A Letter To You

Yusrina Imaniar
Chapter #3

Evandaru

Siapa yang tidak mengenal Evandaru? Sejak kali pertama ia menginjakkan kaki di fakultas sebagai mahasiswa baru, Evandaru sudah menarik perhatian. Bukan karena wajahnya menarik dengan rahang yang tegas. Bukan juga karena sikapnya yang sopan dan berwibawa. Evandaru pertama dikenal karena ia ketahuan membawa motor.

Saat masa orientasi atau orang-orang menyebutnya sebagai ospek, terdapat satu larangan yang sudah dengan jelas dikatakan para senior : dilarang membawa kendaraan ke area kampus. Saat itu, Evandaru menjadi salah satu mahasiswa baru yang ketahuan dan menerima hukuman di depan seluruh mahasiswa baru.

Tapi kejadian itu justru menarik perhatian para mahasiswi. Sebagian tertarik karena wajah Evandaru, sebagian lagi karena Evandaru punya sikap yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Dari gaya berpakaian, gaya bicara, bahkan hingga ide-ide yang Evandaru lontarkan. Intinya, Evandaru adalah laki-laki yang banyak disukai.

Hanna banyak mendengar cerita tentang Daru dari Gita. Gita memang mudah bergaul. Diantara mereka bertiga – Hanna, Fiona dan Gita, Gita yang paling banyak punya kenalan. Hampir disemua kelas Gita punya teman, tak terkecuali Evandaru.

Sesuai yang dijanjikan hari ini, Hanna menunggu Daru untuk memberikan kertas kuis miliknya. Fiona turut menemani Hanna, namun ia sibuk dengan ponselnya. Sementara Gita, dia sibuk bicara dengan teman-teman yang lain entah membahas apa.

“Hai, dibawa kan kertas kuisnya?”

Daru rupanya sudah berdiri dekat Hanna. Senyumnya ramah seperti biasa. Pakaiannya juga seperti biasa, rapi. Bukan kaus polo atau kaus berkerah, Daru mengenakan kemeja batik coklat lengan pendek dengan jeans hitam. Jaket hitamnya tidak ketinggalan. Hanna mengambil kertas kuis itu dari tasnya dan memberikan pada Daru.

“Oh, namanya Hanna Ashadia,” ucap Daru dengan suara pelan tapi masih bisa terdengar oleh Hanna.

“Ya sudah, kalau gitu saya pinjam dulu. Besok saya kembalikan,” ujar Daru sambil memasukkan kertas kuis Hanna ke dalam tasnya.

“Daru! Hei, mau ikut makan bareng kita?” Gita menyapa Daru dengan riang. Ajakan Gita itu mendapat penolakan dari Daru. “Saya ada kumpul UKM sebelum kuliah,” tolak Daru tetap dengan senyuman manisnya.

“Ah, gitu. Ya sudah kalau gitu, sampai ketemu nanti malam!” seru Gita riang. Tapi Hanna dan Fiona saling bertukar pandang, mereka bisa melihat kalau Gita sedikit kecewa.

“Aduh ada yang kecewa enggak jadi makan bareng,” ucap Fiona mulai iseng.

“Ih, enggak kecewa. Kalian apaan sih, kan aku udah bilang. Aku itu enggak ada apa-apa sama Daru!”

“Gitaru, lucu enggak sih nama couple-nya?” Hanna turut menggoda. Entah dari mana idenya muncul. Gita mencubit lengan Hanna pelan. Lama-lama Gita jadi punya kebiasaan mencubit kedua temannya yang hobi menggodanya.

“Udah ah! Pokoknya kalian nanti harus datang. Awas kalau kalian enggak ikut!” ancam Gita. Hanna tidak ingat ada acara apa hari ini. Tadi Gita berkata untuk bertemu nanti malam, bukannya hanya dengan Daru saja?

“Jangan bilang kalian lupa. Hari ini ada pentas seni universitas!”

Hanna berjengit mendengarnya. Acara seperti itu adalah acara yang tidak ia sukai. Ah, kalau bisa ia ingin tidur saja di kosan!

*

Lihat selengkapnya