Selama libur semester, Hanna menenangkan dirinya. Tak lagi Hanna berharap tentang Daru. Selama libur semester, Daru juga tidak menghubunginya. Hanna semakin yakin kalau sudah bukan waktunya lagi Hanna menunggu. Buat apa menunggu laki-laki yang tidak menunjukkan rasa sukanya?
Karena itu, Hanna tidak lagi ragu untuk berteman dengan siapapun. Mulanya ia menjaga jarak dengan Aksa karena takut itu melukai Daru. Tapi kini Hanna dan Aksa semakin sering berkomunikasi. Mereka saling bertukar pesan, bahkan saling membalas unggahan di sosial media
Kembali lagi pada kenyataan bahwa urusan hatinya kepada Aksa sudah selesai. Urusan hati Aksa padanya itu terserah Aksa. Hanna tak mau memaksa Aksa terus mencintainya atau sebaliknya. Ia juga tak berencana untuk menjauhi Aksa, baginya Aksa adalah temannya. Meski Aksa pernah meninggalkannya, kebaikan-kebaikan Aksa di masa lalu membuat Hanna yakin kalau Aksa layak untuk mendapat kesempatan kedua.
Hari ini Hanna akan kembali ke kota tempatnya berkuliah. Ia sudah mengemas pakaiannya dalam satu koper dan barang-barang yang ia perlukan dalam dua ransel besar. Aksa yang akan mengantarnya.
“Hanna, Aksa sudah datang!” terdengar suara Mama dari luar kamar Hanna. Gadis itu segera menyeret koper dan tas-tasnya keluar.
“Kamu yakin mau sama Aksa aja? Mama dan papa enggak usah antar?” sudah tiga kali mama menanyakan hal yang sama pada Hanna.
“Iya, Mama percaya kan sama Aksa?” Hanna balik bertanya, ia tahu sebenarnya orangtuanya sudah percaya pada Aksa. Mereka hanya khawatir saja, bagi Mama dan Papa, Hanna tetap saja anak kecil. Pertanyaan Hanna dibalas dengan anggukan oleh mama yang ikut membantu membawa ransel.
Aksa sudah duduk di ruang tamu. Laki-laki itu mengenakan kemeja tangan pendek berwarna biru tua dan jeans biru. Papa mengobrol dengan Aksa, terdengar suara tawa dari keduanya. Aksa memang mudah akrab dengan siapapun, termasuk orangtua Hanna.
“Sudah siap berangkat?” tanya Aksa sambil menghampiri Hanna, mengambil alih koper di tangan Hanna dengan sigap dan juga mengambil ransel dari Mama.
“Nak Aksa, nanti bawa mobilnya hati-hati ya. Eggak usah ngebut-ngebut, santai aja,” pesan Mama.
“Siap Tante. Oh iya Om, boleh nanti Aksa ajak Hanna makan siang dan nonton film sebelum Aksa antar ke kosnya?” Aksa memohon izin kepada Papa Hanna.
“Makan siang dimana Sa?” tanya Papa sembari mengernyitkan dahi.
“Nggak jauh kok Om, ada mall dekat kampus Hanna. Makan siang disitu saja sekalian nonton. Hanna Aksa antar paling lambat jam lima sore sudah di kos. Tapi kalau Om dan Tante enggak mengizinkan, Aksa enggak akan berani bawa Hanna pergi.”