A Letter To You

Yusrina Imaniar
Chapter #4

Gitaru dan Ingatan Tentang Aksa

Hanna menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tugas makalahnya belum selesai dan rasanya ia sudah suntuk terus membaca tapi tidak menemukan materi yang tepat untuk makalahnya. Berulang kali ia mengetik di laptop, tapi hanya untuk dihapus kembali. Kali ini perpustakaan dengan rak tinggi dan fasilitas lengkap itu seperti tidak membantunya.

Hanna menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan pandangannya berpaling dari laptop. Hanna sadar kalau dirinya butuh penyegaran sebelum melanjutkan kembali mengerjakan makalah. Dipandanginya Gita dan Fiona yang juga sedang sibuk mengerjakan tugas. Gita mengerjakan tugas sambil mendengarkan musik melalui earphone. Tubuhnya kadang bergerak mengikuti alunan musik. Sementara Fiona, sibuk mengetik dengan serius sehingga wajahnya terlihat galak.

Hanna tiba-tiba menangkap sosok Daru diantara rak-rak tinggi perpustakaan. Ia sedang mengambil beberapa buku. Hanna memiringkan kepalanya seakan memikirkan sesuatu. Baru disadari oleh Hanna kalau Daru seringkali ada disekitar mereka bertiga. Padahal semula Hanna bahkan tak mengenal Daru.

“Git, Git!” Hanna mencolek lengan Gita yang kemudian melepas earphone miliknya. Melihat itu, Fiona juga ikut memasang telinganya.

“Ada Daru itu,” bisik Hanna pada Gita.

“Ya terus? Kenapa memangnya kalau ada Daru?” Gita balik bertanya seolah tak peduli.

“Halah! Kau suka kan sama dia? Jangan suka bohong!” ujar Fiona dengan tatapan usilnya.

Obrolan mereka terhenti karena menyadari Daru menghampiri meja mereka. Daru duduk disebelah Fiona, berhadapan dengan Hanna. Sementara itu Gita nampak berusaha keras menyembunyikan rasa malunya.

“Boleh duduk disini, kan?” tanya Daru pada mereka bertiga. Saat ini hanya mereka yang duduk di meja besar yang berada tepat ditengah perpustakaan.

“Iya, boleh kok,” ucap Hanna. Sementara Gita semakin menenggelamkan diri dalam bukunya.

Suasana menjadi hening untuk waktu yang cukup lama. Masing-masing dari mereka tenggelam dalam tugas yang tengah mereka kerjakan. Gita yang biasanya cerewet menjadi tidak banyak bicara. Mungkin karena ada Daru disana.

“Git, kamu kok diam aja, sih?” tegur Fiona, mulai tak tahan dengan sikap malu-malu Gita.

“Iya Git. Ngomong dong, ada Daru lho itu. Gitaru,” tambah Hanna sambil mengulum senyum.

“Gitaru? Apa itu?” tanya Daru tiba-tiba.

Lihat selengkapnya