Kediaman Merlin
Author’s POV
“Merlin!”
GEBRAK
Andreea masuk sembarangan ke dalam rumah Merlin. Setelah ayahnya tertidur, dia langsung melesat ke tempat Merlin setelah bertanya dimana lokasinya kepada para penjaga. Siapa sangka Merlin tinggal di Goa yang letaknya diluar desa. Andreea bahkan lebih terkejut lagi dengan isi rumah itu. Seperti sedang berada di istana saja.
“Merlin? Merlin?” Panggil Andreea karena tidak ada jawaban.
Andreea masuk kedalam koridor yang pendek dan matanya melihat ada tiga ruangan dan di tengah-tengah ada perapian dan perapian tersebut dikelilingi oleh sofa yang kelihatannya empuk dan nyaman. Andreeapun mencoba membuka pintu satu persatu. Dimulai dari pintu paling kanan.
CEKLEK
“Kalau kau mau kau bisa tidur di situ.”
Terdengar suara yang tidak asing lagi di telinga Andreea.
“Merlin! Dari mana saja kau?” Tanyanya penasaran. Tapi rasa penasarannya teralihkan oleh otot perut Merlin yang terlihat. Ya merlin sedang tidak memakai atasan. Dia hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya dan handuk yang menutupi kepalanya.
“Indah bukan?” Goda Merlin pada Andreea karena sadar Andreea memperhatikan tubuhnya lekat-lekat.
Mendengar hal itu Andreea memalingkan wajahnya dan kedua pipinya merona merah. Dia sendiri sudah sering melihat otot perut laki-laki. Dibanding Merlin yang hanya punya empat otot perut, Marquos punya delapan. Tapi dia tidak pernah merasa seperti ini saat melihat Marquos.
Hisss.. Apa yang kupikirkan? Ingat apa tujuanmu Andreea.
“Dengar, Merlin ada yang ingin kubicarakan.” Ucapnya menyadarkan dirinya.
“Baiklah tuan putri. Silahkan duduk.” Merlin mempersilahkan Andreea duduk di sofa yang mengelilingi perapian dirumahnya.
“Um, itu..”
“Iya, tuan putri?” Tanya Merlin melihat Andreea gelagapan.
“Bu- Bukannya kau harus pakai dulu bajumu?” Jawab Andreea sambil duduk dan tetap memalingkan wajahnya.
“Hmph.. Baiklah. Sepertinya tuan putri tidak nyaman apabila saya seperti ini.” Balasnya dengan nada menggoda.
Andreea hanya bisa terdiam mendengar balasan Merlin. Ukh kenapa aku begini sih? Pikirnya dan wajahnya tetap memerah.
Tak lama kemudian Merlin keluar dari ruangan lainnya dan sudah berpakaian lengkap. Kemudian dia pergi ke dapur dan menyiapkan teh untuk Andreea serta beberapa roti.
“Tidak perlu repot-repot.” Andreea berniat memberitahukan niatnya sesegera mungkin.
“Makanlah dulu.” Suruh Merlin meletakan roti dan minuman tadi di depan Andreea sambil dia duduk di sofa disamping Andreea duduk.
“Tidak. Aku tidak lapar. Merlin ada sesuatu-“
“Aku tidak akan mendengar kalau kau tidak makan, tuan putri.”
Ukh! Tuan putri tuan putri.. Apa maksudnya itu? Apa dia sedang mengejekku? Andreea membatin tidak suka.
Tanpa ambil pusing, Andreea menghabiskan semua roti dan minuman yang disajikan oleh Merlin. Dia harus secepatnya mengutarakan niatnya kepada Merlin.
“Whoa.. Pelan-pelan tuan putri.. Kau akan tersedak kalau begitu.” Ujar Merlin kaget dengan cara makan Andreea.
Dan benar saja Andreea tersedak membuatnya bersusah payah menelan semua roti yang dia masukkan sekaligus kedalam mulutnya. Setelah semua tertelan, dia mengambil minuman yang tersisa dan menghabiskannya.
“Merlin ada yang ingin kubicarakan.” Andreea seperti benar-benar ingin membicarakan hal yang sangat penting membuat Merlin akhirnya menghentikan candaannya.
“Katakan..”
“Tolong cari tau informasi tentang ibuku seperti kau mencari informasi tentang ayahku..” pintanya menyatukan kedua tangannya memohon pada Merlin.
Melihat Andreea yang memohon begitu membuat Merlin tersenyum miring.
“Berapa Lei yang mampu kau tawarkan?” Tanyanya menaikkan sebelah alisnya.
“Hah? Le- Lei?”
“Yang Mulia menawarkan 1000 Lei padaku untuk mencari informasi mengenai ayahmu.” Jelasnya membuat Andreea membelalakkan matanya.
“Se.. ri.. bu?” Ulang Andreea memastikan kalau dia tidak salah dengar.
“Iya tuan putri. Se.ri.bu.” Merlin menekankan setiap suku kata agar Andreea dapat mendengar lebih jelas lagi.
“Tapi se-Lei pun aku tidak punya.” Guman Andreea dengan wajah yang masih sangat syok.
“Kalau begitu aku tidak dapat membantumu. Mencari informasi ayahmu saja butuh waktu lima bulan. Menurutmu bagaimana aku mencarinya apabila tidak membawa uang?” Jelasnya membuat Andreea tertunduk.
“Tapi aku punya cara yang kemungkinan besar membantumu.” Lanjutnya membuat Andreea menangkat kepalanya.