A Little Color of You

SeoAnna
Chapter #6

Chapter 5 • Tamu Tak Diundang

Pandora bingung. “Kok kamu ...”

“Err ... Sorry, gue salah kamar ternyata,” kata Langit. “Nanti gue kesini lagi, jangan tidur dulu.”

“Eh, eh, tapi—“ Sebelum Pandora menyelesaikan ucapannya, Langit sudah pergi keluar ruangan. Pandora menggeng-geleng, berfikir keras. Apa yang akan dia lakukan ketika cowok itu kembali masuk?

Lima menit kemudian, Langit masuk lagi. Saat di depan kamar, Pandora bisa melihat dia ditemani oleh Brian. Brian menatap sebentar ke dalam ruangan lalu pergi ke arah lain. Sedangkan Langit masuk sambil menatap handphonenya.

Langit menghampiri Pandora. “Lo sakit apa?”

Pandora mencubit perut Langit, yang langsung dibalas dengan ringisan cowok itu. “Tunggu-tunggu. Aku nggak suruh kamu masuk. Kamu mau disambit pakai tongkat, yah?”

Langit tertawa renyah. “Astaga, beneran galak.” Di dekat situ ada sebuah kursi. Langit menariknya dan duduk di dekat brankar. “Jadi begini. Kakinya Argie ternyata robek lagi, yang kemarin itu, loh. Untungnya kemarin lo obatin kakinya jadi sekarang nggak terlalu parah. Gue sama temen-temen gue bawa dia ke rumah sakit, dan kita semua jagain dia disini. Sekali-kali bolos sekolah nggak apa-apa, lah."

“Terus kenapa masuk kesini?”

“Hmm ... Kenapa, ya? Kayaknya Bianca bener, gue harus gebukin lo."

“Mau mati, ya?”

“Kita mati sama-sama, yuk. Hehe.”

“Dih, mati, kok, ngajak."

Langit hanya tertawa sebagai responnya. Cowok ini berbeda sekali dengan Langit yang kemarin ia temui di pekarangan belakang sekolah. Langit yang kemarin itu terlihat sangat mengerikan. Sekarang, dia mulai kembali ke sifat aslinya. Jahil, riang, namun masih terlihat sisi kejamnya.

Langit ini cowok fotografi dan dancer sekolah. Dia sudah banyak membawa piala dan ikut lomba fotografi atau dance dengan sekolah-sekolah lain. Semua guru kagum, hanya kesal dengan sikap serta sifatnya yang suka sekali keributan. Beberapa orang mengatakan kalau sebenarnya Langit masuk gangster yang bergerak diam-diam. Tapi itu hanya dugaan karena Langit tidak pernah tertangkap tawuran di suatu daerah.

Namun mungkin benar tentang rumor yang beredar di penjuru sekolah. Ezrael Langit Destara itu tidak bisa ditebak seperti apa. Caranya bermain memang kejam, tapi ... dia tak menunjukkan wajah dingin atau tatapan menusuk. Cowok ini juga banyak musuh di luar sekolah, karena geng-nya yang terkenal. Itu sebabnya Bianca tidak mau Pandora berurusan dengan Langit.

“Jadi,” kata Langit memecah keheningan yang terjadi beberapa detik. “Lo kenapa? Perasaan, kemarin lo baik-baik aja.”

Pandora mengerutkan keningnya. “Kenapa? Itu bukan urusan kamu.”

“Masa?” pancing Langit. “Coba kalau gue teriak, kita lihat telinga lo sakit atau lo baik-baik aja.”

Saat Langit sudah mengambil ancang-ancang ingin berteriak, Pandora segera memukul wajahnya dengan bantal. Hal itu membuat Langit tertawa terbahak-bahak. Laki-laki dengan iris mata hijau itu memegang alih bantal. Melihat Pandora yang merengut rasanya puas.

“Aku sakit telinga, demam,” ujar Pandora jutek. “Puas?!”

Langit nyengir lebar. “Puas. By the way, lo suka labrak kakak-kakak kelas, ya?”

Pandora mengangkat bahunya. “Tergantung sama perbuatan mereka. Kalau mereka ganggu anak-anak kelas sepuluh, apalagi yang culun-culun, aku labrak. Kalau perempuan biasanya cuma kasih tahu aja, sekaligus ancam. Tapi kalau laki-laki, aku bisa main pukul.”

“Jadi kalau gue gangguin anak kelas sepuluh, lo apain?”

“Ya bakalan aku pukul kamu pakai tongkat, apalagi kalau kamu sampai main tangan sama adek kelas.”

“Yah, nggak bisa dikurangin apa hukumannya?”

Pandora mendengus. “Kamu siapa aku bisa nawar begitu? Kamu kira aku ini tukang ayam di pasar, dan kamu pembeli setia aku begitu?”

Lagi-lagi Langit tertawa. “Emang maunya gue jadi siapanya lo?”

Pandora memukul wajah Langit berkali-kali. “Nggak usah jadi siapa-siapa. Jangan ketawa lagi, ngeselin mukanya. Mending sekarang kamu keluar daripada kakak aku ngusir kamu."

Tapi Langit benar-benar tidak mau berhenti ternyata. Dia sengaja membuat Pandora kesal. Kini Pandora berfikir, apakah nasib Argie juga semakin stress karena Langit? Kalau ya, berarti hobi dari Langit itu membuat orang sakit jadi makin sakit.

“Oke, oke, sorry,” kata Langit. “Atas dasar apa lo mau hajar kakak kelas yang semena-mena begitu?”

“Kok kamu jadi kepo?!”

“Suka-suka, lah.”

Lihat selengkapnya