Dua bulan terakhir diisi Hanna dengan kesibukan menyelesaikan skripsinya. Perjuangannya menyelesaikan tugas akhir kuliah itu akhirnya membuahkan hasil. Hari ini Hanna menyelesaikan sidang komprehensif yang merupakan tahap terakhir dari skripsinya sebelum lulus.
Hanna mengenakan kemeja putih dan blazer hitam yang dipadukan dengan rok hitam. Tangannya terasa dingin, sekarang ini para dosen baik dosen pembimbing maupun dosen penguji tengah berdiskusi di dalam ruangan sidangnya untuk menentukan kelulusan dan juga nilai skripsi Hanna. Sebenarnya Hanna yakin kalau ia akan lulus, tapi tetap saja rasanya mendebarkan.
Melihat Hanna yang terlihat gugup, membuat Aksa tersenyum kecil. Teringat beberapa bulan yang lalu saat ia juga menyelesaikan skripsinya dan menunggu keputusan nilai akhirnya. Jika Hanna menunggu kelulusan untuk segera bekerja, Aksa mempersiapkan diri untuk menempuh Pendidikan dokter muda. Aksa meraih tangan Hanna dan menggenggam tangannya.
“Hei, it’s okay. Everything’s gonna be alright. Aku yakin kok kamu pasti lulus dengan nilai bagus,” ucap Aksa mencoba menguatkan Hanna. Telapak tangan Hanna yang dingin perlahan menjadi hangat karena digenggam Aksa. Hanna tersenyum simpul. Tetap saja ia merasa gugup.
Saat namanya dipanggil, Hanna masuk ke dalam ruangan sidang untuk pembacaan hasil penilaian. Teman-temannya sibuk mengintip lewat pintu, berharap bisa melihat Hanna atau mencuri dengar hasil nilai Hanna. Mata para dosen menatapnya, membuat Hanna semakin gugup. Ingin rasanya mempercepat hasil pengumuman. Hanna menarik napas panjang, mencoba menenangkan jantungnya yang masih terus berdegup kencang. Bahkan saat Doktor Heni menyebut namanya, rasanya suara detak jantungnya bisa terdengar keluar.
“Berdasarkan hasil penilaian terhadap skripsi saudari yang telah dipresentasikan hari ini, dengan ini kami tim pembimbing dan tim penguji menyatakan bahwa saudari Hanna Asyifa Putri telah lulus dari program sarjana dengan nilai A dan yudisium sangat memuaskan,”
Rasanya seperti ada air dingin yang menyiram tubuh Hanna. Kelegaan membanjiri dirinya. Akhirnya, apa yang Hanna perjuangkan siang dan malam selama beberapa bulan terakhir membuahkan hasil. Usai pembacaan nilai, Hanna menyalami semua dosennya dengan hormat. Saat keluar ruangan sidang, teman-temannya sudah menyambut dengan wajah gembira.
“Akhirnya lulus! Akhirnya kita wisuda bareeeng!” seru Gita ceria. Gita sudah sidang komprehensif beberapa hari yang lalu. Sementara Fiona dijadwalkan minggu depan.
“Aku pasti akan nyusul kalian. Kita wisuda sama-sama ya!” Fiona juga tak kalah semangat.
Hanna menerima banyak ucapan selamat. Tentu saja Aksa menjadi orang pertama yang memberikan ucapan selamat itu pada Hanna. Aksa bahkan membawakan buket bunga mawar merah yang entah kapan dibelinya. Hanna tak ingat melihat buket itu di mobil Aksa. Sementara Gita dan Fiona sudah mempersiapkan selempang gelar bertuliskan nama Hanna.
Usai selebrasi sederhana, Hanna segera pergi ke Gedung dekanat untuk menemui bagian administrasi. Ia harus segera mendaftarkan diri sebagai peserta wisuda bulan depan. Aksa menemaninya, tapi memilih untuk menunggu diluar. Sementara Fiona, Gita, dan Dion sudah pamit pulang terlebih dulu. Hanna tidak masalah dengan itu. Toh, ada Aksa, orang yang Hanna inginkan untuk menemaninya.