"PAJAK JADIANNYA MANA, KAK?!" heboh Hilary ketika Pandora sampai di rumah.
Ketika Pandora pulang, semua adik-adiknya sedang menunggu di depan jendela yang berhadapan langsung dengan gerbang rumah. Lalu mereka melihat Pandora dan Langit yang berada di luar gerbang. Mereka ngobrol sebentar, dan Pandora tersenyum, bahkan tertawa. Dan yang membuat heboh satu rumah, tadi Langit menepuk kepala Pandora, iseng.
"H—hah?" tanya Pandora bingung. "Pajak jadian?"
"Kakak kenapa nggak cerita punya pacar ganteng banget kayak begitu?" tanya Bobi, cepat. "Ih, aku iri sama mukanya dia! Aku mau jadi kayak dia, Kak!"
"Kak! Cowoknya dapet darimana, Kak? Aku mau cari yang sejenis!" seru Kayla ikut menambahkan.
"Guys!" panggil Victor yang tiba-tiba turun dari tangga dengan cara meluncur lewat pagar di tangga tersebut. Dia baru saja dari kamar Georgio. "Aku baru dapat info dari Kak Georgie tersayang!"
"Apa? Apa?" tanya Hilary bersemangat.
"COWOK YANG TADI JALAN SAMA KAK PANDORA ITU EZRAEL LANGIT DESTARA!!! SI DANCER PLUS FOTOGRAFER TERKENAL ITU!!!" sambung Victor dengan wajah berseri-seri. Dia melompat-lompat di lantai, membuat suara BUM! berkali-kali. Pandora heran apakah tidak ada yang mengawasi anak-anak ini, atau apa tidak ada yang terganggu karena mereka?
"KYAAA!!!" pekik Hilary. "KAK EZRAEL?!! IDOLAKU!!!"
"OMG, KAK EZRA!!" pekik Kayla dan Bobi. "KEREN!!!"
"Ganteng plus cool!" kata Victor.
"Berbakat keren!!! Putih, imut, pokoknya the best, lah," kata Kayla.
"Pinter banget! Ditambah dia dari keluarga terpandang!" sambung Talita yang baru datang dari arah dapur dengan cepat. Talita salah satu anak rumahan yang suka bersih-bersih, jadi kalau kerjaannya tidak di dapur, pasti di gudang. "POKOKNYA IDAMAN!"
"KYAAAA!!! KAKAK BERUNTUNG!!!" pekik Hilary, Kayla, Talita, Victor, dan Bobi bersamaan dengan bersemangat. Pekikan itu membuat Pandora harus konsentrasi dan berusaha menghilangkan bunyi-bunyi yang tidak penting agar telinganya tidak sakit lagi. Anak-anak di depannya terlalu bersemangat ketika melihat Langit datang, jadi Pandora beranggapan untuk tidak membawa cowok itu lagi ke panti.
Pletak! Pletak! Pletak! Pletak! Pletak!!!
"Nah, adik-adikku, Sayang. Coba kalian lihat sudah jam berapa sekarang ini?" Farah tersenyum mengerikan sambil mengusap-usap kedua telapak tangannya. "Oh iya, karena sudah jam setengah sembilan malam, kayaknya besok kakak nggak bisa buat kue mentega, deh. Soalnya kakak capek banget."
"HUWA!!! KAK FARAH JAHAT!" pekik Hilary, Kayla, dan Victor bersamaan, suaranya keras hingga membuat Pandora sempat hilang konsentrasi.
"Mau kakak pukul satu-satu lagi kepalanya?" tanya Farah tegas. Semua anak SMP yang ada disana pun langsung menggeleng dan memegang kepala yang mereka yang kena pukul. "Oke, bagus. Sekarang tidur! Kalau masih ada yang berisik lagi dan besok-besok bolos kumpul bersama, kakak nggak akan mau buat kue lagi."
"AMPUN, KAK!" kata semua anak SMP itu. Lalu mereka langsung lari terbirit-birit menuju kamar masing-masing. Victor sempat tersandung, namun tidak peduli dan langsung lari lagi sebelum Farah mulai marah.
Kemudian Farah menatap Pandora yang baru saja tersadar dari apa yang telah terjadi.
"Jadi benar kalau Ezrael itu pacar kamu, Ra?" tanya Farah.
"Bukan, Kak," jawab Pandora canggung. Sejujurnya dia juga tidak bisa berhadapan dengan Farah semenjak dia marah-marah. Pandora hanya merapikan sepatunya di rak sepatu, tanpa menoleh pada Farah, dan hanya tersenyum tipis. "Langit bukan pacar aku."
"Terus kamu ada hubungan apa sama dia?"
"Teman," kata Pandora. "Memangnya kenapa, Kak?"
Farah menghela nafas. "Nggak apa-apa, Ra. Kakak pikir kamu memang pacaran sama dia. Kakak cuma takut kamu kenapa-kenapa, karena dia sedikit berandal. Cuma itu aja."
"Langit baik, kok, Kak. Kalau dia jahat, Ara bisa lebih jahat dari dia," kata Pandora sambil tersenyum. "Aku mau istirahat dulu, ya, Kak?"
"Iya," kata Farah. Dia menatap kepergian Pandora dengan pandangan yang sulit diartikan.
Farah sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Dia tahu ada yang baru saja terjadi antara Langit dengan Pandora. Yang harus Farah syukuri adalah hal yang terjadi itu tidak buruk seperti kejadian Pandora dan Finn. Langit berhasil membawa perubahan emosi yang Pandora rasakan akhir-akhir ini.
Yang harus dicemaskan oleh Farah adalah, Finn sedang tidak berada di rumah dan pergi entah kemana. Sebab itu, kedua Bunda tidak ada di rumah juga dan pergi mencarinya.
"Aman, Kak?" Tiba-tiba Georgio muncul di tangga, dengan jaket dan topi di kepalanya.
"Kamu yakin mau pergi?" tanya Farah. "Apa kamu yakin semuanya ada di cowok itu? Apa kamu yakin kalau aman untuk kasih tahu dia?"
"Aku yakin, Kak. Tapi Kakak nggak perlu kasih tahu Bunda," kata Georgio. "aku janji pulang kalau Finn udah ketemu, Kak."
-oOo-
Langit menatap vas bunga di meja rumahnya. Dia menaruh kedua tangannya di atas meja dan meletakkan dagunya di kedua tangan tersebut. Langit melamun.
"Lo ngapain?" Tiba-tiba Sadewa datang dan melihat adiknya yang baru pulang seperti seorang sadboy. Sadewa menghampiri Langit dan memperhatikan wajahnya. "Woi, Lang."
Langit tak kunjung menyahut dan malah memonyongkan bibirnya hingga terlihat seperti mulut ikan. Sadewa mengerutkan dahinya kebingungan. Biasanya Langit akan bersikap cool dan selalu dingin, bahkan terhadap pembantu di rumah dan kedua orangtuanya. Tapi sekarang kelihatan seperti orang yang sedang galau karena diputusi oleh pacar.
"Langit! Gue mau nanya sesuatu sama lo, nih," kata Sadewa sambil mencolek bahu Langit. Namun seperti panggilan sebelumnya, Langit tidak mau menyahut. Sadewa berdecak sebal karena dia merasa terkacangi. Akhirnya Sadewa berteriak di depan telinga Langit. "Langittt!!!!"