Desa Siluman Rubah
Andreea's POV
"Terima kasih, KyuBi," ungkapku sehabis mengantarkan Atara kehadapan KyuBi.
"Terima kasih kembali, Andreea. Terima kasih karena sudah menyelamatkan Atara," balasnya.
"Lalu apa yang kau inginkan sebagai imbalanmu, Andreea?"
"Hmmm.."
Aku berpikir sejenak. Apa yang harus kuminta ya? Seketika aku melihat di atas piring yang berada di nakas sebelah kanan singgahsana KyuBi ada bola-bola putih yang sangat kusukai.
"Aku mau itu!" spontan aku menunjuk bola-bola putih tersebut.
"Kue Wee (baca: wi)?" tanyanya memastikan.
"Kue Wee..." Ulangku dengan air liur yang keluar dari mulutku.
"Hanya itu?"
"Iya iya," balasku bersemangat.
"Kau yakin Andreea?" tanyanya memastikan.
"Iyaaaaa... Aku mau sepuluh bakul kue wee!" teriakku seperti anak kecil dan menunjukkan kesepuluh jariku.
"Uh.. Baiklah, tapi aku akan memberikan satu persatu. Tidak baik makan secara berlebihan," nasehat KyuBi sembari mengkode dayangnya untuk memberikan sebakul kue wee padaku.
"Hehehehe.. Terima kasih," balasku menyambut dengan gembira sebakul penuh kue wee itu.
Lalu aku memohon izin keluar. Sekilas aku melihat Atara dipanggil oleh KyuBi, aku sedikit khawatir apabila Atara memberitahu tentang bagaimana caraku menerobos secara barbar ke Penjara Kerajaan Air.
Yah, sudahlah. Lagian tidak ada yang mengenal aku. Batinku masa bodoh.
Aku keluar dan pergi ke rumahku. Ayah berada di sana. Aku mau ayah juga mencicipi kue wee ini.
Hee?? Ada suara? Suara siapa?
Aku mendengar ada suara dari dalam rumahku. Aku mengendap perlahan-lahan masuk dan suara itu semakin jelas dan sumbernya dari kamarku.
"Maafkan aku, Arum. Ugh.. Aku telah gagal.. Aku gagal jadi kepala keluarga.. Aku gagal jadi kepala desa.. Aku gagal jadi ayah yang seharusnya melindungi anak-anaknya.."
DEG
Ayah? Ayah sedang menangis?
Aku hanya bisa terdiam mendengar tangisan ayah dari balik pintu kamarku. Dia meminta maaf kepada ibu, kepada kedua kakakku, dan kepadaku. Ayah menangis lama sekali.
Tak lama kemudian tidak ada suara lagi. Sepertinya ayah kecapekan karena menangis dan akhirnya ketiduran.
Lalu aku masuk ke kamar secara perlahan. Aku hanya terdiam melihatnya. Ayah berubah. Dia menjadi sangat kurus, badannya penuh bekas luka, tangannya terlihat kasar. Dia terlihat menyedihkan.
***
Besoknya...
Author's POV
"Reea?" lirih Demiri mencari Andreea saat terbangun dari tidurnya.
Dimana anak itu? Kenapa aku tidur di tempat tidurnya? Batinnya.
Demiri meninggalkan tempat tidur dan mencari Andreea ke ruang tengah.
"Selamat pagi, ayah!" sapanya gembira sambil menyiapkan sarapan.
"Selamat pagi, nak."
"Ayo! Duduk disini. Lihat ini imbalan yang kuminta dari KyuBi satu bakul kue wee. Cobalah ayah!" terangnya sambil mendudukkan Demiri di kursi meja makan.
Demiri memperhatikan dengan seksama kue wee itu kemudian memakannya, "wah, manis."
"Iya kan? Ini adalah kue kesukaanku."
Demiri tersenyum melihat wajah bahagia Andreea saat memakan kue wee tersebut. Dia akan mengingat nama kue ini.
"Ayah, aku mempunyai rencana!" cetus Andreea tiba-tiba, "Kita akan pergi ke Kerajaan Api menemui Kak Kri dan Kak Si. Mereka tidak tahu kalau kita masih hidup kan? Setelah itu kita akan menyelamatkan ibu."
Mendengar penjelasan putrinya yang masuk akal dia berniat menyetujuinya. Dia sangat merindukan kedua putrinya yang lain juga, tetapi sekilas dia mengingat kejadian penyelamatan Atara.
"Kita? apa kau tidak akan mengulang kejadian penyelamatan Atara, nak?" tanyanya melihat ke manik mata anaknya.
Andreea hanya terdiam. Dia sudah memikirkan semalaman rencana ini. Memang tujuannya adalah mempertemukan ayahnya dengan kedua kakaknya lalu akan pergi diam-diam menyelamatkan ibunya seorang diri seperti dia menyelamatkan Atara.
"Nak?" panggil ayahnya meminta kepastian.
"Ayah, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk bagi ayah karena itu aku akan menyelamatkan ibu sendiri. Kumohon mengertilah."
Dengan mengeraskan wajahnya, "lalu menurutmu ayah akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpamu?"