Prosesi pemakaman telah usai. Satu per satu yang hadir di pemakaman beranjak meninggalkan dua gundukan tanah yang masih basah. Langit mendung dan lapisan kabut tipis di sore itu, menjadi penanda momen kesedihan paling dalam bagi Sam.
Sam membatu. Kepalanya menunduk dalam. Sesaat kemudian tampak bahu Sam berguncang. Vino yang berdiri di belakangnya pun turut menundukkan kepala. Ia bisa merasakan kesedihan Sam. Beberapa kali didengarnya Sam memanggil nama Heni dengan nada pilu. Diam-diam Vino menyusut kedua matanya.
Setelah beberapa saat, Sam berangsur tenang kembali. Ia mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. Raut wajahnya tampak termangu, tetapi tangannya sibuk menaburkan bunga-bunga yang tersisa di keranjang, di atas pusara istri dan bayinya. Beberapa kali wajahnya berkedut, menahan sakit ditinggal pergi oleh orang terkasih, untuk selama-lamanya.
Heni jatuh di kamar mandi dan pingsan. Ia ditemukan pembantu rumah tangga yang segera meminta pertolongan ke tetangga, kemudian menelepon Sam. Tetangganya yang membawa Heni ke rumah sakit atas petunjuk Sam. Sam segera menyusul ke rumah sakit. Setelah diperiksa, diketahui tekanan darahnya sangat tinggi. Heni sedang hamil besar, masalah itu bisa membahayakan dirinya juga bayi yang dikandungnya.