Sore hari di sebuah wedding venue, daerah Pecatu, Bali, tahun 2009. Ballroom hotel hampir penuh oleh tamu-tamu berpakaian resmi. Dari kebaya berpayet, gaun-gaun indah, hingga jas-jas formal. Warna-warninya memenuhi ball room dan bagian samping tempat resepsi yang langsung menghadap pemandangan pantai itu. Pantai diterangi cahaya lembut jingga matahari. Begitu terang dan cerah, bahkan langit nyaris tanpa awan yang menghalangi mereka bersuka ria.
Obor-obor mulai dinyalakan. Koki-koki bersiap di tempat buffet, membakar daging, memotong kue-kue. Segala hidangan ala Barat dan Indonesia disajikan di tempat itu. Lengkap dengan berbagai macam soft drink dan dessert yang menggugah selera.
Di atas panggung, MC telah membuka acara. Tari Puspanjali, tari penyambutan, yang dibawakan oleh lima orang gadis cantik di atas panggung membuka seluruh rangkaian resepsi. Selanjutnya, terdengar lagu-lagu romantis yang dibawakan oleh sang MC dan seorang penyanyi perempuan dari band pengiring.
“Tak kusesali cintaku untukmu,
meskipun dirimu tak nyata untukku
sejak pertama kau mengisi hari-hariku
aku telah meragu mengapa harus dirimu
sungguh ’ku tak menahan, bila jalan suratan
menuliskan dirimu memang bukan untukku selamanya ....”