Arena Latihan
Author’s POV
Merlin membawa Andreea terbang lebih tinggi dari biasanya. Saat sudah menembus beberapa lapis awan, Andreea bisa melihat terdapat arena-arena berbentuk lingkaran yang sangat banyak diatas Desa Siluman Rubah. Dan di masing-masing arena terdapat rubah yang melakukan sparing satu dengan yang lainnya.
Merlin membawanya ke salah satu arena dan Andreea dapat melihat Dior disana. Itu membuat jantungnya berdegup kencang sekali. Dia teringat semalam kalau Kakek Dior bilang dia akan mengajarinya habis-habisan.
Mengajar itu berbeda dengan menghajar kan? Tanya Andreea takut-takut pada dirinya sendiri.
Setelah sampai ke arena, Dior sudah menunggu dengan duduk dan melipat kakinya seperti sedang bermeditasi dan menyatukan kedua telapak tanganya dan menempatkannya ditengah-tengah dadanya.
“Yo! Dior! Aku sudah me-“
“Pergilah! Tinggalkan kami sendiri.” Perintahnya pada Merlin dengan tetap pada posisinya.
“Hei! Setidaknya beri aku bayaran, dasar kakek tua!” Ejek Merlin terbang meninggalkan mereka.
Satu jam kemudian..
Andreea sudah tidak kuat lagi. Badannya benar-benar sangat berat. Jadi dia membiarkan tubuhnya jatuh begitu saja. Dia sudah menunggu satu jam dan Kakek Dior hanya diam begitu saja. Dia tidak mau mengganggu jadi dia hanya menunggu. Siapa sangka Kakek Dior begitu terus.
“Dasar lemah! Hanya berdiri saja kau tidak mampu!?” Cibirnya pada Andreea membuka matanya dan bangun dari posisinya.
“Bangun bocah! Hindari seranganku!” Ucapnya tiba-tiba menyerang Andreea.
“Ap- Aghhhhhhhh!!” Teriaknya kesakitan karena tinju Dior tepat mengenai lutut kanannya.
“Dasar! Kubilang bangun!” Teriak Dior kali ini Mengangkat kaki kanannya membelah udara dan mengenai sisi tengah tubuh Andreea.
KRAKK
Kulit pohon didepan tubuh Andreea hancur membuat darah keluar dari mulut dan perutnya. Dia berteriak kesakitan berusaha menahan sakit di bagian perutnya. Rasanya seperti perutnya juga ikut hancur.
“Kulit pohon ini memang sangat keras! Biasanya orang akan terbelah dua apabila sudah kuserang seperti itu.” Terangnya mempertegas pada Andreea bahwa ia tidak sedang bermain-main. Dia mengambil posisi untuk menyerang Andreea lagi. Kali ini dia mengambil posisi dengan tinju di tangan kirinya.
“Tunggu Kakek Di-“
GRATAAAKKK
“AAARRGGGGHH!!”
Terdengar suara tulang yang retak. Andreea berusaha menahan pukulan Dior dengan kedua tangannya. Meski sudah menjadikan tangan kiri sebagai tameng terdepan, tetap saja kulit pohon ditangan kirinya hancur dan tulangnya retak.
“Tidak ada tunggu-tunggu! Sekarang bangun!” perintahnya lagi kali ini dengan mengarahkan tinju kanannya.
Sebelum menyentuhnya, Andreea menggulikan badannya untuk mengelak dari tinju Dior. Alhasil Arena tersebut yang kena dan menyebabkan arena tersebut terbelah menjadi dua. Dan dikasus Andreea, dia tidak dapat menghentikan gelindingan tubuhnya sendiri membuatnya jatuh dari arena.
“Kyaaaaa!!!!!!”