Sekolah libur, dan entah apa yang Nero pikirkan dia membuat janji dengan Izu di taman Mirai―taman yang bersebrangan dengan SMP Aruto dulu, hanya berdua, Aruto masih dirawat dan yang menjaganya sekarang adalah Fuwa, karena Ibunya harus kerja di toko bunga, sementara Yua kerja paruh waktu di konbini.
"Ano ... Izu, Nero..."
Izu melihat ke arah Nero pelan. "Ya Nero?"
"Nero mencintai kalian berempat!"
Izu terdiam mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Nero, di hari
minggu ini Nero mengajak ketemuan Izu di taman kota. Izu sama sekali tidak
menyangka Nero akan mengatakan seperti itu dan mengajaknya untuk bertemu.
"Kenapa kamu bisa mengatakan seperti itu?"
"Ha-habis ... Nero suka merasa aneh kalau melihat kalian
begitu dekat dan ngobrol sampai tidak peduli dengan sekitar ... Nero seperti
merasakan sakit disini,” ucapnya pelan sambil menunjuk dadanya. “kalau aku
melihat Aruto ngobrol dengan Fuwa atau Izu yang tau tentang banyak hal, Yua
yang sering bertengkar dengan Fuwa..."
Apakah aku terlihat tau banyak
hal...? Dia cemburu? Padahal dia lebih canggih daripada diriku. Batin Izu,
dia bingung sekali, memangnya dia mengerti kata cemburu? Oh iya, dia bisa
mencarinya di internet dengan mudah....
"Izu..." Nero menunduk, Izu bisa mendengar Nero terisak.
"Kamu sedang bingung dengan apa yang dirasakan saat
ini." Izu menepuk pelan punggung Nero.
"Lalu apa yang dimaksud dengan sakit hati?" Nero
menyentuh dadahnya dengan kedua tangan.
Lagi-lagi Izu dibuat bingung oleh pertanyaan Nero, apalagi dia
tidak boleh sampai salah bicara, karena sebuah kata bisa saja memperburuk
keadaan lawan bicaranya saat ini, Izu kehabisan kata-kata, otaknya seakan tidak
bisa diajak bekerja sama untuk menjawab pertanyaan Nero.
"Aku susah menjelaskannya ... Nero. Dan aku masih bingung
kenapa tiba-tiba kamu bisa sampai berpikir tentang hal itu..." kata Izu
lirih, tangannya sibuk memutar-mutar setangkai bunga kecil.
"Habis ... tadi malam Nero sempat mendengar Horobi bergumam
tentang itu, kalau Nero ... akan merasakan hal itu, ketika menyukai atau
mencintai sesuatu pasti Nero akan merasakan yang namanya sakit hati, merasakan
kehilangan sesuatu...."
Izu mengangguk kecil setelah mendengar kata-kata Nero, jadi
seperti itu ... aku juga sempat berpikir perkembangannya sangat cepat untuk
sebuah A.I. pikir Izu, pandangannya beralih ke langit melihat
awan-awan.
"Hiks ... Nero tidak mau mempunyai perasaan lagi..."
Izu meloncat kaget. "Eh? Tiba-tiba?!" lalu dia menggeser
posisi duduknya lagi menjadi lebih dekat dengan Nero.
"Dan ... dan ... umur Nero lebih panjang dari kalian, suatu
saat nanti pasti kalian akan menghilang. Nero gamau kehilangan kalian."
Izu mengelus kepala Nero pelan sembari tersenyum kecil, dimata Izu
sekarang Nero seperti anak kecil yang tersesat di jalan, lalu tangannya
menyentuh wajah Nero, menaikkan kepala Nero yang sedari tadi menunduk.
"Kami tidak akan hilang, kami ada disini." tangan
kanannya lepas dari wajahnya dan menunjuk dada Nero. "Hati."
"Hati? Nero punya hati?"
"Ya." Izu mengelus kepala Nero lagi, sepertinya dia
mempunyai dua adik sekarang. "Karena adanya hati, kamu bisa merasakan apa
yang dirasakan manusia."
"Tapi Nero hanyalah A.I humanoid, buatan Horobi, dan
sampai sekarang Nero sangat ingin tau mengapa Nero dibuat oleh Horobi."
"Kamu memanglah A.I tapi ada hal yang tidak dipunyai oleh A.I
kebanyakan, yaitu hati, yang ada disitu. Nero adalah A.I pertama yang mempunyai
perasaan bagaikan manusia."
"Manusia ... atau mungkin Nero dulunya adalah seorang
manusia?"
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?"
"Horobi ... selalu mengabulkan permintaan Nero, apapun itu
... termasuk saat pertama kali Nero minta sesuatu pada Horobi. Nero ingin
sekolah."
"Kan Horobi-san Ayahmu. Seorang Ayah pasti
akan mencoba mengabulkan semua keinginan anaknya."
"Samar-samar Nero juga mengingat sesuatu, memori yang sangat
samar ... Nero pernah memberikan bunga dandelion putih pada Aruto dan saat itu
Aruto terlihat sangat sedih ada bekas air mata di wajahnya."