Hanna dan Gita sudah sibuk berbelanja sayur dan daging sejak pagi. Mereka hari ini berencana akan berkemah. Kemah sungguhan dengan tenda, bukan menginap di villa. Sebenarnya Gita dan Hanna tidak berencana untuk menginap. Mereka yang menginap hanya teman laki-laki saja. Hanna, Gita dan Fiona bertugas memasak dan makan bersama. Malam nanti, mereka akan diantar pulang kembali.
Menu yang dirancang Hanna dan Gita sederhana, nasi liwet, ikan asin dan tempe goreng, serta tumis kangkung. Gita bertugas membuat sambal terasi juga. Sisanya, Hanna yang memasak karena dari mereka bertiga, hanya Hanna yang pandai memasak.
Lokasi kemah berada dekat kampus. Disana juga tersedia dapur kecil yang bisa digunakan untuk memasak. Fiona sudah berada disana. Daru dan Dion menjemput Hanna dan Gita dari pasar. Tidak hanya Dion dan Daru yang akan berkemah, ada juga Arsyad, Rizal dan Farhan yang turut bergabung.
“Sudah semua?” tanya Daru saat melihat Hanna yang membawa satu plastik besar berisi sayuran. Gita langsung menaiki motor Dion tanpa perlu bertanya lagi. Entah sejak kapan ada aturan tidak tertulis kalau Daru hanya akan membonceng Hanna.
Setibanya di lokasi kemah, Hanna langsung disuguhi pemandangan indah. Hamparan rumput hijau dengan pepohonan yang rindang, langit yang biru cerah tanpa awan, serta angin yang semilir meniup wajahnya. Hanna menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan udara segar.
“Enak kan disini?” tanya Daru yang sudah berdiri disampingnya. Hanna menoleh dan menemukan Daru sedang menatapnya. Hanna segera mengalihkan pandangannya karena tak ingin berlama-lama menatap Daru. Semua itu berbahaya pada jantungnya.
“Bisa ya nemuin tempat kayak gini,” ucap Hanna sambil terus melihat pemandangan sekitar.
“Bisa dong. Kamu suka tempat-tempat kayak gini, Hanna?”
“Suka. Aku suka tempat outdoor yang punya pemandangan bagus. Eh, kamu tahu ada tempat namanya bukit bintang?” Hanna tiba-tiba teringat tentang tempat yang pernah ia baca. Saat melihat foto tempat itu Hanna sudah jatuh cinta. Mengingat Daru adalah orang yang paling banyak tahu tentang kota mereka, Hanna menanyakan itu tanpa berpikir.
“Tahu. Kenapa memangnya? Kamu mau kesana?”
“Mau sih, tapi kapan. Tempatnya juga jauh,” ucap Hanna. Daru menatapnya cukup lama sampai akhirnya Hanna menoleh. Daru tersenyum dan berkata, “nanti kita kesana. Kalau lagi libur, kamu jangan pulang dulu. Saya ajak kamu kesana nanti.”
“Benar ya? Janji ya!” Hanna berseru senang. Hanna tidak mengira Daru akan mengajaknya seperti itu. Hanna bertanya karena ingin memastikan apakah tempat itu seindah yang diceritakan orang-orang. Daru tersenyum sangat lebar seolah ajakan kencannya baru diterima.
“Hanna! Ayo kita mulai masak!”
Suara Gita yang berteriak dari dapur membuat Hanna terlonjak. Hanna buru-buru berlari menghampiri Gita. Hanna, Gita dan Fiona sibuk menyiapkan sayuran dan bahan masakan lainnya yang akan dimasak. Daru dan Dion menunggu teman-teman yang lain datang dan menemani ketiga gadis itu memasak.
“Eh, aku mau ke kampus dulu sebentar ya!” ucap Fiona tiba-tiba. Rupanya Fiona teringat kalau ada pertemuan UKM Pecinta Alam siang ini. Dion tadinya akan mengantar, tapi Fiona menolak.
Gita dan Hanna akhirnya melanjutkan memasak. Mereka tidak keberatan Fiona pergi karena sejak tadi Fiona bukan membantu, malah sibuk mencolek makanan dan menanyakan hal yang tak perlu. Saat mereka asyik memasak, tiba-tiba Gita teringat sesuatu.
“Hannaaa! Lupa belum beli terasi!” serunya.
“Ya udah bikin yang lain aja. Sambal mentah atau sambal tomat,” usul Hanna.
“Enggak. Sambal buatan aku yang paling enak itu sambal terasi!”