Andreea's POV
Bagaimana cara supaya aku bisa menyelamatkan Atara?
Kalau dilihat dari ekspresi Sato dan istrinya, mereka tidak mungkin mau terlibat akan hal kriminal seperti ini.
Baiklah. Sepertinya aku harus melakukan ini sendiri.
BUAK
"Andreea apa yang kau lakukan?" tanya Ayabi heran padaku karena aku memukul bagian belakang ayahku.
"Ayahku pasti akan memaksa ikut. Aku tidak mau hal buruk terjadi padanya."
"Memaksa ikut kemana, Andreea?" tanya Sato.
"Aku memiliki sebuah rencana dan aku butuh bantuanmu. Tentu saja aku juga akan menjamin keamananmu sebagai pembuka portal. Dengarkan aku."
***
"Berhati-hatilah, Andreea. Aku harap rencanamu berhasil," tutur Sato padaku.
"Terima kasih."
Sato bilang aku hanya perlu melewati lorong ini. Saat ini sudah dini hari. Aku meminta Sato untuk mengantarku ke tempat terdekat dari penjara pusat. Lalu aku akan berjalan sendiri dan menyusup ke penjara pusat dan menyelamatkan Atara. Aku akan masuk sebagai kriminal. Hanya itu satu-satunya cara.
Dan aku juga sudah menyuruh Sato untuk mengantarkan ayah ke penginapan tempat kami menginap saat kami menyelamatkan serpihan Atara. Setelah menyelamatkan Atara, aku akan menjemput ayah di penginapan itu.
"Hah.. Ternyata benar. Penjagaannya sangat ketat. Satu-satunya cara masuk adalah aku harus tidak terlihat."
Aku berpikir sejenak. Apa yang harus kulakukan?
"Luna Alaka'i apa kau bisa?" tanyaku seraya berharap kalau bunga dewa dalam tubuhku dapat membuatku transparan.
"Hahhh.. Tentu tidak bisa. Aku tidak belajar pada Dior," sesalku.
Huh! Aku akan masuk sebagai kriminal. Kenapa harus repot?
Setelah memikirkan hal itu, aku menggunakan Luna Alaka'i dan melingkupi seluruh tubuhku dengan chakra yang menjadikanku seperti raksasa.
Tentu saja saat melihatku semua orang kabur ketakutan. Aku menghancurkan penjara dan mencari Atara dengan berteriak memanggil namanya.
"Hei! Hei!!"
Aku menoleh ke sumber suara. Atara!
Dalam sekejap aku mengecil dan masuk ke dalam selnya. Lalu mengumpulkan chakraku menjadi kuda dan kabur begitu saja.
"Siapa kau? Kenapa auramu mirip dengan Barack!?" teriaknya membuatku terganggu sedikit.
Cih! Mereka mengejar. Batinku saat melihat pasukan dengan simbol air di baju mereka dan mengejar kami
"Pengangan yang erat!" seruku pada Atara.
"Hiah! Hiah!"
"Woah tu-tunggu! Dinding itu tinggi sekali!" teriaknya saat aku mengendarai kuda chakraku berniat melompati dinding itu.
"Sepertinya tidak mungkin."
"Sepertinya!? Bukan sepertinya dasat bodoh! Memang tidak mungkin!" teriaknya lagi.
Aku sangat jengkel dengan teriakannya. Benar-benar memekakan telinga. Lalu akupun mengumpulkan chakraku dipunggungku.
"Hei! Kau dengar tidak!? Aku belum mau mati!!"
WUSH
Seketika itu juga muncul sayap berwarna violet transparan dari punggungku dan aku membawa Atara terbang. Para prajurit yang mengejar kami tentu saja tertahan oleh dinding kerajaan.
Dari ketinggian aku dapat melihat, ada beberapa tawanan yang kabur akibat ulah barbarku.
***
"Hei! Siapa sebenarnya kau?" tanya Atara saat kami sudah mendarat.
"Aku Andreea. Aku utusan KyuBi. Aku disu-"