Hanna menatap sepucuk surat yang ia letakkan di meja. Sebelum pulang tadi, Gita memberikan surat itu pada Hanna. Hanna bisa melihat namanya di amplop itu, yang ditulis oleh Daru. Hanna ragu untuk membaca surat itu. Tapi rasa penasaran membuncah dalam dadanya.
Tangan Hanna membuka amplop surat itu. Ada sebuah foto disana, foto Hanna, Gita, Dion dan Daru. Saat itu mereka sedang makan bersama. Senyum mereka berempat sangat lebar di foto itu. Hanna membuka surat yang berisi tulisan tangan Daru.
Untuk Hanna,
Jika surat ini sampai ke tangan kamu, artinya kamu sudah menerima kabar buruk dari saya. Jujur, saya enggak bisa membayangkan bagaimana perasaan kamu saat ini. Tapi, kalau kamu sedang menangis, tolong jangan terlalu lama.
Kamu tahu Hanna, setelah saya mengenal kamu hidup saya terasa berbeda. Mungkin butuh waktu, karena saya sempat yakin kalau saya enggak punya perasaan apa-apa. Sampai akhirnya saya sadar kalau saya sudah menyukai kamu lebih dari yang saya akui. Hari-hari saya jatuh cinta dan menyimpan perasaan pada kamu saya lalui dengan kebahagiaan. Setiap saya bersama kamu, saya harap itu akan bertahan selamanya.
Hanna, kamu tahu, ada orang yang ditakdirkan untuk bertemu tapi tidak untuk bersama. Menurut saya, seperti itu hubungan kita. Saat saya menyadari perasaan saya, cinta pertama kamu kembali. Saat saya siap untuk mengejar kamu, Tuhan memberi saya penyakit ini. Saat itu saya sadar, kita bukan untuk bersama. Saya cuma bisa melihat kamu dari jauh, karena itu yang bisa saya lakukan.
Maaf atas semua kesalahan saya. Meski singkat, setiap momen bersama kamu membuat saya bahagia. Kamu perlu tahu kalau setiap ucapan saya itu tulus. Saya enggak pernah berniat main-main sama kamu. Saya tahu kalau sekarang ini kamu sudah jatuh cinta pada orang lain. Jangan sia-siakan itu, Hanna. Hidup lah dengan bahagia, panjang umur dengan orang yang kamu cintai.
Terima kasih sudah menjadi seseorang yang pernah berarti dalam hidup saya. Selamat tinggal, Hanna. Saya pamit.
-Evandaru-
*
Hanna dan Aksa menghabiskan waktu mereka berdua untuk duduk di taman kota, menikmati sore yang cerah. Angin berhembus sepoi-sepoi, membuat udara lebih sejuk. Aksa membukakan sekaleng soda untuk Hanna.
“Kamu pasti kaget dengar kabar tentang Daru,” ucap Aksa, membuat Hanna menoleh padanya. Hanna merasa sedikit tidak enak hati pada Aksa.