Nero menumpu kepala, kedua matanya fokus memandang Yua dan Fuwa yang sedang asik ngobrol dengan siswi perempuan yang jago dibilang olahraga bernama Kouka. Entah mengapa hari ini terasa hampa, Aruto tidak masuk karena sakit, Izu juga ikutan ga masuk karena urusan keluarga, entah kenapa Yua dan Fuwa hampir tidak kelihatan berantem hari ini. Pelajaran terakhir adalah bahasa Indonesia, tidak membosankan tidak membuat senang juga. Biasa saja namun gurunya sangat baik dan Nero sangat suka dengan itu.
"Sunagawa-san, tolong buatkan kalimat
sesuai SPOK." pinta Yuji.
"Nero belajar bahasa Indonesia di kelas." jawab Nero,
hanya kalimat itu yang terpikirkan olehnya.
Yuji mengangguk, kelihatannya dia puas dengan jawaban Nero.
"Bagus."
Teng Teng Teng…
Bel pulang sekolah berbunyi, Nero mengangkat kedua tangannya ke
atas, meregangkan tubuh, lalu menghela nafas panjang, akhirnya berakhir juga,
mungkin hari ini Nero tidak akan mendapat hal baru, pikirnya.
"PR, membuat 5 kalimat sesuai dengan aturan SPOK, minggu
depan dikumpulkan."
Nero bangkit dari kursinya, lalu berjalan menuju pintu, dia
berniat untuk pergi ke atap sekolah sendiri karena biasanya dia merasa lebih tenang
dan bahagia saat berada disana, untuknya tempat itu adalah tempat yang cocok
untuk menyendiri, apalagi Nero sangat suka merasakan angin yang berhembus
disana seperti membawanya terbang ke angkasa, sebelum dirinya keluar dari
kelas, Yua memanggilnya.
"Nero, kamu mau ikut menjenguk Aruto?" tanyanya.
"Menjenguk itu apa?" Nero memiringkan kepalanya.
"Menemui orang yang sedang sakit." jawab Fuwa.
"Gunakan kata yang lebih simpel Fuwa." kata Yua sambil
melirik ke arah Fuwa.
"Itu sudah paling simpel dalam kamus otakku." balasa
Fuwa sembari mendengus kesal.
Yua memutar kedua bola matanya malas. "Terserah, jadi Nero
mau ikut ga?"
Tiba-tiba saja Nero terpikirkan dengan suatu hal, lalu dia loncat
ke arah Yua dan menggenggam kedua tangan Yua. "MAU MAU!" Nero
bersemangat.
"Woah, aku tidak pernah melihat A.I sesemangat ini saat
menjenguーAW!" Fuwa melirik tajam
pada Yua, kakinya diinjak dengan sengaja oleh Yua.
"Baiklah, kalau begitu kita ke toko kue, menjenguk seseorang
tidak boleh lupa membawa sesuatu."
"Sesuatu?"
"Seperti kue atau buah..."
"Jadi ada tradisi seperti itu di dunia manusia..." Nero
mengangguk mengerti dan menyimpan di dalam memorinya.
Yua mengajak Nero ke toko kue yang dekat dengan rumah Aruto, nama
tokonya Alfonso Cake & Cafe. Biasanya Izu dan Aruto sering sekali beli kue
disana, katanya harga kue disana sangat terjangkau tapi sangat enak, cocok
untuk kantung siswa sekolah sampai mahasiswa. Walaupun di sebutnya toko, tempat
ini juga menyediakan tempat untuk makan langsung di tempat layaknya kafe.
Mata Nero langsung berbinar saat memasuki toko itu, dari luar
begitu sederhana, namun saat masuk sangat elegan dan ditemani barang antik
sebagai dekorasinya, dekorasi-dekorasi disana memikat hati Nero, rasanya dia
ingin sekali membawa pulang salah satu barang antik itu untuk dia tunjukkan
pada Nosuke dan Horobi, baru pertama kali Nero kesini sudah dibuat terpukau. Nero
sampai berdiri di tempat saat mengagumi dekorasi-dekorasi klasik yang TIDAK
pernah dia lihat.
"Yua, kamu akan membeli kue apa?" tanya Fuwa sembari
melihat ke dalam cake showcase yang ada di depannya.
Yua tidak membalas pertanyaan Fuwa namun malah memanggil Nero
untuk mendekat dan menyuruh Nero membantu memilih kue. Fuwa sama sekali tidak
peduli kalau dia dikacangin sama Yua, dia tau cepat atau lambat Yua akan
seperti itu padanya. Setelah membeli kue mereka pun pergi ke rumah Aruto, dari
toko kue itu hanya butuh waktu 5 menit berjalan kaki untuk sampai ke rumah
Aruto.
Mereka bertiga sudah berdiri di depan pagar, di tembok bata yang
tidak terlalu tinggi dari mereka ada papan besi bertuliskan nama marga Aruto.
Takahashi.
Fuwa memencet bel sekali, tidak ada siapapun yang menyambut
mereka, Fuwa memencet bel lagi, lagi, lagi, dan lagi sampai mereka mendengar
suara teriakan Aruto dari lantai 2, setelah teriakan itu mereka bisa mendengar
suara langkah kaki yang menuruni tangga dengan cepat dan suara Duk!
dengan keras menemani langkah kaki itu.
"Maaf ... tadi aku ... baru saja mandi." ucapnya sembari
tersenyum dan tertawa hambar.
Yua dan Fuwa menatap datar Aruto, mereka yakin tadi itu Aruto
tidak mandi, hanya ganti baju. Apa yang dilihat oleh Nero berbeda dengan Yua
dan Fuwa, Nero melihat Aruto mengeluarkan air mata, tanpa pikir panjang Nero
langsung berlari mendekati Aruto dan memeluknya erat.
Nero melepas pelukannya, memasang wajah sedih. "Aruto ...
kenapa Aruto mengeluarkan air mata? Apakah Aruto sedih?"
Fuwa mau membuka mulutnya, lebih tepatnya ingin menggantikan Aruto
menjawab pertanyaan Nero namun Yua langsung memakaikan masker dan ada gambar
huruf 'x' warna merah di masker itu.
"Aku tidak sedih."
"Lalu mengapa Aruto menangis?"
"Karena sakitー" sebelum
Aruto menyelesaikan perkataannya, Nero menaruh tangannya di atas kepala Aruto,
mengusap kepala Aruto pelan.
"Izu sedang pergi, jadi aku yang menggantikannya. Yosh,
yosh."
"Eh?" Aruto sangat kebingungan sekarang. "Ano ... Nero,
aku memang tadi hanya terpeleset di tangga, tapi aku sudah tidak apa-apa."
"Jadi Aruto tidak membutuhkan itu? Jadi Nero salah?"
"Ti-Ti-Tidak kok." Aruto melirik Yua dan Fuwa secara
bergantian, Aruto meminta pertolongan tapi Aruto hanya mendapat gelengan kepala
dari mereka berdua. "Yang Nero lakukan benar kok, aku sudah baikan karena Nero."
Nero tersenyum. Aruto menarik nafas lega, Aruto pun mempersilahkan
mereka masuk ke dalam rumahnya.
"Rumah Aruto berbeda sekali dengan rumah Nero~!" Nero
loncat-loncat di tempat. "OH IYA TADI KAMI KE TOKO KUE ALFONSO! TOKO ITU
SANGAT KEREN!" Nero bercerita tentang betapa kerennya dekorasi setiap
sudut ruangan toko itu pada Aruto, tentu saja dengan mata berbinar bagaikan