SIANG YANG SANGAT PANAS. Matahari menyemburkan lidah api yang lebih dahsyat dari hari-hari biasanya. Angin panas menerobos wajah anak muda yang berdiri seolah menghadang arah angin. Anak muda itu mengenakan celana semi jeans abu dengan atasan kemeja kotak biru muda. Kupluk abu gelap menutupi rambut pendeknya. Ransel ia lekatkan pada bahu kanannya. Tangan kirinya memegang passport.
Anak muda itu adalah mahasiswa baru di kampus itu. Senin siang yang panas itu, ia mengurus keperluannya sebagai mahasiswa Internasional. Jam 14.30 siang hari itu, dia ada kelas. Pertemuan perdana dengan salah seorang Profesor yang namanya baru ia dengar kemarin.
Sejenak ia memandang ke arah selatan. Sultanah Bahiyah Library nampak kokoh di hadapannya. Gedung kokoh itu seakan menawarkan berjuta petualangan ilmu pengetahuan. Datanglah padaku. Akan kubawa kalian ke dalam labirin ilmu pengetahuan. Begitu kira-kira kalimat yang hendak diucapkan gedung itu padanya.
Kolam air mancur besar menghiasi taman halaman perpustakaan. Kolam utama terhubung dengan beberapa kolam kecil lainnya. Air yang mengucur sangat jernih, mengalir melalui parit-parit selebar satu meter yang menghubungkan kolam utama dan kolam kecil yang mengelilinginya. Di ujung barat, tempat dimana parit-parit kecil itu berakhir, mengucur sepuluh mata air mancur setinggi orang dewasa. Pada sekeliling kolam utama, tumbuh pohon-pohon palem. Ada juga pohon kurma jantan dan sawit. Pancuran air mancur dan pepohonan yang berselang-seling sedikit menyejukkan udara panas siang itu. Hujan akan turun dalam beberapa minggu lagi. Hari itu akhir September, musim panas akan segera berlalu.
Anak muda itu membuka ranselnya. Ia memperbaiki letak beberapa dokumen di dalam ranselnya, dan mengeluarkan payung. Siapa yang tahan dengan udara yang panas di siang hari bolong begitu. Payung adalah salah satu penolong yang paling mujarab.
“Excuse me…” suara seorang perempuan terdengar dari arah belakangnya.
Anak muda itu berbalik. Payung ia katupkan kembali. Gadis berhidung panjang dan berkulit putih berdiri di belakangnya. Melihat tampilannya, bisa ditebak gadis itu adalah putri Dataran Semenanjung Arab.
“Where can I find OAYP?” tanya gadis Arab itu.
“Sorry?”
“Othman Abdullah Yeop campus” timpanya menjelaskan.
“Oh sorry…I’m a new student too here. This is my first week actually and I have no idea about it…” pemuda itu menjelaskan dengan Bahasa Inggris yang tak mirip sama sekali dengan aksen orang Inggris.
“Me too. Someone told me to head forward…” gadis itu menambahkan.
“Hmmmmmm….” anak muda itu ingin membantu. Ia memikirkan sesuatu yang bisa ia lakukan untuk perempuan itu.
“Oh ya, why don’t we ask the staff inside?” tanpa diperintah anak muda dengan kemeja kotak-kotak biru itu langsung ke dalam ruangan. Tanpa diajak juga, gadis Arab itu membebek di belakangnya.
Mereka masuk ke ruangan U-assist, semacam unit layanan untuk mahasiswa Internasional. Di sinilah tempat berkumpulnya mahasiswa dari berbagai negara. Apalagi diawal semester begini, ruangan itu akan sangat ramai. Beberapa jam yang lalu, anak muda itu baru saja mengurus dokumennya di tempat itu.
Langkah dua mahasiswa baru itu mengarah ke front officer, seorang perempuan India dengan perawakan tinggi, agak hitam, namun sangat periang. Belum sempat mereka mengajukan pertanyaan, perempuan itu sudah menembaki mereka dengan pertanyaan. Sangat gesit.
“What counter?” tanya perempuan India itu. Logat Indianya sangat kentara.
“No no no. Actually I wanna ask the way to Othman Abdullah campus. Can you tell us?”
“Ohhh…..let me see.”
Perempuan India itu kemudian keluar dari meja front officer, lalu mengambil tempat berdiri di antara anak muda dan teman gadisnya yang belum dikenalinya itu. Postur petugas front officer yang tinggi membuat dua mahasiswa baru itu harus sedikit mendongak saat berbicara.
Perempuan India itu menjelaskan panjang lebar. Sesekali tangannya harus meliuk dan membelok untuk memperjelas ke mana arah yang harus ditapaki untuk ke Othman Abdullah campus. Dan dari sekian panjang dan lebarnya penjelasan perempuan itu, anak muda itu hanya menangkap satu makna; jalan terus mengikuti kanopi sampai ketemu halte Bus di ujung sana. Di depan Halte Bus itu ada papan nama Othman Abdullah campus.