A Little Color of You

SeoAnna
Chapter #3

Chapter 2 • Pertengkaran Di Belakang Sekolah

“Pandora?”

Lala dan Pandora memutar tubuh mereka hingga melihat seorang cowok yang sedang memegang banyak buku di tangannya. Bianca yang paling hapal suara itu langsung semangat menoleh, hingga kepalanya sedikit terantuk kursi dan dia mengaduh pelan.

“Kak Alex?” kata Pandora. Seketika keningnya berkerut pada orang yang kurang ia sukai. “Kenapa, kak?”

“Nih,” kata Alex sambil menyodorkan sebuah buku catatan yang tercantum nama Pandora di bagian depannya. “Finn tadi mau kasih ini ke kamu, tapi dia bingung mau nyari kamu kemana. Jadi kakak aja yang kasih, Finn soalnya capek banget habis lari olahraga tadi.”

“Oh, makasih, kak,” kata Pandora sambil mengambil buku catatan itu. Dia lupa kalau Finn kemarin janji akan menuliskan rumus-rumus Fisika untuk dipelajari olehnya. Ah, masa bodo dengan itu. Sekarang dia harus mengeluarkan Alex dari perpustakaan. “Kak Finn nggak kecapean, kan? Nggak kenapa-kenapa, kan? Tongkatnya tadi dipakai, nggak?”

Pandora sengaja menanyakan tentang Finn, agar cowok di depannya ini bisa pergi. Karena dia tahu Alex tidak suka pada Finn.

Baru saja tempo hari Pandora mendengar cowok ini menjelek-jelekkan Finn. Sekarang muncul seolah tidak pernah mengucapkan kalimat terkutuk sialan itu.

“Umm ... Dia nggak kenapa-kenapa, sih. Tapi tongkatnya tadi nggak dipakai sama dia,” kata Alex seadanya. Pandora melihat gerak-gerik tak nyaman dari Alex.

Pandora menepuk keningnya, kesal. Ralat, pura-pura kesal. “Aduh, kenapa suka banget nggak pakai tongkat, sih. Tapi tadi, pas dia belajar nggak ada kesulitan, kan? Terus tadi kak Alex bantuin dia bacain yang ada di papan tulid, kan, ya? Aduh, makasih, ya kak. Jadi ngerepotin. Kayak gitu terus, ya, kak. Soalnya aku agak sensitif kalau kak Finn kenapa-kenapa."

“Haha ... Ummm, iya nanti kakak bantuin dia. Ya udah, kakak mau bilangin ke Finn suruh pakai tongkatnya,” kata Alex, lalu menepuk kepala Pandora. “Belajar, sana.”

“Ohoek!” sembur Bianca sambil menutup mulutnya. “Uhuk, uhuk.”

“Abby ...” tegur Lala, seraya memelototi Bianca yang tersenyum jahil. Lalu dia melempar sebuah buku tulis.

“Oh, yaudah. Kakak pergi dulu, ya,” kata Alex. Lalu ia hilang di balik bumbungan lemari-lemari buku yang berjejer rapi.

Pandora memasang muka malasnya. Setahun ini, Alex suka caper ke adik-adik kelasnya., cari muka begitu. Kalau dia tidak salah, Alex pernah membicarakan murid-murid disabilitas di sekolah, termasuk Finn. Tadinya dia ingin menghajar cowok itu, tapi karena Alex dipandang berkharisma oleh guru-guru, jadinya Pandora tak bisa gegabah. Kalau dia menghajar Alex, bisa jadi dia yang kena hukumannya.

Apanya yang berkharisma? Tukang gosip kayak begitu diidolakan.

“Kayaknya aku harus cari kak Finn,” kata Pandora di sela-sela hening.

“Kenapa?” tanya Bianca. Ada sebuah buku di kepalanya, yang barusan Lala lempar karena ia tak bisa diam. “Oh, iya. Alex tadi bilang kalo dia ketemu sama Finn, ya?”

Pandora mengangguk. “Tadi pagi juga ujung tongkatnya kak Finn agak rusak, tapi diperbaikin sama kak Phoebe. Aku curiga kalau Alex atau temen-temennya yang rusakin tongkatnya Finn.”

“Kamu lihat warna suaranya si Alex, nggak?” kata Lala.

“Lihat,” jawab Pandora. “Warnanya abu-abu gitu pas dia ngomong kak Finn baik-baik aja. Terus tadi dia bilang kalo kak Finn nggak pakai tongkat, kan? Kayaknya tongkatnya ilang atau diambil.”

Bianca kembali ke kursi tempatnya duduk. “Aduh, lo mau cari kak Finn?”

“Iya, By,” kata Pandora. “Takutnya tongkatnya kak Finn rusak lagi. Dia juga suka banget keluyuran kayak tadi pagi."

“Tongkat Finn nggak apa-apa.” Kali ini, muncul Andra dan Finn langsung. Tiba-tiba mereka sudah berada di balik rak-rak buku.

“Lah? Panjang umur.” Pandora melihat Finn yang berjalan tanpa tongkat. Ia bisa melihat kalau tongkat tersebut sengaja Finn pegang erat-erat. Maksudnya untuk berjaga-jaga kalau ada yang ingin mengerjainya dengan mengambil tongkatnya. “Tadi kakak diapain sama si Alex?”

Andra mengangkat bahunya. Ia mengusap-usap kepala Bianca, yang adalah adik sepupunya, membuat Bianca kesal karena rambutnya jadi berantakan. “Nggak diapa-apain. Tapi dia langsung rebut gitu aja buku kamu. Terus kita susulin dia ke perpus.”

Finn menatap lurus ke depan dengan lemas. Matanya tidak ditutupi apa kali ini, jadi kelihatan jelas kedua bola matanya yang berwarna silver. “Harusnya kamu yang khawatir sama diri kamu sendiri, Ra. Kakak nggak takut diapa-apain sama dia. Kakak buta, dia yang bakal kena msalah kalo ganggu kakak. Tapi kamu itu suka keluyuran sendiri, jadi yang lebih bahaya itu kamu.”

“Tuh, Ra,” kata Lala. “Dibilangin sama kakak. Jangan keluyuran sendirian. Tadi pagi kamu kena masalah sama Bu Riska, kan?”

Pandora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. “Hehe, iya maaf, maaf ... Terus kenapa kakak disini?”

Lihat selengkapnya