A Little Hope

Triyanti Fitri
Chapter #7

7 | Firza

Zibran menambah kecepatan laju motornya. Di balik kaca helm yang dikenakan ia tersenyum simpul, setelah perbincangan panjang berbalut pilu dan isak tangis bersama Denia. Akhirnya izin untuk lebih dekat dengan Kaffa diperolehnya. 

Denia memberikan kesempatan padanya untuk bersama Kaffa, meski ada berbagai aturan yang harus ia patuhi. Zibran tidak menolak apa pun syarat dari Denia, karena ia juga tidak ingin Kaffa terluka bila cerita masa lalu mereka diketahui oleh Kaffa.

***

"Pak Zibran ke mana, ya?" Kaffa kembali bertanya. Mempertanyakan—pertanyaan—yang hampir seluruh anggota telah menanyakannya. 

Latihan sudah berjalan satu jam, tetapi pelatih mereka belum juga menampakkan diri dan melalaikan tugas begitu saja. Kaffa cukup cemas akan ketidadan pria tersebut, apalagi tadi Zibran datang ke kelasnya seperti orang linglung.

"Sudah, gak usah dipikirin. Lanjut aja!" seru Firza. Sebagai kapten tim basket ia bertugas mengontrol jalannya latihan tanpa Zibran. Ia tidak terlalu peduli akan ketidakhadiran pelatihnya, selama semua masih dapat ia kontrol maka ia tidak ambil pusing.

Kaffa mengangguk mengiyakan ucapan Firza yang menepuk pundaknya hingga mengembalikan fokusnya. Dengan lihai ia pun merebut bola basket dari Eril dan melemparkannya ke ring.

"Wah hebat!" seru seorang yang berjalan menghampiri para anggota tim basket dengan tangan yang penuh oleh barang bawaannya. 

Seruan tersebut sontak mengambil alih perhatian para pemuda tersebut, hingga permainan pun terhenti. Kaffa tersenyum melihat sosok yang berjalan dengan penuh semangat menghampiri mereka. 

"Dari mana aja sih, Pak?" tanya Firza dengan nada seperti biasa, ketus dan dingin.

"Ah, maaf. Bapak tadi ada urusan di luar," jelas Zibran yang hanya ditanggapi santai oleh Firza. 

"Oh, iya, Bapak bawa ini." Zibran dengan semangat memamerkan barang yang ia beli tadi dan membagikannya pada seluruh pemuda di sana. "Untukmu," ucapnya pada memberikan Milk Shake Vanilla khusus pada Kaffa.

"Makasih, Pak." Kaffa yang menerima dengan semangat pemberian dari Zibran. 

"Kok, Bapak tahu kesukaan kami semua?" tanya Eril bingung dengan apa yang dibawa Zibran.

"Ah, Pak Bayu sempat cerita sama Bapak," ujar Zibran dengan kebohongannya membawa nama sang sahabat. Tentu tidak mungkin ia akan menjawab bila selama ini ia mengawasi mereka, hingga Zibran hapal segala tentang kebiasaan mereka.

"Kalian istirahat saja, lalu pulang setelahnya. Maaf tidak melatih kalian hari ini."

"Tidak apa-apa, Pak. Latihannya jalan kok, dikontrol sama Kak Firza," ucap Kaffa menatap sambil menatap Firza yang berada di sampingnya.

"Wah, hebat sekali. Benar-benar, kapten tim yang baik." Zibran memuji dengan penuh semangat sambil mengusak puncak kepala Firza.

"Apaan sih, Pak, lebay!" Firza yang bejalan keluar dari gedung olahraga setelah menepis tangan Zibran "Aku duluan!" serunya setelah mengambil tasnya dan menaruh minuman dari Zibran.

Lihat selengkapnya