A Little Color of You

SeoAnna
Chapter #12

Chapter 11 • Taruhan, Yuk?

"Gue mau ajak adik lo taruhan," kata Langit pada Finn. Ini beberapa menit sebelum Finn pulang, dan beberapa menit setelah Finn menceritakan sebuah rahasia pada Langit.

Finn tengah memakai baju kaos berwarna putih dan celana pendek hitam milik Langit. Dia dan Langit duduk di balkon depan kamar Langit. Matahari berada di ufuk barat, dan pas sekali balkon kamar tersebut mengarah ke arah matahari sekarang.

Finn nyegir. "Taruhan apa? Dia selalu menang kalau taruhan."

Langit mengangkat bahunya. "Gue mau ajak dia taruhan pokoknya."

"Apa hadiahnya?"

"Kalau dia menang, dia boleh minta apa aja sama gue, bahkan lebih dari tiga permintaan pun nggak apa-apa," jawab Langit. "Tapi kalau gue menang. Gue boleh dapet tiga kesempatan buat nembak dia. Kalau dia nolak buat yang ketiga kalinya, gue nggak bakalan ganggu dia lagi."

Itu hal yang sangat berani kalau menurut Finn. Tidak ada yang pernah membuat taruhan seperti itu. Biasanya langsung main jadi pacar aja, dan ujungnya pun Pandora yang menang. Finn jadi heran apa jadinya nanti di akhir. Kalau Langit yang menang, berarti Pandora sedang memberi kesempatan kecil pada Langit. Ya, anggap saja begitu.

"Kalau gue jadi lo, gue akan nembak dia langsung," kata Finn memancing Langit. Apa dugaannya kalau Langit ini gentleman benar? Atau salah?

"Tapi karena gue laki-laki yang juga nggak mau kehilangan harga diri karena perempuan, gue bakal kasih kesempatan ke dia juga," kata Langit tenang. "Bagi gue, kesempatan itu jauh lebih berharga daripada gue langsung nembak tapi ujungnya ditolak, dan gue nggak bisa deketin dia lagi."

Finn tersenyum miring. "Lo yakin bisa menang dari Pandora? Dia bisa menang bahkan kalau dia udah terpojok."

"Gue yakin," jawan Langit dengan tegas. "Kalau gue nggak yakin, setelah denger cerita lo pasti gue langsung mundur, Bang. Dan gue nggak suka menyia-nyiakan kesempatan."

"Dari kapan lo suka sama dia aja lo nggak tahu. Ragu, nih, gue," kata Finn.

Langit tertawa kecil. "Nggak tahu, Bang. Gue baru kenal sama dia, tapi gue tiba-tiba aja suka. Kalau gue pikir-pikir lagi, mungkin awal gue suka sama dia itu waktu kita bercanda, pulang sekolah. Yang sehari setelah lo berantem sama dia. Adik lo cantik pas lagi ketawa, Bang."

"Kepincut sama tampang doang ternyata dia ..." pancing Finn lagi-lagi.

"Semabarangan lo! Gue suka semua yang ada sama dia, kok ..." Setelah itu Langit langsung merasa malu. Sial, dia baru sadar kalau dia terpnacing oleh godaan Finn. Langit membuang muka dan memijat hidungnya, tak menghiraukan Finn yang tertawa terbahak-bahak.

"Lo ini emang gampang gue godain ternyata," kata Finn di sela tawanya. "Pandora mana mau sama cowok yang gampang banget kayak begini."

"Kalau dia mau?!" kata Langit.

"Gue kasih lo hadiah double," kata Finn.

"Ah, masa gue taruhan sama dua orang kakak-adik, sih? Serem amat hidup gue, Bang," kata Langit.

"Hahahaha, yaudah, nggak perlu," kata Finn. "Gue masih nungguin lo jadian sama Pandora. Kalau ditolak, kiss bye aja buat jadi ipar gue, ya!"

Langit hanya mendengus mendengar Finn tertawa lagi. Yang satu ini sepertinya perlu dia bungkus dan lempar jauh-jauh ke laut.

-oOo-

"Jadi Kak Finn punya keluarga, ya, Nda?" tanya Pandora lagi. Dia memandangi air hangat yang ada di tangannya.

Laila duduk di tepi kasur Pandora, memandang Pandora dengan pandangan lelah. "Iya, Ra. Mamanya Bang Finn dari dulu selalu cari dia, dan baru ketemu dua tahun lalu. Om Geri yang selalu kirim dia surat waktu ulang tahun, karena dia curiga Finn ini anaknya atau bukan. Dan setelah Bunda cari asal usulnya Finn, Om Geri memang papanya Bang Finn, Ra."

"Terus kenapa nggak dari dulu aja Kakak pergi sama Om Geri?"

"Dia masih nggak terima. Di satu sisi dia nggak mau nyakitin kamu, dan dia juga nggak bisa lepas dari panti. Dia udah anggap kita sebagai keluarganya dan nggak mau pulang. Dan baru sekarang Om Geri muncul lagi," jelas Laila. "Dan kemarin kebetulan kamu dengar percakapan kita. Dari sana Bunda tahu kamu pasti bakalan marah banget sama Bang Finn. Tapi dia juga nggak salah, Ra."

Pandora tahu Finn tidak salah dan dia terlalu egois dengan marah padanya. Pandora hanya tidak suka dengan segala sesuatu yang disembunyikan hanya karena alasan tidak maumembuatnya sakit hati. Menurut Pandora, hal tersebut malah mmebuatnya semakin sakit hati. Pandora tidak suka rahasia kecuali privasi hidup seseorang.

Namun semuanya sudah terlanjur berjalan dan Pandora sudah lebih dulu kecewa berat pada Finn. Tidak ada jalan lain selain menunggunya memaafkan Finn. Dan mungkin Pandora akan berat menerima kenyataan.

"Kalau Kak Finn pergi, pasti dia nggak mau jenguk Pandora lagi kalau Pandora sakit," kata Pandora. "Kalau Kak Finn pergi, pasti dia langsung lupa sama Pandora. Dan kalau dia sakit atau dibully lagi, pasti Pandora nggak bisa bantuin dia."

Laila tersenyum. "Abang pasti bakalan berkunjung kesini, Ra. Dia nggak akan pernah lupa sama kamu atau sama anak-anak lain disini. Dia pasti selalu kesini."

"Tapi kita nggak bakal jadi dekat lagi, kan, Nda?" tanya Pandora. "Kakak udah punya keluarga sendiri, punya adik perempuan kandung juga. Pasti Kak Finn selalu memprioritaskan adiknya itu, kayak aku dulu. Padahal aku bayangin kalau kita berdua jadi kakak adik beneran, terus jadi penyumbang di panti. Pasti keren."

Laila mendengarkan Pandora dengan senyum sedihnya. Dia tahu Pandora pasti cepat atau lambat akan tahu. Dan tidak ada rahasia yang bisa terus dirahasiakan. "Kamu masih marah sama Abang?"

"Eum ... Kalau marah, aku emang marah banget, Nda. Aku belum bisa buat ngomong lagi sama Kak Finn, pasti nanti malah jadi makin nggak rela buat ngelepas Kak Finn, Nda," kata Pandora. "Sebenernya Pandora kecewa, karena setelah Kak Aska, sekarang Kak Finn pun juga mau ninggalin Pandora. Pandora jadi nggak punya temen lagi kalau di rumah, hehehe."

Lagi-lagi Laila hanya bisa menatap sedih. Dia tahu kedekatan mereka berdua yang sudah seperti kakak dan adik sungguhan. Belum lagi trauma yang dimiliki oleh Pandora beberapa tahun yang lalu. Kini Pandora harus berpisah. Lagi.

-oOo-

"Langit, ini mau kemana?" tanya Pandora. Hari Jumat ini dia tidak sekolah karena masih lemas. Tapi sore ini sudah sembuh total meski masih agak sakit.

Masih dengan pakaian sekolahnya, Langit datang ke rumah panti tempat Pandora tinggal. Dia ganti baju disana dan mengajak Pandora untuk pergi jalan-jalan. Awalnya Laila bingung, tapi dia langsung menyetujui ketika mengetahui kalau Langit bisa membantu Pandora.

Lihat selengkapnya