A MEA

HNS
Chapter #16

Black Spirit (2) #16

Andreea’s POV

“Sialan!” Umpatku sambil berlari menghindari mereka. Aku tidak tau bagaimana cara menghadapi mereka. Aku sama sekali tidak punya persiapan. Aku harus apa!?

Dasar kalian(Merlin dan Dior) bodoh!!

Saat aku terus berlari kakiku tersandung akar pohon.

Kukira tersandung saat dikejar hanya terjadi di novel-novel.

Dan saat aku berbalik ke belakang, kulihat mereka semakin mendekat. Bahkan roh yang melayang sudah berada di depanku! Dan dia seperti membawa-bawa sesuatu di sebelah kirinya, dia seperti memegang sesuatu.

Gasp! Tengkorak manusia! Tidak ada daging yang tersisa, bersih, hanya tinggal tulang.

Mengerikan! Apa dia yang melakukan itu? Hawanya sangat mencekam. Semakin dia mendekat aku semakin kesulitan untuk bernapas.

KRAK KRAK

Di-dia.. mulutnya..

Roh itu mulutnya terbuka sangat lebar sampai ke perutnya seperti siap menelanku bulat-bulat. Apa yang harus kulakukan? Ugh! Aku dapat merasakan dia seperti ada yang menarikku mendekat kemulut besarnya itu.

TOLONG!!

SING

Hangat.

Singkat tapi aku dapat merasakan punggung ku hangat. Sepertinya Luna Alaka'i bereaksi.

Saat badanku tertarik kearah makhluk itu yang mengubah posisiku yang tadinya duduk menjadi berdiri paksa, dan jarakku dengan makhluk itu hanya lima puluh centimeter,

WUSH

Kiiiiikkk!!!!

“Hosh hosh, apa- Huh!!” Saat aku membuka mata mau melihat apa yang terjadi, roh hitam itu tertusuk oleh pedang menembus mulutnya. Dan pedang itu berasal dari,

Tanganku!? Batinku tak percaya.

Ada sebuah pedang transparan berwarna violet yang muncul dari tangan kananku menusuk roh hitam itu menembus rusuk kirinya diagonal sampai ujung pedang itu keluar dari mulutnya. Kemudian roh itu terbakar dan menjadi debu.

Apa dia mati? Lalu pedang ini dari mana munculnya? Saat sedang berpikir aku dapat melihat roh-roh lainnya berdatangan., tetapi mereka berhenti. Jarak mereka kira-kira delapan meter dariku. Mereka hanya melihatku dan diam ditempat mereka.

“Apa? Kemari kalian! Akan kubakar kalian dengan pedang ini!” Teriakku menantang mereka.

“Luna Alaka’i Luna Alaka’i Luna Alaka’i Luna Alaka’i Luna Alaka’i!!!!” Teriak mereka membuat hutan itu berisik sekali sambil pergi menjauh.

"He? Mereka pergi? Kenapa?" Tanyaku kebingungan. Ahhhh apapun itu yang penting mereka sudah pergi. Sepertinya mereka juga tau tentang Luna Alaka’i.

Tapi sebelum itu, “MERLIN! DIOR! Bagaimana cara keluar dari sini!?” Teriakku mencoba memanggil mereka.

Tapi tidak ada siapa-siapa di tempat ini. Aku benar-benar kesal!

Saat aku sedang berjalan-jalan, rasanya ditempatku saat ini ada sedikit cahaya matahari yang masuk. Ah! Didepan sana juga cahaya mataharinya banyak.

Aku berlari ke tempat yang cahaya mataharinya masuk. Terus dan terus dan aku dapat melihat tidak ada pohon lagi dan ternyata aku sudah berada diluar Hutan Hitam. Aku dapat melihat memang Hutan Hitam sebenarnya disinari oleh matahari juga. Tapi sewaktu didalam, kita tidak mendapat sinar matahari. Sepertinya memang ada kekuatan hitam yang membaluri tempat itu.

“Tuan putri..”

BUAK

“Dimana Dior!? Dia juga harus merasakan pukulanku.” Tanyaku bengis sehabis meninju Merlin yang tiba-tiba muncul dari belakangku.

Desa Siluman Rubah

Sesampainya di desa, hal pertama yang aku lakukan adalah menyerang Dior dan baguslah aku mengenainya. Setelah itu Kak Wan dan teman rubah lainnya memelukku dan mengatakan kalau mereka sangat khawatir karena sudah seminggu aku di Hutan Hitam.

“Seminggu!? Aku hanya satu malam disana.” Balasku tak menyangka apa yang dikatakan oleh Kak Wan.

“Ya sehari di hutan hitam sama dengan seminggu di dunia luar. Waktu disana berjalan seminggu lebih cepat, Ree.” Terang Kak Wan padaku.

“Karena itulah sangat berbahaya masuk kesana. Kau mungkin merasa hanya satu bulan didalam sana padahal saat kau keluar kau sudah tujuh bulan berada ditempat itu. Kalau sudah masuk tempat itu kau tidak akan bisa keluar ataupun dikeluarkan.” Tambah Mergo tetap dengan mukanya yang khawatir.

“Lantas, kenapa aku bisa keluar?” Tanyaku bingung dengan pejelasan Mergo.

“Mungkin karena kau special, Ree.” Pujinya yang membuatku geli. Spesial apanya? Kalau dibilang karena ada Luna Alaka'i dalam tubuhku, itu masih masuk akal.

“A.. pa.. ka..u ber.. temu me.. rek..a?” Rintih Dior menahan sakit diperutnya. Soalnya tadi aku tidak menahan diri saat meninju perutnya. Tidak seperti biasanya aku meluapkan kekesalanku pada pukulan itu.

“Ya.. aku bertemu mereka dan menggunakan.. sepertinya aku menggunakan bakatku untuk pertama kalinya.” Balasku mengingat kembali kejadian saat roh itu terbakar karena tertusuk pedang transparan berwarna violet yang tiba-tiba muncul.

“Oh ya? Lalu apa yang terjadi? Dan apa bakatmu?” Tanya Bia antusias.

“Roh itu terbakar habis menjadi abu. Dan bakatku sepertinya..”

Aku dapat merasakan padangan penasaran mereka. Bahkan, sepertinya rasa sakit Dior kalah dari rasa penasarannya.

“Bakat Pedang.” Jawabku percaya diri.

“Pfftttt”

“Hahahahahaha..”

Aku dapat melihat Kak Wan dan teman rubah lainnya menahan tawa dan Merlin serta Kakek Dior tertawa lepas. Uhhhh.. Aku tidak suka ini. Kenapa mereka begini?

Lihat selengkapnya