Andreea's POV
Setelah selesai berbincang, akhirnya aku pamit kepada Barack. Dia menunjukkan wajah menangisnya yang terkesan lebay.
"Andreea hik.. hik.. sering-seringlah berkunjung.." Rengeknya lebay.
Aku melambaikan tanganku saat sudah hampir keluar sepenuhnya.
Saat aku membuka mata, aku dalam posisi tidur, padahal tadi aku dalam posisi duduk.
"An.. dree.. a.."
"KyuBi!?"
Aku berlari kearahnya karena aku melihat KyuBi tergeletak dilantai. "Apa yang terjadi?"
"Po.. hon.."
Aku melihat kearah yang ditunjuk KyuBi, jantung pohon keramat! Cahayanya melemah!
Dengan hati-hati aku meletakkan kepala KyuBi dan berlari sesegera mungkin ke jantung pohon. Barack bilang ini adalah serpihan kekuatannya yang terbesar. Berarti..
WUNG WUNG
"Berhasil! Ha ha.."
Debarnya kembali seperti semula begitu pula cahayanya. Bisa dibilang aku menggunakan kekuatanku untuk menstabilkan jantung pohon. Aku juga tidak menyangka akan berjalan sesuai bayanganku. Aku hanya menyentuh jantung pohon, menutup kedua mataku, dan membayangkan kalau pohonnya pasti sembuh.
Lalu aku berlari lagi ke arah KyuBi.
WUNG WUNG
Aku berusaha menyembuhkan KyuBi. Sepertinya dia sudah tidak apa-apa karena rintihannya sudah hilang meski dia belum sadar. Akhirnya aku mencoba membawanya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana cara membawanya???"
Ruang Peristirahatan KyuBi
Fiuhh akhirnya. Aku meminta bantuan para penjaga untuk mengangkat KyuBi. Dari yang mereka beritahu, tiba-tiba saja ada gelombang merah darah yang keluar dari pusat desa yang menyebabkan gempa dan beberapa rumah rusak. Sepertinya itu terjadi saat amarah menguasaiku di dalam tadi.
Saat keluar dari pohon, Kak Wan dan Kakek Dior sudah menunggu. Wajah yang Satu khawatir, dan sepertinya kalian tau wajah siapa yang ujung alisnya membentuk sudut 90°.
Ya Kakek Dior. Dia sangat marah karena salah satu rumah yang rusak adalah rumahnya. Jadi aku disuruh memperbaiki rumahnya dan rumah-rumah yang rusak.
Rumah Andreea
Huft.. Untung rumahku agak jauh dari pusat desa jadi tidak rusak. Tapi yah, kalau rusak pun aku masih bisa perbaiki. Saat berkunjung ke tempat ayah, dia masih tidur. Jadi tidak enak kalau harus membangunkannya.
Bagaimana perasaan ayah kalau tau ibu di- Ugh! Pasti ayah sangat marah. Aku.. belum siap bilang pada ayah.
Tok Tok Tok...
Ada yang datang, "Siapa?"
"Merlin."
Merlin? Ngapain dia malam-malam ke sini?
Aku keluar kamar dan membuka pintu.
"Kudengar kau sudah mendapat bakatmu?"
He? Apa dia tau dari Kak Wan?
"Iya. Sudah." Balasku singkat.
"Apa kau akan membiarkan tamumu berdiri diluar, tuan putri?" Tanyanya dengan nada mengejek.
"Masuklah."
CEKLEK
Hah? Suara pintu dikunci.
"Kenapa kau mengunci pintu, Merlin?" Tanyaku khawatir.
"Apa bakatmu?" Jawabnya berjalan mendekat kearahku.
"A-aku belum tau." Balasku gagap sambil berjalan mundur.