A.I juga Ingin Punya Perasaan!

Shiro Usagi
Chapter #1

Masuk Sekolah

Sunagawa Horobi alias sang Ayah dari Nero, dia memijat keningnya sambil memejamkan mata, dia tidak menyangka 'anak'nya yang baru saja memulai kehidupan sudah membuat dirinya pusing 7 keliling. Entah sudah berapa kali dia membentak Nero untuk diam dan menutup mulutnya sementara waktu. Walaupun sudah dibentak beberapa menit kemudian Nero akan kembali berulah sampai Horobi harus menutup kedua telinganya dengan kapas, walaupun itu hanya berhasil mengecilkan suara Nero yang masuk ke dalam telinganya.

Nero, A.I humanoid pertama yang

diciptakan oleh Horobi, dia dibuat karena suatu alasan, tingkah lakunya seperti

anak kecil namun wujudnya seperti manusia berumur 21 tahun. Nero selalu

berhasil membuat Horobi terkejut dengan permintaannya atau perkataannya,

apalagi setelah Nero mulai bersosialisasi dengan manusia.

“AYAH~! NERO MAU MEMPUNYAI PERASAAN SEPERTI MEREKA!!~”

Permintaan yang membuat Horobi sakit kepala lagi.

Berapa kali pun Horobi mengecek pengaturan Nero, tidak ada yang

salah darinya. Semua sempurna tapi Horobi sedikit bingung, mengapa keinginan

anak pertamanya itu berbeda.

Dia ingin mempunyai perasaan seperti manusia.

Dianalisa beberapa kali pun hasilnya tetap sama, dan semakin lama Nero

tidak pernah berhenti menyatakan keinginannya pada Horobi.

“Nero juga mau sekolah Ayah~”

Selama Horobi tidak membalas perkataan Nero, dia akan terus tetap

bercicit tanpa henti. Daripada Horobi tidak bisa fokus pada pekerjaannya, dia

mengiyakan permintaan Nero.

"Baik-baik, aku akan memasukkanmu ke sekolah dekat

sini."

"Yeaahhh!" Lalu Nero terdiam sebentar. "Ayah ...

mengapa sekolah?"

"Itu tempat yang paling cocok." tapi aku sedikit tidak yakin ada anak kelas

2 SMA dengan tinggi 184 cm.

"Jadi sekolah adalah tempat yang cocok untuk jatuh

cinta?"

Horobi kaget dengan pertanyaan itu, karena dia tidak pernah

merasakan itu, pernah namun itu hanya sekali. "Mu-mungkin..."

Horobi menghela nafas panjang, sebenarnya dia bisa mematikan Nero

saat itu juga ... namun melihat Nero yang begitu 'hidup' dimatanya, membuat dia

enggan itu mematikannya.

Sesuai janji Horobi, Nero dimasukkan ke SMA, SMA itu bernama Ehime

Gakuen. Sekolah yang cukup elit di kota tempat mereka tinggal, dan untuk

pendapat Horobi sendiri sekolah itu cukup untuk memenuhi keinginannya.

Walaupun dia sendiri tidak tau.

Keesokan harinya, Nero berjalan menuruni tangga dengan seragam

sekolah, wajahnya sangat cerah sekali sampai-sampai Horobi merasa silau saat

melihatnya.

Horobi mengantarkan Nero sampai gerbang sekolah, kelihatannya Nero

seperti seorang anak SD yang akselerasi ke jenjang SMA, dilihat dari sisi

manapun juga sifat Nero lebih masuk kategori anak SD yang hobi bermain.

"Hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan masuk."

seorang guru mempersilahkan masuk Nero ke kelas.

"Namaku ... Sunagawa Nero, salam kenal semuanya~!"

ucapnya dengan riang sambil melambaikan tangan.

"Kenapa A.I sekolah?..." salah seorang murid tak sengaja

bergumam dengan suara yang sedikit keras, saat ia sadar dia langsung meminta

maaf. "Maーmaaf..."

"Tidak apa-apa, Nero masuk sekolah juga karena keinginanku

sendiri," Nero nampak berpikir sebentar. "dan kata Ayahku tempat ini

adalah tempat yang cocok untuk merasakan hal yang baru." kedua mata Nero

seakan bercahaya dan terlihat bersemangat saat mengucapkan hal itu. Padahal itu

sedikit melenceng dari yang Horobi katakan padanya.

Ucapannya itu membuat beberapa siswa di kelas saling berbisik

mengenai dirinya.

"Sunagawa-san bisa duduk di samping

Yua." sang guru mempersilahkan Nero untuk duduk.

Nero berjalan ke bangku samping Yua yang kosong, setiap dia

berjalan banyak pasang mata melihatnya, terutama laki-laki yang duduk di

belakang Yua, dia menatap Nero dengan tajam, sementara Nero sendiri membalas

tatapan itu dengan senyum.

"Sekarang buka buku paket kalian halaman 76 tentang bab

"Cara menjadi Siswa 1Hard-Boiled"."

Semua dahi siswa kecuali Nero mengkerut, kadang mereka tidak tau

apa yang dipikirkan oleh guru-guru atau kepala sekolah karena menurut mereka

sekolah ini unik sekali. Pelajaran yang mereka dapat di sekolah ini cukup

berbeda dengan sekolah lain. Sekolah ini bisa dibilang unik karena pelajaran

yang diajarkan, ada pelajaran ramalan, pelajaran untuk menjadi siswa hard-boiled,

pelajaran bahasa Indonesia, sisanya pelajaran seperti di sekolah biasa hanya

saja karena ada pelajaran aneh itu ada beberapa pelajaran umum dihilangkan.

Nero memperhatikan guru hard-boiled bernama Kiri

Shotaro di depan kelas, dia mencatat hal-hal yang penting seperti siswa biasa,

perbedaannya adalah daya tangkap dan kelebihannya untuk mencari sendiri di

internet. Buku catatan penuh dengan tulisan tentang pelajaran aneh itu, lalu

Yua ingin meminjam bukunya. Diberikanlah buku catatannya pada Yua tapi

laki-laki yang duduk di belakang Yua merebutnya dengan paksa.

"Fuwa, kalau kamu mau pinjem catatan miliknya kamu bisa

mengambilnya setelah aku selesai menyalin."

"Diam, cewe bawel."

Yua membalikkan badannya ke belakang, mencoba untuk mengambil

kembali catatan milik Nero. Alangkah terkejutnya Yua saat melihat catatan Nero

berubah menjadi buku gambar di tangan Fuwa.

"Fuwa ... kenapa kamu... aaaarrghh..." Yua frustasi saat

melihat hal yang dilakukan Fuwa pada buku catatan milik Nero.

"Kalian kelihatan akrab, apakah kalian saling

mencintai?"

Yua dan Fuwa terdiam beberapa saat, saling melirik kemudian mereka

berdua berteriak dengan lantang di dalam kelas tanpa mengingat kalau sekarang

mereka sedang belajar dan ada guru di dalam kelas.

"TIDAK MUNGKIN KAMI SALING MENCINTAI!!" teriak mereka

berdua pada Nero.

"Igeta-san, Okada-san,

kalian berdua berdiri di luar kelas sampai saya selesai mengajar."

Nero bingung ... apakah ia baru saja mengatakan hal yang salah?...

lalu kedua matanya melirik ke buku catatannya, menurutnya gambaran Fuwa di buku

catatan miliknya membuat isi catatannya itu lebih lucu dan lebih enak untuk

dilihat, seperti buku bergambar yang pernah Horobi berikan padanya.

Nero tersenyum lebar, lucu. Setelah bel istirahat

berbunyi, Nero langsung melihat kesekeliling ruangan, lebih tepatnya

menganalisis setiap siswa. Pada jam seperti ini apa yang siswa sekolah lakukan?

Kelihatannya sangat beragam, dialog siswa yang berada di kelas dia

rekam, ada yang ke kantin, toilet, makan siang dan lain sebagainya.

"Oi anak baru."

"Yーya?" Nero menengok ke

Lihat selengkapnya