Pagi ini Hanna melihat baligho di gerbang kampus. Akan ada acara seminar budaya yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas dengan tema pemuda, bahasa dan budaya yang diadakan terbuka untuk seluruh mahasiswa dari jurusan apapun. Hanna tertarik mengikuti seminar itu. Ia bahkan sudah mencocokkan hari seminar itu dengan jadwal kuliahnya dan memastikan tidak ada kegiatan di hari itu. Sekarang ini Hanna sedang sibuk membujuk kedua sahabatnya, Gita dan Fiona. Berharap salah satu dari mereka mau menemaninya ikut seminar itu.
“Ayo dong, temenin aku ya?” Hanna membujuk lagi.
“Eenggak bisa Hannaaa, besok aku ada kumpul pecinta alam, mau naik gunung bulan depan,” ucap Fiona sambil memakan tempe mendoannya.
“Git, ayo dong Git,” Hanna beralih membujuk Gita yang memasang wajah penuh senyum.
“Aku bukan eenggak mau, tapi besok aku janjian sama Nathan,” ucap Gita dengan wajah memerah.
“Nathan yang dari farmasi itu?” mata Hanna membesar, Fiona juga berhenti mengunyah untuk mendengarkan.
Gita mengangguk sambil tersipu. Jelas gadis itu sudah benar-benar jatuh cinta pada Nathan. Jika dilihat dari gelagatnya, sepertinya hanya tinggal menunggu waktu sampai mereka benar-benar pacaran. Hanna cemberut, “ya udah deh, aku sendiri aja.”
“Mau kemana?”
Daru tiba-tiba duduk diantara mereka. Begitu juga Dion. Keduanya membawa sepiring nasi dan ayam goreng untuk makan siang hari ini. Hanna menjelaskan mengenai seminar yang akan diadakan besok pukul tiga sore. Mereka tidak ada jadwal kuliah tapi Hanna harus pergi sendiri karena Gita dan Fiona ada acara.
“Oh, seminar yang ada pengumumannya di gerbang? Baligho besar itu?” tanya Dion. Hanna mengangguk semangat.
“Gue pengen sih, mau kesana?”
“Bukannya kamu besok ada rapat UKM?” Daru mengingatkan, Dion meringis kecil mengingat agendanya besok.
“Oh iya. Aduh sorry deh Hanna. Gue enggak jadi ikut,”
“Yaah, ya sudah enggak apa-apa,” Hanna merasa kecewa.
Daru diam sejenak seperti berpikir keras sebelum akhirnya berkata, “saya bisa. Besok bareng saya aja gimana?”
“Serius? Akhirnya ada teman. Sip besok bareng ya!” Hanna bertepuk tangan. Sesaat, wajah Hanna terlihat lebih cerah dan bersemangat, membuat Fiona dan Gita bertukar senyum.
“Bukannya lo ada acara...?” suara Dion terdengar mengambang sambil menatap Daru. Dion yakin betul seharusnya besok Daru membantu kakak tingkatnya penelitian.
“Enggak ada,” Daru menjawab dengan tegas, membuat Dion hanya manggut-manggut.