Ibu bisa jatuh hati pada Cika. Padahal dulu kan ….”