Ini Pandora, cewek yang termasuk pada daftar tujuh siswi paling galak di SMA Vaias versi OnTheSpot-nya guru-guru. Meski dia kalau bicara masih pakai ‘aku-kamu’, terkadang kata-kata kasar masih sering terlontar dari mulutnya. Dia suka melabrak kakak-kakak kelas, bahkan guru-guru yang mempermainkan siswa lainnya. Nggak ada rasa takut, tapi itu membuat semua guru menyukainya.
Pandora seharusnya masuk kelas dengan pembinaan khusus, karena dia terkadang punya masalah dengan telinganya. Namun karena kegigihannya untuk belajar, dan tekadnya untuk tidak mau masuk kelas dengan banyak anak bermasalah, semuanya terwujud karena dia berhasil lulus tes ke kelas biasa. Untung baginya.
Ya ... Walaupun masuk kelas biasa, dia tidak luput dari pengawassan guru BK yang menyebalkannya bukan main. Seperti saat ini, pagi-pagi di ruang BK. Pandora sudah masuk ruangan mencekam itu, dengan Bu Riska, dan tiga cowok dengan wajah warna-warni biru-merah.
“Sudah berapa kali saya bilang untuk tidak membuat masalah lagi, Pandora,” kata Bu Riska. Guru BK dengan kacamata tebal dan rambut hitam panjang seperti kuntilanak, oops. “Kamu apakan lagi kakak-kakak kelasmu ini?”
Bu Riska menunjuk ketiga kakak kelas laki-laki yang sudah babak belur kena pukul. Sedangkan Pandora, gadis itu hanya duduk santai sambil memainkan kuku-kuku jarinya.
“Saya tidak buat masalah, kok, Bu,” kata Pandora. Lalu ia menunjuk tiga laki-laki yang langsung merinding ketika dituding olehnya. “Merekanya aja yang cari ribut sama adik kelas, siswi lagi.”
“Nggak, Bu! Kita nggak ribut sama adek kelas,” kata salah satu cowok.
“Diam kamu,” tukas Bu Riska galak. “Meskipun kalian memang korban Pandora, bukan berarti saya bisa mentolerir apa yang kalian lakukan. Kalian kira saya tidak tahu?”
“Nah, kan mereka memang salah, Bu, jadi saya pamit dulu ke kelasnya Pak Haryo, ya,” kata Pandora sambil mengambil ancang-ancang untuk berdiri.
Bu Riska menahan Pandora. “Enak saja. Kamu juga tanggung jawab. Kenapa kamu harus pake kekerasan buat mereka, sih? Meskipun mereka salah, harusnya dengan dilabrak saja cukup, kan?”
“Dih, mereka nggak bakalan kapok, Bu,” kata Pandora. “Tadi saya ketemu mereka di belakang, sampai mau cekik adek kelas yang namanya Adel. Terus si kakak yang jabrik ini malah malak sampe masukin tangannya ke kantong si Mita, temennya Adel. Jadi karena mereka sudah melakukan pelecehan juga, saya balas dengan kekerasan. Adil, kan, Bu?”
“Kok gue jadi ikutan kena, sih?! Kan gue nggak ngapa-ngapain Adel sama Mita tadi!” ujar salah satu cowok yang memang tadi tidak berbuat apa-apa, hanya bersandar di dinding.
Pandora mendelik dan memutar matanya. “Karena kakak pasti yang perintah mereka berdua, jadi otomatis kakak terlibat secara tidak langsung.” Pandora tersenyum penuh seringai. “Adil.”
“Nggak bisa gitu, lah!”
"Bisa, lah! Siapa yang bilang nggak bisa?"
“Aduh ... Kalian ini berisik sekali,” omel Bu Riska sambil mulai menyentil telinga tiga cowok yang langsung membalas dengan ringisan. “Sudah. Pandora, kamu saya maafkan lagi kali ini.”
“Oke. Saya memang nggak salah juga disini,” balas Pandora sambil tersenyum lebar.
“Tapi kalian,” kata Bu Riska sambil menunjuk satu-satu ketiga cowok. “Kalian ambil papan nama yang ada di TU, habis itu pakai yang ada tulisan SAYA MELANGGAR HAK ASASI PARA SISWA-SISWI sampai pulang sekolah! Habis itu balikin uangnya Mita tiga kali lipat. Kalo dua-duanya udah, bersihin aula setelah bel pulang sekolah!”
Ketiga cowok itu melongo mendengarnya. Sebelum mereka sempat protes, Bu Riska sudah menyela duluan.
“Pandora, balik sana ke kelas,” titahnya.
Pandora nyengir, lalu berdiri. “Pamit, Bu! Dadah, kakak-kakak kelasku yang galak-galak, jangan cemberut terus nanti makin jelek mukanya. Makasihnya, mana, ya?”
Ketiga kakak kelas itu hanya menggeram kesal. Tapi justru hal itu membuat Pandora terkikik.
Sesampainya di depan pintu ruang BK, Pandora menutup pintu dengan hati-hati. Kemudian dia tertawa sendiri, puas karena dia sudah membuat ketiga kakak kelasnya yang memang tukang palak itu menyesal.
Sudah jadi kebiasaan seorang Pandora untuk membuat jera kakak-kakak kelasnya yang memang bandel. Kalau ada yang merokok, Pandora akan kerjai dengan kebakaran kecil-kecilan. Kalau ada yang berantem, Pandora tengahi dengan tendangannya. Kalau ada yang suka malak adik kelas, akan Pandora ceramahi, lalu pukul.
Kalau sudah selesai, mau dia berakhir di ruang BK pun, dia tetap dibebaskan karena alasan yang pas, dan juga karena ia sengaja memancing korbannya ke tempat dengan CCTV hingga guru-guru pun tahu kebenarannya. Kini Pandora bersenandung sambil tertawa-tawa kecil, mendengar ketiga kakak kelasnya masih protes di dalam ruangan.