Sam melihat nama bapak mertuanya tertera di layar ponsel. Segera ia menjawab panggilan telepon itu. Ia memang sedang menunggu telepon dari Pak Nata. Ada hal yang ingin segera ia dengar dari bapak mertuanya itu.
“Assalamu’alaikum, gimana, Pih?” Sam tidak sabar lagi menunggu kabar dari Pak Nata.
“Waalaikum salam.” Pak Nata terkekeh mendengar nada suara Sam yang tidak sabaran. “Beres. Mission komplit. Begitu kan istilahnya.” Pak Nata terkekeh lagi.
Sam jadi ikut tertawa. “Wah, terima kasih, Pih. Gimana ceritanya, Pih? Kok cepat sekali beresnya.” Kemudian Sam diam mendengarkan. Raut wajahnya berubah-ubah. Antara menahan tawa, tersenyum, menahan tawa lagi, sampai akhirnya bisa tertawa lepas.
“Mamih gimana, Pih?” tanya Sam dengan perasaan waswas.
“Ya, kecewa pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Lilis sudah cinta mati sama si Juned. Si Junednya juga begitu. Kasihan kan kalau sampai dipisahkan paksa. Berdosa kita. Si Mamih takut kualat, jadi mau nggak mau ya akhirnya setuju. Insya Allah, syawal tahun depan mereka menikah.”
“Begitu ya, Pih. Nanti saya ikut membantu persiapan pernikahan mereka, Pih. Kabari Sam ya, Pih.”
“Terima kasih sebelumnya Sam. Iya, nanti Papih kabari. Papih tutup dulu teleponnya, si Mamih nyari Papih.” Nada suara Pak Nata jadi berbisik. Rupanya telepon itu, telepon rahasia. Istrinya tidak boleh tahu, ia dan Sam sudah merencanakan sesuatu.
Sam mengembuskan napas lega. Satu lagi bebannya hilang. Dua minggu lalu, ia menelepon mantan ayah mertuanya, mengajak bertemu tanpa kehadiran mantan ibu mertua. Gagasan itu muncul setelah Ratih menceritakan soal skenario yang dibuat oleh ayah mereka, dan berjalan dengan sukses. Sam tak menyangka seorang Cakrawangsa bisa memiliki ide seperti itu.
Dalam pertemuan itu, Sam berterus terang atas ketidaknyamanan yang disebabkan “gangguan” dari Bu Nata. Ibu mertuanya itu sering sengaja meneleponnya untuk menanyakan sikap Sam terhadap niatnya menjodohkan Sam dengan Lilis. Berulangkali juga Sam mengutarakan keberatannnya dengan cara halus, tapi sepertinya Bu Nata pura-pura tidak mengerti. Ia tak mau dijodohkan. Hatinya pun belum bisa melepaskan Heni sepenuhnya. Prinsip tak akan menikah lagi masih menjadi pegangannya. Fokus utamanya hanyalah Rengga.
Tetapi, Sam juga tidak ingin membuat Bu Nata kecewa. Ia tidak mau hati mantan mertuanya itu terluka. Laki-laki yang sangat menghormati kedua mertuanya itu, ingin hubungan kekeluargaan mereka tidak putus. Walau bagaimana pun, pertalian keluarga dengan mereka masih tersambung lewat Rengga, cucu mereka.
Sam bersyukur Pak Nata lebih bijaksana menyikapi keinginannya Ia mengerti kesulitan yang dihadapi Sam. Pak Nata juga menyayangkan sikap istrinya. Bukan membantu meringankan, malah menambah beban Sam saja. Dalam pertemuan itu, Pak Nata minta diberi waktu satu minggu, untuk mencari cara menyelesaikan masalah Sam. Setelah satu minggu, Pak Nata akan memberi kabar perkembangannya. Sam tak menyangka, dalam satu minggu, Pak Nata berhasil menyelesaikan masalah dengan gemilang.
Jadi, Pak Nata mengamati kalau gadis itu sangat penurut pada Bu Nata. Apa pun yang diperintahkan Bu Nata, pasti akan dituruti oleh Lilis tanpa protes. Satu-satunya cara, adalah mengalihkan perhatian Lilis. Pak Nata memilih, mencarikan jodoh untuk Lilis lebih dulu. Kandidatnya adalah Juned. Pemuda yang bekerja di peternakan miliknya. Pak Nata mendekati Juned, ia menunjukkan foto Lilis pada Juned. Juned yang memang berniat mencari istri langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sejak itulah, Pak Nata berkolaborasi dengan Esih, membuat skenario, bagaimana caranya Juned bisa bertemu Lilis, seolah-olah tak disengaja. Seminggu full bertemu, akhirnya cinta pun bersemi. Tanpa membuang waktu lagi, Juned menembak Lilis, gadis yang baru pertama kali mengenal cinta itu pun takluk. KO. Kemenangan ada di tangan Pak Nata dan kawan-kawan. Mission complete.
* * *
Sam melirik jam digital di atas nakas. Layar jam menampilkan angka 2:45 dan ia belum bisa memicingkan mata. Percakapannya dengan Vino tadi siang, terus bermain di benaknya, seperti rekaman suara yang diputar ulang.
“Menurut, Lo, gimana, Vin?” Sam menyuap kwetiaw sapi lada hitam yang dipesannya untuk makan siang.