Penjara Kerajaan Api
Author's POV
"Argh!" teriak Andreea karena dicampakkan kedalam sel. Demiri dimasukkan ke sel yang berbeda dengan Andreea.
Setelah ditangkap, mereka dibawa ke kastil kerajaan dan ditempatkan dipenjara bawah tanah kerajaan.
"Hei! Tunggu! Apa maksudnya ini? Kami tidak melakukan kriminal!" teriak Andreea tapi diacuhkan oleh orang-orang yang membawanya.
Sel Andreea dan Demiri bersampingan. Sel mereka terbuat dari jeruji besi.
"Reea? Kau tidak apa-apa nak?" panggil ayahnya dari sel sebelah.
Andreea menghampiri ayahnya dan menggenggam kedua tangannya, "aku tidak apa-apa. Bagaimana dengan ayah?"
"Ayah baik saja, nak. Dimana Merlin?" tanyanya membuat Andreea tersadar. Semenjak masuk ke kastil, dia tidak melihat Merlin.
"Aku tidak tahu ayah." jawabnya tertunduk lesu seperti mau menangis.
"Ada apa nak? Kenapa kau terlihat sedih?"
Kali ini air matanya sukses jatuh saat dia melihat mata ayahnya.
"Maafkan aku ayah. Kalau bukan karena kebodohanku kita mungkin sedang istirahat sekarang," isaknya menangis sambil memegang erat tangan ayahnya.
Karena rencana bodohnya dia malah membuat ayahnya masuk penjara dan Merlin hilang. Seharusnya dia menunggu sampai besok pagi saja.
"Bukan salahmu nak. Sudahlah," hibur Demiri.
Demiri tersenyum sedikit. Dia baru tahu ternyata anaknya ini cengeng juga. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri, dia juga selalu merasa bersalah atas semua yang terjadi. Padahal Demiri tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
"Tadi ayah dengar kau memanggil wanita itu Krissameri? Dari mana kau tau itu kakakmu, nak?"
"Hik.. Aku merasakan auranya, yah. Wanita itu dan perempuan dibelakangnya adalah kak Krissameri dan kak Siera. Aku mengajak ayah ke gedung itu karena kak Siera berjanji akan menemuiku disana. Aku berniat memberi kejutan pada ayah, tapi malah ini yang terjadi," terangnya masih tetap menangis.
"Sudahlah nak jangan terus-terusan menyalahkan dirimu sendiri. Ayah percaya padamu." hibur Demiri lagi.
"Terkadang apa yang terjadi tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, tetapi bukan berarti kita malah membuang-buang waktu dengan menyalahkan diri. Angkat kepalamu, bangunlah, jangan berikan kegagalan kesempatan yang sama lagi."
Mendengar hiburan dari ayahnya, Andreea merasa sedikit tenang.
Kalau benar itu kedua putriku, mereka pasti mengenalku. Mungkin mereka tidak mengenal Andreea karena perubahan pada wajahnya. Lantas kenapa mereka memperlakukan kami seperti ini? Pasti ada sesuatu. Batin Demiri.
Karena baru saja menangis Andreea jadi mengantuk dan tertidur. Begitu pula dengan Demiri karena ini masih dini hari. Mereka tidur bersamping-sampingan dibatasi oleh jeruji besi.
Merlin's POV
Apa-apaan sih? Kemana mereka membawa tuan putri? Aku membatin sambil mencari dimana tuan putri.
Tidak salah lagi pimpinan pejuang yang menahan kami adalah saudarinya tuan putri. Mereka memiliki aura yang mirip, tetapi mengapa malah menangkap kami? Dan kenapa aku dibawa ke tempat berbeda?
"Hei kau! Mau membawa aku ke mana?" tanyaku pada seorang pejuang laki-laki yang merupakan salah satu bawahan kakaknya tuan putri.
"Vasiliás kami ingin bertemu denganmu," jawabnya seadanya.
GULP
Meski petugas pencatatan tadi siang memuji-muji Vasiliás mereka saat dia menawarkan bantuan, tetapi aku sudah pernah mendengar kabar burung mengenai Vasiliás Kerajaan Api.
Untuk apa bertemu denganku? Dan kenapa harus sekarang? Ini masih dini hari. Semoga bukan hal yang buruk.
Aku akan percaya diri kalau ada tuan putri disini, tetapi dimana dia sekarang?
Mereka membawaku sampai ke ujung koridor. Terdapat pintu yang besar dan megah sekali. Terdapat dua pengawal di depan pintu megah tersebut. Sepertinya dilantai ini, hanya ini ruangan satu-satunya. Aku berani bertaruh ini adalah kamar Vasiliás mereka.
"Segala hormat dan keagungan kepada Vasiliás Kerajaan Api, Achreíos (baca: akrios) Vasiliás! Hamba membawa penyihir asing sesuai dengan perintah Anda, Yang Mulia," seru penjaga yang membawaku.
Setelah menyampaikan salamnya, pintu megah itu terbuka. Sungguh ruangan yang besar sekali. Pemandangan pertama kali yang kita lihat saat masuk adalah sebuah sofa yang berbentuk persegi panjang dan didepannya ada meja sama panjang dengan sofa tersebut lengkap dengan hiasan bunga dan taplaknya.
Disebelah kiri, terdapat sebuah ruangan yang ditutup dengan pembatas bambu dan aku dapat mendengar suara air mengalir dari dalam sana, sepertinya tempat mandi.
Dan disebelah kanan, terdapat tempat tidur yang besar dengan kelambu berwarna warm teal dengan sulaman benang emas yang menambah kesan mewah kelambu tersebut.
BUAGH
Orang yang membawaku tadi menghantamkan kepalaku ke lantai membuatku meringis kesakitan.
"Kita berdua akan mati kalau kau bersikap tidak sopan! Jaga sikapmu!" bisiknya dengan penuh penekanan dan menatap bengis padaku.
"Tinggalkan kami."
Perintah suara bariton dari dalam tempat tidur itu. Suaranya saja sudah membuatku merinding.
"Hamba mohon izin. Segala hormat dan keagungan kepada Vasiliás Kerajaan Api, Achreíos Vasiliás!"
Pejuang itu keluar dan menutup kembali pintu meninggalkan aku sendirian dengan orang yang memiliki suara menyeramkan ini.
"Apa yang kau lakukan di kerajaanku, penyihir?" tanyanya.
"Segala hormat dan keagungan kepada Vasiliás Kerajaan Api, Achreíos Vasiliás! Saya hanya ingin istirahat dan mengumpulkan tenaga di kerajaan Anda setelah itu saya akan melanjutkan perjalanan saya, Yang Mulia," terangku mengikuti salam yang disampaikan oleh pejuang tadi.
"Begitu?"
***
Andreea's POV
KLANG
Suara pintu selku yang dibuka membangunkanku diikuti oleh tarikan paksa dari penjaga sel.
"Bangun!"
Ugh.. Sakit. Dasar barbar! Batinku dalam hati.
"Argh.."