“SERIUS LO, RA?!” Teriak Bianca.
Saat ini kelas sedang tidak memiliki guru. Bu Hana yang mengajar Bahasa Inggris sedang rapat bersama guru-guru yang lain. Alhasil satu kelas ribut dengan bahagia. Ada yang nonton ramai-ramai di belakang. Ada yang lompat-lompat sambil joget di atas meja. Ada yang gibah. Ada juga yang tidur.
“Abby, jangan keras-keras, By,” tegur Pandora ketika suara Bianca meninggi. Dia memang menceritakan kejadian dari kemarin sampai hari ini. Mulai dari dia sakit, marah pada Finn, lalu diobati Langit. “Aku masih nggak bisa bayangin kalau hari ini aku ketemu sama kak Finn gimana.”
“Ra, kamu yakin bakalan kuat kayak begini terus?” tanya Lala iba. Lala masih memakai aku-kamu pada Pandora agar cewek itu sedikit nyaman padanya dan juga Bianca. “Sebenarnya aku takut kalau kamu nanti malah nyakitin diri kamu sendiri.”
“Aku juga nggak tahu, La,” kata Pandora. “Aku nggak yakin Kak Finn bisa terima semuanya dengan santai, aku denger dia putus asa banget, tapi aku tetap nggak bisa ladenin dia juga.”
Bianca mangut-mangut mengerti. Cewek itu duduk di bangku Vivi, cewek yang duduk di depan meja Pandora, agar bisa mendengar Pandora dan Lala. Karena keduanya duduk satu meja. “Langit bilang kalau itu wajar, kan, Ra? Memang menurut gue juga itu wajar. Gue juga pernah berantem sama abang gue, kayak gini juga jadinya. Tapi saran gue, sama kayak Langit. Tenangin diri dulu, baru bicara baik-baik sama Kak Finn.”
Lala mengangguk. “Abby bener. Kalau kamu masih nggak nyaman, kamu bisa kok ngomong apa aja buat Kak Finn lewat kita berdua.”
“Iya, Ra. Jangan lama-lama juga berantemnya. Padahal satu sekolah yakin kalau kalian itu saudara kandung. Kalian itu pasangan kakak-adik paling keren di satu sekolah, Ra,” kata Bianca. “Ini juga resiko anak panti, Ra. Tapi semuanya akan baik-baik aja kalau kalian berdua bisa menerima kenyataan.”
Pandora sedikit menunduk. “Aku nggak yakin Kak Finn bakal balik lagi ngunjungin panti, La, By. Aku sayang sama dia, begitu juga sama Georgio, Kak Farah, dan anak-anak panti lainnya. Dia itu udah kayak kakak kandung semua anak dan adik buat Kak Farah. Tapi sekarang harusnya kita sadar diri, apalagi aku, kalau Kak Finn punya adik kandung yang asli.”
“Iya, Ra, kita tahu,” kata Bianca. “Lo cuma takut Kak Finn nggak sayang lagi sama lo dan anak-anak yang lain, kan?”
“Yaa, begitulah, By.”
“Gue tahu,” kata Bianca. “Jangan dibawa sedih lama-lama, Ra. Ini wajar, kok. Semoga lo cepat baikan sama Kak Finn, ya?”
Pandora hanya mengangguk pilu.
Tiba-tiba bel istirahat berbunyi lewat speaker di kelas. Pandora lupa kalau ini jam pelajaran keempatnya, yang artinya setelah itu istirahat.
Bianca berdiri dari tempat duduk Vivi. Dia paling semangat kalau bel istirahat sudah berbunyi. “Yes! Waktunya Abby makan. Ayo, Ra, jangan sedih-sedih terus. Mending kita nawar baksonya Mang Dedi.”
Pandora gugup. Dia belum bilang kalau istirahat ini Langit akan ke kelasnya dan mengajak ke kantin bareng. “Anu ... By.”
“Yes, babe?”
“Itu ... tadi si Langit—“
“HALO TIGA CIWI YANG LAGI NGERUMPI DISANA!” Seolah hafal dengan suara menyebalkan ini, Bianca tiba-tiba melotot pada Rendy yang tadi berteriak. Di belakangnya, ada Langit yang mengusap hidungnya sambil menggeleng-geleng, serta Brian dan Argie. “Jajan, yuk!”
“Eh, Ra. Mereka manggil kita?” tanya Lala gelalapan. Akhir-akhir ini rumornya dia dekat dengan Argie karena olimpiade.
“By, La,” kata Pandora. “Tadi sebenernya, Langit nyuruh aku sama kalian makan bareng mereka. Tadi lupa bilang.”
“APA?! MAKAN SAMA SI REREN GILA? NGGAK!” teriak Bianca membuat satu kelas menoleh padanya.
“Kalau lo nggak mau, ya sudah,” kata Langit santai. “Gue ngajak Pandora dan tadi dia bilang iya.”
Bianca melotot. “Enak aja Pandora dibawa-bawa sama lo. Oke, gue sama Lala ikut.”
-oOo-
“Mau pesen apa?” tanya Langit pelan pada Pandora.
Pandora duduk dengan kikuk. Dirinya berada di tengah-tengah antara Langit dan Bianca. Langit selalu mepet ke Pandora, membuat Bianca tak segan untuk memelototinya, tidak sampai meledak tapinya. Apa boleh buat, Bianca tidak bisa marah-marah selama di kantin. Kata Argie, kalau Bianca cerewet, Lala bakalan jadi pacarnya.
Mana bisa! Bianca tidak mau teman-temannya terikat dengan cowok-cowok aneh ini. Apalagi Lala yang sudah menghela nafas berkali-kali. Dia santai, karena Argie tidak akan benar-benar serius kalau singa di dalam Pandora sudah keluar. Cuma hanya karena kondisi Pandora sedang tidak baik, jadi Argie agak berani.
Lalu Bianca sadar, ini bukan tentang Argie-Lala. Tapi tentang Langit dan Pandora yang seperti teman dekat!
Argie pasti mengancam begitu hanya karena ia tak mau Langit merasa terganggu dengan ocehannya. Brian hanya jadi penonton dan melihat sikap-sikap mereka yang berbeda. Tapi Rendy yang membuat Bianca kesal sampai uratnya keluar. Rendy terus melontarkan omongan-omongan yang memanasi Bianca seperti ‘Langit, Langit, gas terus, Lang!’ ‘Ra, nanti kalau udah oficial, jangan lupa traktir’ ‘Eh, Abby nggak cemburu, kan?’.
Bagaimana bisa Bianca bertahan.
Sedangkan Pandora hanya ikut saja. Suasana hatinya sedang sedih, jadi dia meng-iyakan semua yang Langit suruh.
“Bakso aja,” kata Pandora. Sebenarnya hari ini dia tidak bawa bekal karena dia tidak ingin bertemu dengan kak Farah. Untung dia bawa dompet dan ada uang. Besok-besok dia akan masak sendiri pagi-pagi.