Sepulang dari sekolah Nero menyeret Aruto untuk mengikuti seekor kucing yang selalu dia temui saat hendak berangkat sekolah. Pegangan tangan Nero tidak bisa dilepaskan sama sekali oleh Aruto, mau tidak mau Aruto ikut saja, namun ada suatu hal yang membuat Aruto khawatir, langit sudah mulai gelap dan Aruto sedikit takut dengan hal itu.
"Nero, mau sampai kapan kita mengikuti kucing itu?"
"Sampai kucing itu berhenti berlari!" Nero menunjuk
seekor kucing yang berlari dengan lincahnya.
Aruto melihat ke arah kucing itu, sepertinya dia pernah melihat
kucing itu dan beberapa detik kemudia dia akhirnya sadar. "AHHH! MALING
IKAN TADI PAGI!"
"Jadi nama kucing itu maling ikan tadi pagi?"
Aruto terdiam, kayaknya kebiasaan dia menular pada Nero.
"Tidak usah melawak sepertiku dan Izu."
"Nero kan bertanya."
Mereka mengikuti kucing itu berlari tanpa memperhatikan jalan di
sekitar sampai akhirnya kucing itu berhenti dan beristirahat di bawah
perosotan.
"Nero ini dimana? Matahari sudah mau tenggelam..."
"Tenang saja, aku tau jalan pulangnya ... meow~ meow ... sini
puss." Nero melepaskan genggaman tangannya lalu berjalan perlahan kedepan
sambil memanggil kucing itu.
Aruto mengikuti Nero dari belakang namun raut ekspresinya berubah
khawatir, dia melirik kiri dan kanan, dia tidak mengenal tempat ini.
Si kucing itu bangkit lalu berjalan ke arah Nero, senyum lebar
merekah di wajahnya, tangannya sibuk mengelus tubuh si kucing. Aruto jongkok di
sebelahnya, Aruto melihat ke arah Nero, mungkin ... Aruto bisa percaya kalau
orang yang disukai oleh hewan itu tidak jahat? Tanpa sadar saat melihat ke
arahnya Aruto bisa melupakan kekhawatirannya.
Apakah tadi Aruto bilang orang? Ah ... Aruto sampai lupa kalau Nero
adalah seorang A.I humanoid. Padahal baru saja 2 hari bersamanya,
Aruto sudah merasa kalau Nero adalah seorang manusia, senyumnya terlihat sangat
natural bagaikan manusia.
"Aruto~"
"Apa Nero?”
"Apakah kucing ini mempunyai pemilik?" tanyanya sambil
mengangkat kucing itu ke depan wajah Aruto.
Aruto sedikit mundur karena terkejut. "Sepertinya tidak,
kalau kucing ini mempunyai pemilik, pasti dia memakai kalung.”
"Kalau gitu Nero mau bawa kucing ini!"
"Merawaー"
"Nero sudah mencari caranya."
"Eh... kamu mau memberi nama dia apa?"
"Neko-chan!"
"Neko-chan? Tapi dia memang
kucing...." sense namanya buruk.
Nero mengangguk berkali-kali, lalu Nero bangkit sambil menggendong
kucing itu. Nero mengalihkan pandangannya dari si kucing ke Aruto, wajahnya
terlihat ketakutan dan sedih.
"Aruto, kenapa Aruto kelihatan sedih? Apakah ada yang
sakit?" Nero menganalisis Aruto, lebih tepatnya Nero memindai Aruto, mencari
sesuatu yang salah padanya. Nero hanya mendapatkan jantung Aruto yang berdetak
tidak seperti biasanya, lebih cepat dan entah mengapa saat Nero memegang tangan
Aruto terasa dingin dan berkeringat, raut wajahnya juga terlihat sedih, kedua
mata Aruto berkaca-kaca.
Lalu Nero berbicara lagi. "Kata Horobi, kalau ada manusia
yang bersedih berarti ada yang sakit."
"Tidak ada yang sakit... hanya saja aku sedikit takut,
matahari sudah tenggelam." ucapnya sedikit gemetar.
"Takut kenapa?"
"Aku tidak tau kita ada dimana..."
"Aku bisa membantu kok, mau Nero antarkan pulang?"
"Benarkah?"
"Aruto ... kenapa Aruto menangis?" Nero melihat Aruto
menesteskan air mata.
Aruto mengelap kedua matanya dengan lengan seragam. "Aーaku tidak nangis kok..."
Nero memiringkan kepalanya ke kanan, Aruto bilang padanya tidak