A Little Color of You

SeoAnna
Chapter #5

Chapter 4 • Rumah Sakit

Pulang.

Satu kata yang membuat hati Pandora senang bukan main.

Bagi Pandora sekolah itu menyebalkan. Namun kalau bukan karena Finn yang menakut-nakutinya, dengan menggunakan ancaman kalau Finn tidak akan mengajarinya lagi, maka Pandora harus ke sekolah. Selama ini Finn yang selalu membantunya mengerjakan PR dan tugas-tugas lainnya. Kalau tidak, bisa-bisa nilai Pandora langsung nol.

Panti berisi banyak orang anak. Ada sekitar tujuh belas anak lebih di tempat itu dan ada dua wali yang mengasuh mereka, yaitu Bunda Sarah dan Bunda Laila. Mereka adalah kakak-beradik, keponakan dari pemilik rumah besar yang sekarang jadi panti itu. Pemilik itu sendiri sudah meninggal delapan belas tahun yang lalu.

Ada sebuah gereja kecil atau kapel di sebelah rumah tersebut. Kalau keluar dari pekarangan rumah lewat pintu belakang, akan ditemukan sebuah jalan setapak. Di ujung jalan tersebut, ada makam kecil yang hanya berisi lima pusara saja. Makam tersebut tidak terlihat dari rumah karena terhalang pohon-pohon kebun.

Di rumah sekarang, hanya Bunda Sarah yang kelihatan di halaman depan. Dia yang pertama kali menyambut ke ketiga murid SMA Vaias itu dengan sapaan hangat. Lalu dia memeluk ketiganya dengan erat.

“Bunda Laila dimana, Nda?” tanya Pandora sambil melepaskan sepatu yang masih melekat di kakinya.

“Oh, Bunda Laila lagi pergi sebentar ketemu sama orang penting,” kata Sarah. “Kamu ada urusan sama Bunda Laila, Ra?”

Pandora menggeleng. “Nggak ada, Nda.”

“Ya sudah, kamu sudah makan?” tanya Sarah. “Mau Bunda bikinin ikan?”

“Nggak, Nda. Pandora udah makan tadi di sekolah. Kan kak Farah biasa masakin bekal buat Pandora,” kata Pandora seadanya. Dia dan Finn memang jarang membawa uang ke sekolah. Hemat katanya. Farah, anak tertua di rumah, selalu bangun pagi dan membuatkan bekal untuk mereka yang akan pergi sekolah.

Sarah mengangguk-anggukan kepalanya. “Oke, deh. Kalau begitu, cepet masuk, Ra. Istirahat. Bunda mau ngurusin Olin dulu.”

Tanpa berceloteh apa-apa lagi, Pandora segera masuk ke dalam rumah.

Bisa dilihat ruang tengah ramai dengan lima anak SD dan SMP yang sedang menonton film di TV. Ada Robin, Bobi, Victor, Hilary, dan Kayla. Mereka berlima menonton sambil berbaring di karpet berwarna merah. Suara-suara di TV yang bercampur dengan seruan anak-anak berwarna merah samar. Terlalu bersemangat dan enerjik.

Di sofa, ada Farah Tisia. Dia sedang merajut sebuah selimut. Bisa dibilang selimut karena bentuknya sangat besar dan lebar. Warnanya jingga, dengan beberapa motif yang Farah karang sendiri. Selimut itu akan diberikan pada Finn, setahu Pandora. Katanya tubuhnya Finn kurus banget, jadi Fara pikir dia selalu kedinginan saat tidur.

Ada dua orang anak SD yang sedang bermain Lego bersama. Namanya Claris dan Gabriel. Keduanya sangat akur dan suka sekali menjahili satu sama lain. Gabriel adalah sosok yang sangat usil, sedangkan Claris lebih banyak diam namun cukup periang. Keduanya sudah berteman semenjak Claris datang ke panti setahun yang lalu.

“Kak Ara udah pulang?” tanya seorang anak kecil. Namanya Tania. Umurnya masih enam tahun, duduk di bangku kelas satu. Dia termasuk lima anak yang home-schooling karena butuh perhatian khusus terhadap fisik dan mental.

Tania datang di rumah ini beberapa bulan yang lalu. Orangtuanya meninggal di rumah yang kebakaran. Jadi dia jalan nggak tentu arah dan ketemu gereja. Dari situ Pandora yang melihat dia masuk ke pekarangan gereja. Lalu karena Bunda Laila sedang tidak ada, jadi Bunda Sarah yang mengurusnya.

Tania punya gangguan mental terhadap api. Bisa disebut dia trauma dan trauma tersebut menjadi phobia. Saat kebakaran juga, mata Tania sedikit mengalami kerusakan. Akibatnya sekarang dia buta setengah di mata kirinya.

Meskipun begitu, Pandora sangat sayang pada Tania.

Ketika melihat Tania yang berjalan dari arah dapur, Pandora langsung menghampirinya. “Tania habis ngapain?”

“Habis makan kue, tadi kak Lando yang kasih Tania makan kue,” kata Tania riang. “Kakak mau kuenya juga? Nanti aku bujuk kak Lando biar kasih ke kakak.”

Pandora tertawa, “Nggak usah, Dek. Kamu udah tidur siang?”

Tania mengangguk. “Udah, kak. Tadi ditemenin sama kak Farah.”

“Oke, kamu ke tempatnya Bobi sama yang lain, ya. Ikut nonton,” kata Pandora. Untung saja tadi dia sempat mengecek film apa yang ditonton oleh kelima bocah itu. Ternyata film animasi Spongebob. Astaga, mereka pulang cepat hanya karena janjian mau nonton film konyol itu ramai-ramai?

Tania mengangguk sekali lagi, lalu pergi ke ruang tengah. Disitu dia disambut baik oleh Bobi. Lalu dia mengizinkan Tania untuk duduk di punggungnya. Akhirnya jumlah mereka menjadi bertambah.

Pandora segera bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Setelah ia membuka pintu, Pandora dapat melihat Erina, salah satu adiknya, sedang membaca buku. Ia agak terkejut ketika Pandora membuka pintu.

“Aduh, kak. Aku bisa jantungan kalo kakak selalu masuk tanpa ngetuk dulu,” gurau Erina.

“Kamu yang terlalu fokus sama bukunya, Rin,” balas Pandora. “Tadi Bunda bilang nggak kalo mau pergi kemana?”

“Aku tadi dengar Bunda Laila katanya mau pergi ke tempat donatur rumah,” kata Erina.

Oh. Donatur.

Sejak anak pertama yang datang kesini, sudah ada dua donatur yang menyumbang dan membiayai uang sekolah anak-anak. Keduanya tidak pernah muncul di rumah. Bahkan anak-anak tidak tahu siapa namanya. Kata Bunda Laila, mereka berdua bakal muncul di hari jadi ke dua puluh tempat ini menjadi tempat bagi anak-anak yatim.

Lihat selengkapnya